JAKARTA – Dijadwalkan jamaah asal Indonesia mulai
menjalani rangkaian ibadah umrah hari ini (4/11). Sehari sebelumnya (3/11) seluruh
jemaah Indonesia wajib menjalani uji swab/PCR di hotel masing-masing. Bagi jamaah
yang dinyatakan positif Covid-19 harus isolasi di hotel dan tidak bisa menjalankan
ibadah umrah.
Sempat beredar kabar bahwa swab PCR di hotel di
Makkah itu dilakukan karena hasil swab dari Indonesia meragukan. Selain itu juga
diduga adanya temuan jemaah asal Indonesia yang kedapatan keluar kamar saat melakoni
kewajiban karantina mandiri.
Kabid Umrah Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji
dan Umrah Republik Indonesia (AMPHURI) Zaky Z. Anshary membantah kabar tersebut.
Zaky yang juga Dirut travel PT Khazzanah Al Anshary sedang berada di Makkah untuk
mengikuti kegiatan umrah perdana setelah dihentikan akibat pandemi Covid-19.
’’Sejak di atas pesawat sudah ada formulir yang
salah satu isiannya memberitahu akan dilakukan swab di hotel menjelang pelaksanaan
umrah,’’ katanya dalam diskusi secara virtual kemarin (3/11). Zaky memberikan keterangan
tersebut sambil menjalani karantina mandiri di kamar hotel.
Dia menjelaskan dari rombongan pertama jamaah
umrah asal Indonesia, memang sempat ada tiga orang yang dokumen PCR-nya diragukan
oleh otoritas Arab Saudi. Tetapi akhirnya tidak menjadi masalah. Kondisi seluruh
jamaah Indonesia sampai saat ini juga baik-baik saja.
Zaky mengatakan jamaah tidak perlu kaget dengan
adanya kewajiban swab PCR di hotel pada H-1 kegiatan umrah. Sebab kebijakan ini
sudah menjadi protokol pemerintah Arab Saudi. Dia masih belum bisa memastikan siapa
nanti yang menanggung biaya swab tersebut. Informasi yang dia terima harga swab
di Arab Saudi sekitar 500 riyal atau Rp 1,93 jutaan.
Sampai berita ini ditulis pelaksanaan swab di
hotel tempat jamaah menginap belum digelar. Setiap hotel wajib menyiapkan 10 persen
kamarnya untuk isolasi bagi jamaah yang dinyatakan positif Covid-19. Selain itu
juga disiapkan satu lantai khusus untuk proses pengambilan sampel swab.
Pengalaman lain diceritakan Kabid Pengembangan
Usaha dan Koperasi AMPHURI Richan Mudzakar. Dalam diskusi virtual kemarin bos Arminareka
itu terlihat mengenakan pakaian ihram. Dia mengaku sudah berniat ihram ketika berada
di pesawat. Tepatnya di atas wilayah Yalamlam yang berjarak sekitar 92 km dari Kota
Makkah.
Richan mengatakan ada baiknya jamaah mempersiapkan
bekal untuk melakoni karantina mandiri di hotel selama tiga hari. Richan mencontohkan
ia membawa rice cooker dan beras untuk dimasak sendiri di kamar hotel. Bekal penanak
nasi dan beras itu ternyata bermanfaat untuk mengganjal perut. Sebab sarapan pagi
diantar ke kamar hotel sekitar pukul 08.00 waktu setempat. Sedangkan makan siang
diantar pukul 14.00 waktu setempat.
Dengan usia yang belum terlalu tua, Richan mengatakan
tidak masalah menggunakan baju ihram berhari-hari di kamar hotel. Meskipun AC-nya
lumayan dingin. Tetapi bisa jadi bermasalah jika dilakukan oleh jamaah usia lanjut.
Jika terlalu sering kedinginan bisa masuk angin atau malah demam.
Lebih lanjut Zaky mengatakan sudah ada kesepakan
dari sejumlah asosiai travel haji dan umrah untuk melakukan evaluasi bersama menjelang
kepulangan nanti. Tujuan evaluasi itu adalah untuk menyimpulkan apakah umrah di
tengah pandemi dengan seluruh protokol kesehatan yang ketat, bisa dijalankan oleh
masyarakat atau jamaah pada umumnya.
Sementara itu jumlah jamaah umrah yang terbang
dari Soekarno Hatta menuju Jeddah di hari kedua kemarin menurun dibandingkan hari
pertama Minggu (1/11) lalu. Kemarin penerbangan Saudia Airlines dari Soekarno Hatta
ke Jeddah diisi 150 orang dan 90 diantaranya jamaah umrah. Sementara pada Minggu
(1/11) lalu jumlah jamaah umrah sekitar 250 orang. Sampai akhir Desember 2020 nanti,
penerbangan dari Soekarno Hatta ke Jeddah setiap Minggu, Selasa, dan Kamis.
Terpisah Plt Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah
Kemenag Oman Fathurahman meminta travel atau penyelenggara perjalanan ibadah umrah
(PPIU) untuk memprioritaskan pemberangkatan jamaah umrah yang tertunda karena Covid-19.
Oman mengungkapkan sistem di Kemenag mencatat ada 26.328 orang jamaah yang tertunda
keberangkatannya dan berusia 18 sampai 50 tahun. Sehingga mereka memenuhi kriteria
usia yang ditetapkan oleh pemerintah Arab Saudi.