25.6 C
Jakarta
Saturday, November 23, 2024

Melepas Cendekiawan Muslim, Pejuang Ikhlas KH Salahuddin Wahid

NU dan Muhammadiyah bisa berperan sebagai jangkar bagi Indonesia
hanya bila keduanya tidak terlibat dalam politik kekuasaan atau politik
kepartaian. Dua ormas tersebut harus tetap menjadi bagian dari masyarakat
sipil. Masyarakat sipillah yang bisa melindungi rakyat terhadap kemungkinan
praktik negatif dari kekuasaan. (Gus Sholah, dalam artikel Beda Tafsir Khitah
NU di Jawa Pos, 18 Maret 2019)

ADI WIJAYA, Jombang – BAYU
PUTRA-TAUFIQURAHMAN
, Jakarta, Jawa Pos

Gerimis membasahi Jakarta kemarin pagi (3/2) mengiringi
keberangkatan jenazah KH Salahuddin Wahid alias Gus Sholah menuju Bandara Halim
Perdanakusuma. Sebelumnya, Presiden Joko Widodo melayat ke rumah duka di Jalan
Bangka Raya, Jakarta Selatan. Jokowi yang tiba pukul 07.34 disambut putra
pertama Gus Sholah, Irfan Asy’ari Sudirman Wahid atau biasa disapa Ipang Wahid.

Presiden mengikuti salat Jenazah yang dipimpin imam besar Masjid
Istiqlal Prof Nasaruddin Umar. Dilanjutkan pembacaan Yasin dan tahlil di depan
jenazah. Selang beberapa menit, mantan Wapres Jusuf Kalla tiba dan bergabung
bersama Jokowi.

Jokowi menyampaikan rasa kehilangan atas berpulangnya adik
kandung Presiden Ke-4 KH Abdurrahman Wahid yang juga merupakan pengasuh Pondok
Pesantren Tebuireng, Jombang, itu. ”Beliau (Gus Sholah) adalah cendekiawan
muslim yang menjadi panutan kita bersama dan tentu saja kita semuanya rakyat
Indonesia sangat kehilangan atas berpulangnya beliau,” terangnya.

Pertemuan terakhir mereka yang terpublikasi terjadi pada 18
Desember lalu. Saat itu presiden berkunjung ke Ponpes Tebuireng, Jombang,
sekaligus berziarah ke makam kakek Gus Sholah, KH Hasyim Asy’ari, dan ayahnya
KH Wahid Hasyim, serta KH Abdurrahman Wahid. Presiden menyebutkan bahwa dirinya
dan Gus Sholah bertemu di istana kepresidenan setelahnya. ”Intinya, beliau
banyak menyampaikan mengenai keislaman, keindonesiaan,” lanjutnya.

Sebelum Jokowi, Wapres KH Ma’ruf Amin lebih dahulu datang
melayat. Wapres tiba pukul 05.20. Dalam kunjungan selama 30 menit, Wapres yang
mengenakan sarung dan serban langsung memimpin salat Jenazah.

”Beliau melanjutkan perjuangan Gus Dur dalam merajut demokrasi
dan kerukunan antar sesama,” kata KH Ma’ruf Amin.

Emha Ainun Nadjib alias Cak Nun yang berkunjung pada dini hari
mengungkapkan bahwa dirinya terakhir bertemu Gus Sholah di Pesantren Tebuireng
pada 1 November 2019.

Cak Nun menggambarkan Gus Sholah dan Gus Dur seperti padi dan
jagung. Padi tidak bisa digantikan jagung, demikian pun sebaliknya. ”Gus Sholah
orang besar Gus Dur, fungsinya beda, peran beda. Gus Sholah sering melakukan
pembaruan di pesantrennya sambil juga memikirkan kondisi bangsanya,” tutur Cak
Nun.

Pukul 08.45, jenazah diberangkatkan ke bandara untuk
diterbangkan ke Surabaya. Jenazah tiba di Pondok Pesantren (Ponpes) Tebuireng,
Jombang, sekitar pukul 13.00. Para santri, ustad, dan pengurus ponpes
terus-menerus menyerukan kalimat tahlil. Ribuan pelayat di pelataran khusyuk
memanjatkan doa. Para kerabat dan keluarga dari berbagai daerah datang. Salah
satunya, rombongan keluarga Nyai Farida Salahuddin, istri Gus Sholah, yang tiba
pukul 12.00 dari Purworejo, Jawa Tengah. ”Beliau menjadi guru bagi semua
keluarga,” ujar Yusuf Fikri, perwakilan keluarga.

Pria 63 tahun itu diberi tahu Aisyah, adik kandung Nyai Farida,
bahwa kondisi Gus Sholah kritis pada Minggu petang (2/2). Malamnya, setelah
salat Isya, Yusuf mengajak beberapa kerabat Purworejo menggelar doa bersama.
Keluarga berharap kondisi Gus Sholah membaik.

Pukul 21.00, Yusuf mendapat kabar bahwa Gus Sholah meninggal.
Pada saat itu juga, dia menghubungi seluruh keluarga. Ada 12 orang dari
perwakilan 10 keluarga yang ingin bertakziah ke Tebuireng, Jombang. ”Saya sudah
lama tidak berkomunikasi dengan beliau. Kami sangat kehilangan.”

Dua pekan lalu, KH Irfan Yusuf sempat berdialog dengan Gus
Sholah. Putra KH Yusuf Hasyim itu mengatakan bahwa banyak hal yang dibahas
dalam pertemuan tersebut. ”Itu sebelum beliau menjalani operasi,” ungkapnya.

Ada dua hal penting yang menjadi pembahasan pertemuan itu.
Yakni, terkait kondisi nasional serta organisasi Nahdlatul Ulama (NU). ”Beliau
masih sempat memikirkan NU dan kondisi bangsa ini di hari-hari terakhirnya,”
ungkap Gus Irfan.

Sejumlah tokoh terlihat di antara pelayat. Ada Mustasyar PB NU
KH Mustofa Bisri, Ketua PW NU Jatim KH Marzuki Mustamar, dan Rais Syuriah PW NU
Jatim KH Anwar Mansyur. Termasuk Ketua PP Muhammadiyah Prof Haidar Nasir.
Rombongan keluarga Gus Dur juga datang. Beberapa pejabat negara dan tokoh
nasional mendampingi jenazah sampai dimakamkan.

Di antara petakziah, ada pengacara Hotman Paris Hutapea. Dia
mengaku menghentikan agendanya di Bali untuk mengikuti pemakaman sang kiai.
Banyak kenangan yang diingat Hotman. Di antaranya, ketika dia diberi gelar Gus
saat berkunjung ke Tebuireng tahun lalu. ”Gus Sholah memberikan gelar kepada
saya, Gus. Sehingga nama saya menjadi Gus Hotman Paris Hutapea,” katanya.

Bagi Hotman, gelar Gus yang diberikan bukan gaya-gayaan. Hotman
merasa memiliki tanggung jawab besar. Seorang Gus harus mau melayani sesama
tanpa memandang status dan kedudukan sosial. ”Gus itu berarti melayani.
Melayani rakyat. Itulah yang saya lakukan di Kopi Johny. Ribuan orang saya
tolong dari ketidakadilan,” ucapnya.

Gus Sholah dimakamkan di dekat pusara KH Wahid Hasyim yang
merupakan ayahnya. Lokasinya tepat di sebelah utara Kiai Wahid yang juga di
sebelah barat pusara KH Abdurrahman Wahid dan Nyai Masruroh, istri KH Hasyim
Asy’ari. Tempat itu memang disiapkan untuk Gus Sholah dan Nyai Farida.

Gubernur Khofifah mengungkapkan dukacitanya yang mendalam. Ada
beberapa pesan yang selalu diingat. Salah satunya terkait pendidikan di Ponpes
Tebuireng. ”Beliau juga bercerita tentang rumah baru yang ada di belakang itu.
Kata beliau, Mbak Khofifah, rumah ini semakin dekat dengan rumah masa depan
(makam, Red),” kata Khofifah, menirukan Gus Sholah.

Berusaha menahan tangis, air mata ketua Muslimat NU itu akhirnya
jatuh menjelang akhir sambutannya. ”Panjenengan telah dipanggil Allah bersama
hamba lain yang merupakan ahlul surga,” ucapnya.

Haidar Nasir bercerita pengalamannya saat konstelasi pemilihan
presiden (pilpres) memanas tahun lalu. Gus Sholah, kata Haidar, mengajak untuk
bersilaturahmi ke berbagai tokoh tanpa perlu koar-koar publikasi. Hal itu
dilakukan semata-mata untuk menjaga persatuan bangsa. ”Beliau adalah sosok yang
demokratis dan egaliter,” ungkapnya.

Sementara itu, KH Mustofa Bisri alias Gus Mus mengenang Gus
Sholah sebagai pejuang muslim yang ikhlas. Apa yang dikatakan sejalan dengan
yang dilakukan. ”Kita tidak perlu cemas karena beliau menyusul keluarganya yang
lain yang juga pejuang,” paparnya.

Gus Mus menyebut NU telah kehilangan tokoh yang benar-benar
ikhlas mencurahkan tenaga dan pikiran untuk umat. Sampai detik-detik terakhir,
Gus Sholah memikirkan kondisi NU dan bangsa. ”Kita semua harus bisa menjadi
santri yang mengikuti beliau, ikhlas menjadi pejuang di jalan Allah,” jelasnya.

Gus Sholah wafat pada usia 77 tahun. Menurut Ketua Ikatan Alumni
Pesantren Tebuireng (Ikapete) Syahrudin H.M., anggota MPR pada masa reformasi
1998 itu mengembuskan napas terakhir pada pukul 20.55 WIB di RS Harapan Kita,
Jakarta. Sosok yang lahir di Jombang, 11 September 1942, tersebut masuk RS lagi
setelah dirawat pada 14–15 Januari lalu di tempat yang sama untuk menjalani
terapi ablasi jantung. Menurut Syahrudin, berdasar kabar terakhir yang
diterimanya, Gus Sholah mengalami komplikasi.

—

JEJAK KIPRAH SANG CUCU
PENDIRI NU

  • Gus Sholah adalah putra KH Wahid Hasyim,
    cucu pendiri NU KH Hasyim Asy’ari, dan adik Gus Dur.
  • Memimpin Pondok Pesantren Tebuireng sejak
    April 2006
  • Wakil ketua Komnas HAM periode 2002–2007
  • Memimpin TGPF yang menyelidiki kasus
    kerusuhan Mei 1998
  • Ketua tim penyelidikan kasus Pulau Buru
  • Anggota Dewan Pembina YLBHI periode
    2002–2005
  • Anggota MPR 1998–1999
  • Calon wakil presiden pada Pilpres 2004
    bersama capres Wiranto
  • Berperan dalam mendirikan Ikatan Konsultan
    Manajemen Indonesia
  • Aktif menulis di berbagai media massa.(jpc)

 

Baca Juga :  Tak Hanya UU Pemilu, Revisi UU ITE Juga Tak Masuk Prolegnas

NU dan Muhammadiyah bisa berperan sebagai jangkar bagi Indonesia
hanya bila keduanya tidak terlibat dalam politik kekuasaan atau politik
kepartaian. Dua ormas tersebut harus tetap menjadi bagian dari masyarakat
sipil. Masyarakat sipillah yang bisa melindungi rakyat terhadap kemungkinan
praktik negatif dari kekuasaan. (Gus Sholah, dalam artikel Beda Tafsir Khitah
NU di Jawa Pos, 18 Maret 2019)

ADI WIJAYA, Jombang – BAYU
PUTRA-TAUFIQURAHMAN
, Jakarta, Jawa Pos

Gerimis membasahi Jakarta kemarin pagi (3/2) mengiringi
keberangkatan jenazah KH Salahuddin Wahid alias Gus Sholah menuju Bandara Halim
Perdanakusuma. Sebelumnya, Presiden Joko Widodo melayat ke rumah duka di Jalan
Bangka Raya, Jakarta Selatan. Jokowi yang tiba pukul 07.34 disambut putra
pertama Gus Sholah, Irfan Asy’ari Sudirman Wahid atau biasa disapa Ipang Wahid.

Presiden mengikuti salat Jenazah yang dipimpin imam besar Masjid
Istiqlal Prof Nasaruddin Umar. Dilanjutkan pembacaan Yasin dan tahlil di depan
jenazah. Selang beberapa menit, mantan Wapres Jusuf Kalla tiba dan bergabung
bersama Jokowi.

Jokowi menyampaikan rasa kehilangan atas berpulangnya adik
kandung Presiden Ke-4 KH Abdurrahman Wahid yang juga merupakan pengasuh Pondok
Pesantren Tebuireng, Jombang, itu. ”Beliau (Gus Sholah) adalah cendekiawan
muslim yang menjadi panutan kita bersama dan tentu saja kita semuanya rakyat
Indonesia sangat kehilangan atas berpulangnya beliau,” terangnya.

Pertemuan terakhir mereka yang terpublikasi terjadi pada 18
Desember lalu. Saat itu presiden berkunjung ke Ponpes Tebuireng, Jombang,
sekaligus berziarah ke makam kakek Gus Sholah, KH Hasyim Asy’ari, dan ayahnya
KH Wahid Hasyim, serta KH Abdurrahman Wahid. Presiden menyebutkan bahwa dirinya
dan Gus Sholah bertemu di istana kepresidenan setelahnya. ”Intinya, beliau
banyak menyampaikan mengenai keislaman, keindonesiaan,” lanjutnya.

Sebelum Jokowi, Wapres KH Ma’ruf Amin lebih dahulu datang
melayat. Wapres tiba pukul 05.20. Dalam kunjungan selama 30 menit, Wapres yang
mengenakan sarung dan serban langsung memimpin salat Jenazah.

”Beliau melanjutkan perjuangan Gus Dur dalam merajut demokrasi
dan kerukunan antar sesama,” kata KH Ma’ruf Amin.

Emha Ainun Nadjib alias Cak Nun yang berkunjung pada dini hari
mengungkapkan bahwa dirinya terakhir bertemu Gus Sholah di Pesantren Tebuireng
pada 1 November 2019.

Cak Nun menggambarkan Gus Sholah dan Gus Dur seperti padi dan
jagung. Padi tidak bisa digantikan jagung, demikian pun sebaliknya. ”Gus Sholah
orang besar Gus Dur, fungsinya beda, peran beda. Gus Sholah sering melakukan
pembaruan di pesantrennya sambil juga memikirkan kondisi bangsanya,” tutur Cak
Nun.

Pukul 08.45, jenazah diberangkatkan ke bandara untuk
diterbangkan ke Surabaya. Jenazah tiba di Pondok Pesantren (Ponpes) Tebuireng,
Jombang, sekitar pukul 13.00. Para santri, ustad, dan pengurus ponpes
terus-menerus menyerukan kalimat tahlil. Ribuan pelayat di pelataran khusyuk
memanjatkan doa. Para kerabat dan keluarga dari berbagai daerah datang. Salah
satunya, rombongan keluarga Nyai Farida Salahuddin, istri Gus Sholah, yang tiba
pukul 12.00 dari Purworejo, Jawa Tengah. ”Beliau menjadi guru bagi semua
keluarga,” ujar Yusuf Fikri, perwakilan keluarga.

Pria 63 tahun itu diberi tahu Aisyah, adik kandung Nyai Farida,
bahwa kondisi Gus Sholah kritis pada Minggu petang (2/2). Malamnya, setelah
salat Isya, Yusuf mengajak beberapa kerabat Purworejo menggelar doa bersama.
Keluarga berharap kondisi Gus Sholah membaik.

Pukul 21.00, Yusuf mendapat kabar bahwa Gus Sholah meninggal.
Pada saat itu juga, dia menghubungi seluruh keluarga. Ada 12 orang dari
perwakilan 10 keluarga yang ingin bertakziah ke Tebuireng, Jombang. ”Saya sudah
lama tidak berkomunikasi dengan beliau. Kami sangat kehilangan.”

Dua pekan lalu, KH Irfan Yusuf sempat berdialog dengan Gus
Sholah. Putra KH Yusuf Hasyim itu mengatakan bahwa banyak hal yang dibahas
dalam pertemuan tersebut. ”Itu sebelum beliau menjalani operasi,” ungkapnya.

Ada dua hal penting yang menjadi pembahasan pertemuan itu.
Yakni, terkait kondisi nasional serta organisasi Nahdlatul Ulama (NU). ”Beliau
masih sempat memikirkan NU dan kondisi bangsa ini di hari-hari terakhirnya,”
ungkap Gus Irfan.

Sejumlah tokoh terlihat di antara pelayat. Ada Mustasyar PB NU
KH Mustofa Bisri, Ketua PW NU Jatim KH Marzuki Mustamar, dan Rais Syuriah PW NU
Jatim KH Anwar Mansyur. Termasuk Ketua PP Muhammadiyah Prof Haidar Nasir.
Rombongan keluarga Gus Dur juga datang. Beberapa pejabat negara dan tokoh
nasional mendampingi jenazah sampai dimakamkan.

Di antara petakziah, ada pengacara Hotman Paris Hutapea. Dia
mengaku menghentikan agendanya di Bali untuk mengikuti pemakaman sang kiai.
Banyak kenangan yang diingat Hotman. Di antaranya, ketika dia diberi gelar Gus
saat berkunjung ke Tebuireng tahun lalu. ”Gus Sholah memberikan gelar kepada
saya, Gus. Sehingga nama saya menjadi Gus Hotman Paris Hutapea,” katanya.

Bagi Hotman, gelar Gus yang diberikan bukan gaya-gayaan. Hotman
merasa memiliki tanggung jawab besar. Seorang Gus harus mau melayani sesama
tanpa memandang status dan kedudukan sosial. ”Gus itu berarti melayani.
Melayani rakyat. Itulah yang saya lakukan di Kopi Johny. Ribuan orang saya
tolong dari ketidakadilan,” ucapnya.

Gus Sholah dimakamkan di dekat pusara KH Wahid Hasyim yang
merupakan ayahnya. Lokasinya tepat di sebelah utara Kiai Wahid yang juga di
sebelah barat pusara KH Abdurrahman Wahid dan Nyai Masruroh, istri KH Hasyim
Asy’ari. Tempat itu memang disiapkan untuk Gus Sholah dan Nyai Farida.

Gubernur Khofifah mengungkapkan dukacitanya yang mendalam. Ada
beberapa pesan yang selalu diingat. Salah satunya terkait pendidikan di Ponpes
Tebuireng. ”Beliau juga bercerita tentang rumah baru yang ada di belakang itu.
Kata beliau, Mbak Khofifah, rumah ini semakin dekat dengan rumah masa depan
(makam, Red),” kata Khofifah, menirukan Gus Sholah.

Berusaha menahan tangis, air mata ketua Muslimat NU itu akhirnya
jatuh menjelang akhir sambutannya. ”Panjenengan telah dipanggil Allah bersama
hamba lain yang merupakan ahlul surga,” ucapnya.

Haidar Nasir bercerita pengalamannya saat konstelasi pemilihan
presiden (pilpres) memanas tahun lalu. Gus Sholah, kata Haidar, mengajak untuk
bersilaturahmi ke berbagai tokoh tanpa perlu koar-koar publikasi. Hal itu
dilakukan semata-mata untuk menjaga persatuan bangsa. ”Beliau adalah sosok yang
demokratis dan egaliter,” ungkapnya.

Sementara itu, KH Mustofa Bisri alias Gus Mus mengenang Gus
Sholah sebagai pejuang muslim yang ikhlas. Apa yang dikatakan sejalan dengan
yang dilakukan. ”Kita tidak perlu cemas karena beliau menyusul keluarganya yang
lain yang juga pejuang,” paparnya.

Gus Mus menyebut NU telah kehilangan tokoh yang benar-benar
ikhlas mencurahkan tenaga dan pikiran untuk umat. Sampai detik-detik terakhir,
Gus Sholah memikirkan kondisi NU dan bangsa. ”Kita semua harus bisa menjadi
santri yang mengikuti beliau, ikhlas menjadi pejuang di jalan Allah,” jelasnya.

Gus Sholah wafat pada usia 77 tahun. Menurut Ketua Ikatan Alumni
Pesantren Tebuireng (Ikapete) Syahrudin H.M., anggota MPR pada masa reformasi
1998 itu mengembuskan napas terakhir pada pukul 20.55 WIB di RS Harapan Kita,
Jakarta. Sosok yang lahir di Jombang, 11 September 1942, tersebut masuk RS lagi
setelah dirawat pada 14–15 Januari lalu di tempat yang sama untuk menjalani
terapi ablasi jantung. Menurut Syahrudin, berdasar kabar terakhir yang
diterimanya, Gus Sholah mengalami komplikasi.

—

JEJAK KIPRAH SANG CUCU
PENDIRI NU

  • Gus Sholah adalah putra KH Wahid Hasyim,
    cucu pendiri NU KH Hasyim Asy’ari, dan adik Gus Dur.
  • Memimpin Pondok Pesantren Tebuireng sejak
    April 2006
  • Wakil ketua Komnas HAM periode 2002–2007
  • Memimpin TGPF yang menyelidiki kasus
    kerusuhan Mei 1998
  • Ketua tim penyelidikan kasus Pulau Buru
  • Anggota Dewan Pembina YLBHI periode
    2002–2005
  • Anggota MPR 1998–1999
  • Calon wakil presiden pada Pilpres 2004
    bersama capres Wiranto
  • Berperan dalam mendirikan Ikatan Konsultan
    Manajemen Indonesia
  • Aktif menulis di berbagai media massa.(jpc)

 

Baca Juga :  Tak Hanya UU Pemilu, Revisi UU ITE Juga Tak Masuk Prolegnas

Terpopuler

Artikel Terbaru