26.2 C
Jakarta
Friday, November 22, 2024

Wabah Ebola Bikin WHO Panik. Dari Kongo Menyebar ke Uganda

KAMPALA-Virus ebola di Kongo
telah menyebar ke negara tetangga, Uganda. Hal ini membuat Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO) panik. Ada tiga kasus ebola yang terdeteksi di negara yang dipimpin
Yoweri Museveni itu. Para korban berasal dari satu keluarga. Dua di antara
mereka meninggal dunia. Yaitu, seorang bocah berusia 5 tahun dan neneknya yang
berusia 50-an tahun. Si nenek kehilangan nyawa Rabu malam (12/6).

Menteri Kesehatan Uganda
Jane Ruth Aceng mengungkapkan bahwa pasien ebola di negaranya berasal dari
keluarga yang beranggota enam orang. Empat di antara mereka adalah anak-anak.
Mereka pergi ke Kongo untuk merawat keluarganya yang terkena ebola.

Para korban itu juga hadir
di pemakaman ketika keluarganya yang sakit tersebut meninggal. Saat kembali ke
Uganda, si nenek dan dua anak berusia 3 tahun 5 tahun dinyatakan positif
tertular. Bocah 5 tahun tersebut meninggal Selasa (11/6).

”Keluarga itu kini
dikarantina di Bwera,” ujar Aceng sebagaimana dikutip AFP. Sedangkan 27 orang
lainnya yang melakukan kontak dengan mereka kini dimonitor secara intensif.

Baca Juga :  Militer Makin Brutal, Inggris Minta Semua Warganya Tinggalkan Myanmar

Nenek dan cucunya yang
meninggal itu dimakamkan di Kasese yang berbatasan dengan Kongo. Penduduk
Kasese dilarang menggelar acara yang membuat banyak orang berkumpul. Itu
dilakukan untuk mencegah penyebaran virus.

Para petugas kesehatan yang
menangani pasien juga akan disuntik dengan vaksin terbaru yang bisa melawan
virus ebola. Sudah ada 4.700 petugas kesehatan di 165 fasilitas medis yang
divaksin. Sudan Selatan sudah memvaksin petugas medisnya dan mendeklarasikan
status waspada meski belum ada kasus ebola di negara tersebut.

Uganda patut waswas. Sebab,
setiap hari sekitar 25 ribu orang melintasi jalur lintas perbatasan Mpwonde
yang menghubungkan Uganda dengan Kongo. Itu belum termasuk perlintasan tidak
resmi yang terdapat di berbagai titik. Perbatasan dua negara membentang 875
kilometer.

Jika salah satu di antara
mereka tertular, penyebarannya bakal luar biasa cepat. Ebola bisa menular lewat
kotak langsung. Jika cairan tubuh penderita bersentuhan dengan hidung, mata,
mulut atau luka di orang yang sehat, penularan bisa terjadi.

Baca Juga :  Sejarah Baru di Australia, Kepala Intelijen Negara Dijabat Seorang Per

Setelah kematian lansia di
Uganda, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan akan menggelar pertemuan di
Jenewa, Swiss, Jumat (14/6). Pertemuan tersebut untuk menentukan apakah akan
dikeluarkan status darurat kesehatan global atau tidak.

Biasanya peningkatan status
dari WHO itu akan memicu perhatian global. Selain itu, bantuan bakal
berdatangan ke wilayah terdampak untuk mencegah penyebaran virus lebih lanjut. Komite
kedaruratan WHO pernah menggelar rapat serupa Oktober dan April lalu. Namun,
kala itu mereka tidak mendeklarasikan status darurat karena wabah ebola hanya
terjadi di Kongo, belum menyebar.

Tampaknya, WHO harus
mengubah keputusannya. Sebab, wabah ebola di Kongo yang merebak sejak Agustus
tahun lalu sulit dikendalikan. Ada lebih dari 2 ribu kasus dan 1.400 di
antaranya berakhir dengan kematian. Jumlah itu, rupanya, bakal terus
bertambah. (sha/c4/dos)

KAMPALA-Virus ebola di Kongo
telah menyebar ke negara tetangga, Uganda. Hal ini membuat Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO) panik. Ada tiga kasus ebola yang terdeteksi di negara yang dipimpin
Yoweri Museveni itu. Para korban berasal dari satu keluarga. Dua di antara
mereka meninggal dunia. Yaitu, seorang bocah berusia 5 tahun dan neneknya yang
berusia 50-an tahun. Si nenek kehilangan nyawa Rabu malam (12/6).

Menteri Kesehatan Uganda
Jane Ruth Aceng mengungkapkan bahwa pasien ebola di negaranya berasal dari
keluarga yang beranggota enam orang. Empat di antara mereka adalah anak-anak.
Mereka pergi ke Kongo untuk merawat keluarganya yang terkena ebola.

Para korban itu juga hadir
di pemakaman ketika keluarganya yang sakit tersebut meninggal. Saat kembali ke
Uganda, si nenek dan dua anak berusia 3 tahun 5 tahun dinyatakan positif
tertular. Bocah 5 tahun tersebut meninggal Selasa (11/6).

”Keluarga itu kini
dikarantina di Bwera,” ujar Aceng sebagaimana dikutip AFP. Sedangkan 27 orang
lainnya yang melakukan kontak dengan mereka kini dimonitor secara intensif.

Baca Juga :  Militer Makin Brutal, Inggris Minta Semua Warganya Tinggalkan Myanmar

Nenek dan cucunya yang
meninggal itu dimakamkan di Kasese yang berbatasan dengan Kongo. Penduduk
Kasese dilarang menggelar acara yang membuat banyak orang berkumpul. Itu
dilakukan untuk mencegah penyebaran virus.

Para petugas kesehatan yang
menangani pasien juga akan disuntik dengan vaksin terbaru yang bisa melawan
virus ebola. Sudah ada 4.700 petugas kesehatan di 165 fasilitas medis yang
divaksin. Sudan Selatan sudah memvaksin petugas medisnya dan mendeklarasikan
status waspada meski belum ada kasus ebola di negara tersebut.

Uganda patut waswas. Sebab,
setiap hari sekitar 25 ribu orang melintasi jalur lintas perbatasan Mpwonde
yang menghubungkan Uganda dengan Kongo. Itu belum termasuk perlintasan tidak
resmi yang terdapat di berbagai titik. Perbatasan dua negara membentang 875
kilometer.

Jika salah satu di antara
mereka tertular, penyebarannya bakal luar biasa cepat. Ebola bisa menular lewat
kotak langsung. Jika cairan tubuh penderita bersentuhan dengan hidung, mata,
mulut atau luka di orang yang sehat, penularan bisa terjadi.

Baca Juga :  Sejarah Baru di Australia, Kepala Intelijen Negara Dijabat Seorang Per

Setelah kematian lansia di
Uganda, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan akan menggelar pertemuan di
Jenewa, Swiss, Jumat (14/6). Pertemuan tersebut untuk menentukan apakah akan
dikeluarkan status darurat kesehatan global atau tidak.

Biasanya peningkatan status
dari WHO itu akan memicu perhatian global. Selain itu, bantuan bakal
berdatangan ke wilayah terdampak untuk mencegah penyebaran virus lebih lanjut. Komite
kedaruratan WHO pernah menggelar rapat serupa Oktober dan April lalu. Namun,
kala itu mereka tidak mendeklarasikan status darurat karena wabah ebola hanya
terjadi di Kongo, belum menyebar.

Tampaknya, WHO harus
mengubah keputusannya. Sebab, wabah ebola di Kongo yang merebak sejak Agustus
tahun lalu sulit dikendalikan. Ada lebih dari 2 ribu kasus dan 1.400 di
antaranya berakhir dengan kematian. Jumlah itu, rupanya, bakal terus
bertambah. (sha/c4/dos)

Terpopuler

Artikel Terbaru