27.2 C
Jakarta
Wednesday, July 2, 2025

Impian Seumur Hidup Akhirnya Terwujud, Baru Masuk Kelas Satu SD Saat Berusia 71 Tahun

Ketika seseorang sudah berusia di atas 60 tahun, kebanyakan orang sudah memasuki masa pensiun. Namun, hal itu tidak berlaku bagi Kim Young Ja karena ia baru masuk kelas satu SD saat berusia 71 tahunKim Young Ja baru-baru ini memulai tahun pertamanya di SD Deokdo di provinsi Gyeonggi, Korea Selatan.

Menurutnya, ini merupakan impian seumur hidup yang akhirnya terwujud, setelah berpuluh-puluh tahun tidak mendapat kesempatan mengenyam pendidikan karena kemiskinan dan stigma sosial.

Saat masih kecil, Kim tidak dapat bersekolah karena kesulitan keuangan dan kepercayaan luas di masyarakat pedesaannya, bahwa pendidikan tidak diperlukan bagi anak perempuan.

“Saya selalu iri, dengan anak-anak yang mengenakan seragam sekolah dan membawa buku. Sekarang, akhirnya saya bisa menjadi salah satu dari mereka,” kata Kim Young Ja.

Penerimaannya menandai pertama kalinya dalam sejarah sekolah di Korea Selatan, bahwa seseorang seusianya bergabung sebagai siswa.

Baca Juga :  Donald Trump Siap Buka Transkrip Percakapan dengan Presiden Ukraina

Meskipun ada kekhawatiran awal tentang stamina fisiknya, dan kemampuannya untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan di antara teman-teman sekelasnya yang jauh lebih muda.

Pimpinan sekolah dengan suara bulat mendukung penerimaannya, memuji tekadnya yang tidak tergoyahkan dan inspirasi yang dibawanya ke dalam kelas.

Para guru telah membuat penyesuaian kecil untuk membantunya beradaptasi, dan teman-teman sekelasnya menyambutnya dengan hangat.

Setiap pagi, Kim Yong Ja datang 30 menit lebih awal untuk melihat buku bergambar dan berlatih membaca.

Dengan dukungan dari guru-guru dan teman sekelasnya, ia mulai membaca kata-kata sederhana dan secara aktif mengikuti semua kegiatan sekolah, mulai dari kunjungan lapangan hingga memulai percakapan saat di kantin.

“Mimpi saya adalah belajar, dan sekarang saya bisa melakukannya. Saya berterima kasih kepada para guru dan anak-anak, yang menerima saya seperti keluarga,” kata Kim.

Baca Juga :  Lockdown, Duterte Berlakukan Jam Malam di Manila

Untuk memudahkan transisinya, SD Deokdo telah menciptakan lingkungan belajar yang dipersonalisasi untuknya, mengajarkan budaya saling menghormati, dan hubungan antar generasi di antara para siswa.

“Kim adalah panutan bukan hanya bagi siswa kami, tetapi juga bagi seluruh komunitas sekolah.”

“Kehadirannya membantu kami membangun sekolah, di mana pembelajaran tidak mengenal batas usia,” jelas Seo Kyung Hee, selaku kepala sekolah.

Ketiga anak Kim, yang semuanya lulusan di sekolah yang sama mengaku bangga dengan keberanian ibu mereka.

Mereka membantunya melalui proses pendaftaran, menyebutnya sebagai mimpi yang menjadi kenyataan bagi seluruh keluarga.

Mereka terus mendukungnya dengan meninjau pekerjaan rumah bersama, dan menyemangatinya untuk terus maju, terutama pada hari-hari yang sulit.

“Setiap kali saya membalik halaman buku pelajaran, saya tidak hanya belajar membaca, tetapi juga menulis babak baru dalam hidup saya,” ungkapnya.(jpc)

Ketika seseorang sudah berusia di atas 60 tahun, kebanyakan orang sudah memasuki masa pensiun. Namun, hal itu tidak berlaku bagi Kim Young Ja karena ia baru masuk kelas satu SD saat berusia 71 tahunKim Young Ja baru-baru ini memulai tahun pertamanya di SD Deokdo di provinsi Gyeonggi, Korea Selatan.

Menurutnya, ini merupakan impian seumur hidup yang akhirnya terwujud, setelah berpuluh-puluh tahun tidak mendapat kesempatan mengenyam pendidikan karena kemiskinan dan stigma sosial.

Saat masih kecil, Kim tidak dapat bersekolah karena kesulitan keuangan dan kepercayaan luas di masyarakat pedesaannya, bahwa pendidikan tidak diperlukan bagi anak perempuan.

“Saya selalu iri, dengan anak-anak yang mengenakan seragam sekolah dan membawa buku. Sekarang, akhirnya saya bisa menjadi salah satu dari mereka,” kata Kim Young Ja.

Penerimaannya menandai pertama kalinya dalam sejarah sekolah di Korea Selatan, bahwa seseorang seusianya bergabung sebagai siswa.

Baca Juga :  Donald Trump Siap Buka Transkrip Percakapan dengan Presiden Ukraina

Meskipun ada kekhawatiran awal tentang stamina fisiknya, dan kemampuannya untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan di antara teman-teman sekelasnya yang jauh lebih muda.

Pimpinan sekolah dengan suara bulat mendukung penerimaannya, memuji tekadnya yang tidak tergoyahkan dan inspirasi yang dibawanya ke dalam kelas.

Para guru telah membuat penyesuaian kecil untuk membantunya beradaptasi, dan teman-teman sekelasnya menyambutnya dengan hangat.

Setiap pagi, Kim Yong Ja datang 30 menit lebih awal untuk melihat buku bergambar dan berlatih membaca.

Dengan dukungan dari guru-guru dan teman sekelasnya, ia mulai membaca kata-kata sederhana dan secara aktif mengikuti semua kegiatan sekolah, mulai dari kunjungan lapangan hingga memulai percakapan saat di kantin.

“Mimpi saya adalah belajar, dan sekarang saya bisa melakukannya. Saya berterima kasih kepada para guru dan anak-anak, yang menerima saya seperti keluarga,” kata Kim.

Baca Juga :  Lockdown, Duterte Berlakukan Jam Malam di Manila

Untuk memudahkan transisinya, SD Deokdo telah menciptakan lingkungan belajar yang dipersonalisasi untuknya, mengajarkan budaya saling menghormati, dan hubungan antar generasi di antara para siswa.

“Kim adalah panutan bukan hanya bagi siswa kami, tetapi juga bagi seluruh komunitas sekolah.”

“Kehadirannya membantu kami membangun sekolah, di mana pembelajaran tidak mengenal batas usia,” jelas Seo Kyung Hee, selaku kepala sekolah.

Ketiga anak Kim, yang semuanya lulusan di sekolah yang sama mengaku bangga dengan keberanian ibu mereka.

Mereka membantunya melalui proses pendaftaran, menyebutnya sebagai mimpi yang menjadi kenyataan bagi seluruh keluarga.

Mereka terus mendukungnya dengan meninjau pekerjaan rumah bersama, dan menyemangatinya untuk terus maju, terutama pada hari-hari yang sulit.

“Setiap kali saya membalik halaman buku pelajaran, saya tidak hanya belajar membaca, tetapi juga menulis babak baru dalam hidup saya,” ungkapnya.(jpc)

Terpopuler

Artikel Terbaru