Penyebab kecelakaan
beruntun yang melibatkan 20 kendaraan di tol Purbaleunyi mulai terungkap. Dari
hasil olah tempat kejadian perkara (TKP) dan pemeriksaan saksi, pihak Polres
Purwakarta menyatakan bahwa truk penabrak mengangkut barang melebihi kapasitas.
Dua truk yang terlibat kecelakaan itu ternyata milik satu perusahaan.
Kapolres Purwakarta
AKBP Martius menuturkan, pihaknya telah memeriksa Subana bin Talkam,
sopir dump truck yang menabrak beberapa mobil. “Dua truk itu
dari satu perusahaan. Muatannya sama, tanah,†terangnya saat dihubungi Jawa
Poskemarin sore.
Dari pengakuan Subana
diketahui, awalnya dua truk itu melaju sejajar. Truk yang dikemudikan oleh
Subana berada di depan truk yang disopiri Dedi Hidayat. Tak berapa lama, Dedi
menyalip Subana. “Dedi lalu menelepon, mengatakan bahwa remnya blong akibat
kurang angin,†jelasnya.
Namun, sesaat
kemudian, Dedi kembali menelepon Subana dan memberitahukan bahwa remnya sudah
normal. Tapi, entah bagaimana, truk yang dikemudikan Dedi akhirnya terguling.
“Truk yang dikemudikan Subana masih di belakang,†terangnya.
Nah, saat empat
kendaraan berhenti karena truk terguling, truk yang dikemudikan Subana baru mau
sampai di lokasi. Namun, insiden serupa terjadi. Truk tersebut mengalami rem
blong. “Akhirnya menabrak empat mobil dan membuat kendaraan di belakangnya
mengalami tabrakan beruntun,†ungkapnya.
Dedi meninggal karena
kecelakaan tersebut. Sesuai pengakuan Subana, truk yang dikendarainya membawa
muatan melebihi kapasitas. Batas maksimal muatan hanya 24 ton, tapi truk itu
malah mengangkut 37 ton. “Ada kelebihan beban 13 ton,†terangnya.
Berdasar hasil olah
tempat kejadian perkara (TKP), ada turunan panjang di tol tersebut. Karena itu,
diduga, kelebihan beban plus turunan panjang membuat pengereman tidak maksimal.
“Tabrakan akhirnya terjadi,†tuturnya.
Sementara itu,
Karopenmas Divhumas Polri Brigjen Dedi Prasetyo mengatakan, korban yang
meninggal ternyata hanya delapan. Bukan sembilan seperti yang dia sebutkan
kemarin. “Dari delapan itu, empat telah teridentifikasi,†tuturnya.
Berdasar data yang
dikumpulkan Jawa Pos, sudah tiga kali kecelakaan terjadi di sekitar
km 90 hingga 91 sejak Februari hingga September 2019. Humas PT Jasa Marga
Cabang Purbaleunyi Nandang mengungkapkan, pihaknya berencana menambah fitur
keamanan di km 91 tol tersebut. Salah satunya adalah penambahan lampu
penerangan jalan umum (PJU). “Jumlah dan sebagainya masih dikaji,†jelas dia
kepada Jawa Pos kemarin (3/9).
Selain itu, akan
dibuat jalur pengaman yang berupa urukan pasir tambahan di kanan-kiri bahu tol.
Urukan akan meninggikan badan jalan. Dengan begitu, jika mengalami rem blong
dan keluar dari jalur, kendaraan akan ditahan badan jalan pasir tersebut. Tidak
langsung nyungsep ke jurang. Untuk rambu, menurut Nandang, jumlahnya masih
cukup. “Apakah nanti akan ditambah, kami lihat dulu,†jelasnya.
Kepala Subbidang
Mitigasi Pergerakan Tanah Wilayah Barat PVMBG Sumaryono mengatakan, daerah yang
menjadi lokasi kecelakaan itu memang memiliki risiko gerakan tanah lambat.
“Tapi, memang sudah ada dari dulu. Jadi, tidak ada kaitannya dengan
kecelakaan,†ucap dia.
Sumaryono menambahkan,
sepengetahuannya, pihak tol telah melakukan beberapa rekayasa engineering untuk
mengatasi potensi gerakan tanah itu. “Lereng-lereng sudah diperkuat untuk km
91-92,†katanya.
Pakar transportasi
dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Sony Sulaksono mengatakan, kelaikan dump
truck menjadi faktor utama kecelakaan. Dia menduga, dua dump truck itu
tidak menjalani uji kelaikan sebelum jalan. “Sehingga mengakibatkan rem blong,â€
kata Sony kepada Jawa Pos kemarin.
Padahal, kendaraan
harus melewati tol Purbaleunyi yang berada di daerah pegunungan. Jalur menurun
dari arah Bandung menuju Jakarta dan menanjak dari Jakarta menuju Bandung.
Plus, rutenya berkelok-kelok. Pihak Jasa Marga sebenarnya sudah memberikan
rambu peringatan di beberapa spot tol tersebut.
Truk Odol
Dirjen Perhubungan
Darat Kemenhub Budi Setiyadi kemarin menyampaikan bahwa ruas tol Cipularang
memang rawan kecelakaan. Karena itu, dalam waktu dekat pihaknya mengadakan
pertemuan dengan Polri, KNKT, BPJT, dan Jasa Marga.
“Kami ingin belanja
masalah dan cari masukan. Kami akan lakukan pemetaan kondisi jalan dan perilaku
pengemudinya seperti apa,†ucapnya.
Hasil penyelidikan
Polres Purwakarta, pada saat kejadian, truk kedua berkecepatan lebih dari 50
km/jam. Mulanya truk itu berjalan di gigi 6. Namun, saat melihat truk di
depannya kecelakaan, truk kedua pindah ke gigi 4. Tapi, beban yang melebihi
kapasitas membuat pengereman tidak maksimal. Bahkan, rem panas dan menjadi
keras. Akibatnya, terjadi kecelakaan beruntun. “Odol (overdimension dan overload,
Red) harus diselesaikan,†ucapnya.
Selama ini pemotongan
truk odol sudah dilakukan di beberapa kota. Meski demikian, Budi akan
berkoordinasi dengan BPJT dan operator tol lain agar membantu memberantas truk
odol.(jpg)