26.6 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Hindari Masker dengan Katup Udara

SATUAN Tugas (Satgas)
Penanganan Covid-19 memberikan sejumlah ketentuan untuk masyarakat dalam
pemakaian masker sehingga meningkatkan efektivitas pencegahan Covid-19.

“Pada 13 Februari 2021 lalu, Center for
Disease Control (CDC) di Amerika Serikat memperbarui artikel pada situs
resminya terkait dengan cara-cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
efektivitas penggunaan masker,” kata Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19,
Prof Wiku Adisasmito dalam konferensi pers virtual di Kantor Presiden Jakarta,
Kamis (18/12).

Menurut Prof Wiku, terdapat berbagai jenis
masker untuk mencegah penularan Covid-19 di antaranya masker medis, masker
kain, dan masker KN-95. “Penting diketahui agar menghindari memakai masker yang
memiliki katup udara karena dapat berpotensi menjadi celah masuknya virus,”
ungkap Prof Wiku.

Menurut Prof Wiku, baik masker kain maupun
masker medis dapat ditingkatkan ketepatan pemakaian dan filtrasinya terhadap
virus. “Pertama adalah dengan menggunakan masker yang terdapat ‘nose wire’ atau
kawat pada bagian hidung untuk menyesuaikan dengan bentuk hidung agar mencegah
masuknya virus,” tambah Prof Wiku.

Baca Juga :  Airlangga Sebut Golkar dan Relawan Jokowi Kawal Program Presiden

Kedua, menggunakan penyangga masker agar
masker dapat dipakai dengan sempurna dan menyesuaikan dengan bentuk wajah.
“Gunakan penyangga masker dengan bahan elastis agar tetap nyaman saat digunakan
tapi juga selalu tertutup,” kata Prof Wiku.

Ketiga, mengikat karet telinga dan melipat
sisa masker bila ukuran masker lebih besar dari wajah sehingga masker rapat dan
menutupi hidung dan mulut secara sempurna.

“Salah satu cara yang direkomendasikan CDC
untuk meningkatkan kemampuan filtrasi masker adalah dengan melapis masker medis
dengan masker kain. Penelitian terbaru di laboratorium menunjukkan kombinasi
masker ganda ini memberikan perlindungan jauh lebih baik bagi pemakainya dan
orang lain dibanding hanya memakai masker medis atau masker kain saja,” ungkap
Prof Wiku.

Namun, ada beberapa kombinasi masker yang
tidak boleh digunakan secara bersamaan. “Jangan gabungkan dua masker medis
secara bersamaan sebab masker medis tidak dirancang dua lapis secara bersamaan
karena tidak meningkatkan filtrasi dan kesesuaian masker,” tambah Prof Wiku.

Baca Juga :  Jika Terdapat Kasus Covid-19 di Sekolah? Ini Tugas Pemda

Selain itu, jangan menggabungkan masker KN-95
dengan masker lainnya. “Sebaiknya masker KN-95 digunakan sendiri dan tidak
melapisi masker KN-95 dengan jenis masker apapun sebagai lapisan pertama atau
kedua,” tegas Prof Wiku.

Mengenakan masker adalah salah satu cara
terpenting untuk mengurangi penularan Covid-19, sehingga masyarakat diminta
untuk konsisten memakai masker secara benar di tempat umum.

“Juga ketika bersama siapapun yang tidak
tinggal bersama termasuk di rumah sendiri dan saat merawat seseorang yang
terkena Covid-19. Dengan memakai masker yang benar harapannya dapat mengurangi
angka penularan di masyarakat sehingga kasus positif segera turun hingga tidak
ada sama sekali,” ungkap Prof Wiku.

SATUAN Tugas (Satgas)
Penanganan Covid-19 memberikan sejumlah ketentuan untuk masyarakat dalam
pemakaian masker sehingga meningkatkan efektivitas pencegahan Covid-19.

“Pada 13 Februari 2021 lalu, Center for
Disease Control (CDC) di Amerika Serikat memperbarui artikel pada situs
resminya terkait dengan cara-cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
efektivitas penggunaan masker,” kata Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19,
Prof Wiku Adisasmito dalam konferensi pers virtual di Kantor Presiden Jakarta,
Kamis (18/12).

Menurut Prof Wiku, terdapat berbagai jenis
masker untuk mencegah penularan Covid-19 di antaranya masker medis, masker
kain, dan masker KN-95. “Penting diketahui agar menghindari memakai masker yang
memiliki katup udara karena dapat berpotensi menjadi celah masuknya virus,”
ungkap Prof Wiku.

Menurut Prof Wiku, baik masker kain maupun
masker medis dapat ditingkatkan ketepatan pemakaian dan filtrasinya terhadap
virus. “Pertama adalah dengan menggunakan masker yang terdapat ‘nose wire’ atau
kawat pada bagian hidung untuk menyesuaikan dengan bentuk hidung agar mencegah
masuknya virus,” tambah Prof Wiku.

Baca Juga :  Airlangga Sebut Golkar dan Relawan Jokowi Kawal Program Presiden

Kedua, menggunakan penyangga masker agar
masker dapat dipakai dengan sempurna dan menyesuaikan dengan bentuk wajah.
“Gunakan penyangga masker dengan bahan elastis agar tetap nyaman saat digunakan
tapi juga selalu tertutup,” kata Prof Wiku.

Ketiga, mengikat karet telinga dan melipat
sisa masker bila ukuran masker lebih besar dari wajah sehingga masker rapat dan
menutupi hidung dan mulut secara sempurna.

“Salah satu cara yang direkomendasikan CDC
untuk meningkatkan kemampuan filtrasi masker adalah dengan melapis masker medis
dengan masker kain. Penelitian terbaru di laboratorium menunjukkan kombinasi
masker ganda ini memberikan perlindungan jauh lebih baik bagi pemakainya dan
orang lain dibanding hanya memakai masker medis atau masker kain saja,” ungkap
Prof Wiku.

Namun, ada beberapa kombinasi masker yang
tidak boleh digunakan secara bersamaan. “Jangan gabungkan dua masker medis
secara bersamaan sebab masker medis tidak dirancang dua lapis secara bersamaan
karena tidak meningkatkan filtrasi dan kesesuaian masker,” tambah Prof Wiku.

Baca Juga :  Jika Terdapat Kasus Covid-19 di Sekolah? Ini Tugas Pemda

Selain itu, jangan menggabungkan masker KN-95
dengan masker lainnya. “Sebaiknya masker KN-95 digunakan sendiri dan tidak
melapisi masker KN-95 dengan jenis masker apapun sebagai lapisan pertama atau
kedua,” tegas Prof Wiku.

Mengenakan masker adalah salah satu cara
terpenting untuk mengurangi penularan Covid-19, sehingga masyarakat diminta
untuk konsisten memakai masker secara benar di tempat umum.

“Juga ketika bersama siapapun yang tidak
tinggal bersama termasuk di rumah sendiri dan saat merawat seseorang yang
terkena Covid-19. Dengan memakai masker yang benar harapannya dapat mengurangi
angka penularan di masyarakat sehingga kasus positif segera turun hingga tidak
ada sama sekali,” ungkap Prof Wiku.

Terpopuler

Artikel Terbaru