Ketegangan di Timur Tengah memuncak ke level paling berbahaya dalam dekade terakhir, menyusul kabar dari sumber diplomatik Amerika Serikat dan Eropa yang menyebut Israel tengah bersiap melancarkan serangan besar ke Iran.
Serangan tersebut diyakini bisa memicu perang terbuka di kawasan dan menggagalkan upaya damai yang tersisa. Langkah ini dipandang sebagai puncak dari tekanan berbulan-bulan yang dilancarkan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu terhadap Presiden AS Donald Trump untuk memanfaatkan momen “kerentanan strategis” Iran.
Netanyahu disebut-sebut melihat saat ini sebagai waktu paling tepat untuk melumpuhkan program nuklir Teheran yang terus menuai kontroversi. Merespons ketegangan yang meningkat tajam, pemerintahan Trump pada Rabu memerintahkan penarikan diplomat Amerika dari Irak dan mengizinkan keluarga militer AS meninggalkan wilayah Timur Tengah.
Melansir New York Times, Inggris juga turut mengeluarkan peringatan keamanan terhadap kapal-kapal komersial yang melintasi Teluk Persia, Selat Hormuz, dan Laut Oman, menandakan kekhawatiran global atas eskalasi militer yang semakin nyata.
Di balik layar, perundingan diplomatik dengan Iran mulai goyah. Presiden Trump, yang sebelumnya menolak rencana serangan Israel demi memberi ruang negosiasi, kini mengaku “semakin pesimis” setelah Pemimpin Tertinggi Iran menolak proposal yang bertujuan membatasi kemampuan pengayaan uranium di dalam negeri.
Meski pertemuan diplomatik antara AS dan Iran dijadwalkan kembali digelar di Oman hari Minggu mendatang, nada Trump terhadap Iran telah berubah drastis.
Dalam wawancaranya dengan New York Post, Trump menyatakan kehilangan kepercayaan terhadap kemungkinan tercapainya kesepakatan damai. “Saya sudah memperingatkan Netanyahu agar tidak menyerang saat kami tengah bernegosiasi. Tapi sekarang, segalanya berbeda,” ujarnya dengan nada ambigu.
Lebih jauh, seorang pejabat senior Iran mengungkap bahwa militer dan pemerintah telah menyiapkan rencana tanggap darurat jika Israel benar-benar menyerang. Rencana itu mencakup peluncuran ratusan rudal balistik langsung ke jantung Israel, skenario yang bisa menyalakan perang regional besar-besaran.
Serangan rudal Iran skala besar sebelumnya pada Oktober 2024 yang berkaitan dengan konflik di Gaza hanya menimbulkan kerusakan terbatas, sebagian besar berkat bantuan sistem pertahanan rudal dari Amerika. Namun, kali ini, para analis menilai Iran akan “menekan tombol habis-habisan.”
Ketika ditanya soal penarikan personel AS dari kawasan saat menghadiri pertunjukan musikal Les Misérables di Washington, Trump hanya menjawab datar: “Cari tahu sendiri.”
Dengan semakin tipisnya batas antara retorika dan aksi militer, komunitas internasional kini menghadapi ketidakpastian yang mencekam: akankah Timur Tengah kembali terseret ke dalam perang besar, dan apakah dunia siap menanggung konsekuensinya?(jpc)