28.4 C
Jakarta
Monday, April 29, 2024

Densus 88 Tangka Dua Polwan Terduga Anggota Teroris

JAKARTA – Dua anggota polisi wanita (Polwan) diamankan Tim
Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri. Keduanya ditangkap di Yogyakarta.

Kadiv Humas Polri Irjen Pol M
Iqbal mengatakan pihaknya melakukan upaya preventif strike secara maksimal
paska kasus percobaan pembunuhan terhadap Menko Polhukam Wiranto di Pandeglang,
Banten. Hasilnya, 36 orang terduga teroris berhasil ditangkap Tim Densus 88 di
berbagai wilayah di Indonesia usai insiden penikaman Wiranto. Dua diantara yang
diamankan adalah anggota Polwan.

“Ya, seperti yang disampaikan
Karopenmas, Densus 88 tak berhenti melakukan upaya penindakan hukum paksa
terhadap terduga pelaku dan kelompok teroris pasca ditangkapnya Abu Rara,
pelaku penyerangan terhadap Menko Polhukam,” kata Iqbal, Rabu (16/10).

Iqbal menyebut, Densus 88 terus
bergerak dalam rangka melakukan penindakan hukum terhadap para terduga teroris
ini, guna mengungkap tuntas jaringan kelompok teroris ini hingga ke atas. Dan
selain itu, mengungkap apakah aksi amaliyahnya itu benar spontan atau terstruktur.

“Update terbaru pengungkapan
terduga teroris sampai hari ini, pasca penangkapan Abu Rara dan istrinya sesuai
strategi dan masif totalnya sudah mencapai, sebanyak 36 orang diantaranya dua
anggota Polwan. Dua Polwan, diamankan di Yogya,” tutur Iqbal.

Menurut Iqbal, pihaknya tidak
main-main dalam melawan terorisme. Dengan adanya kasus ini, Polri langsung
berbenah dan melakukan penyelidikan mendalam. “Polri introspeksi ke dalam,” jelas dia.

Untuk dua polwan terduga teroris
itu, lanjutnya, polisi tetap akan menerapkan asas praduga tak bersalah.

“Untuk Polwan ini kita akan
melakukan pengawasan internal. Sanksinya apa, dapat dipecat. Tetapi bukan aksi
terorisnya, karena di negara kita aksi terorisme itu ada di peradilan walaupun
dia teroris kita selesaikan di peradilan. Asas praduga tak bersalah tetap kita
usung, mereka akan dipecat atas pelanggaran disiplin dan kode etik kepolisian
yaitu desersi,” tandasnya.

Baca Juga :  Masyarakat Disebut Putuskan Mudik karena Tidak Ada Solusi Lain

Dirinci Iqbal, 36 terduga teroris
yang diungkap Densus 88 dilakukan di sejumlah wilayah. Antara lain, di
Pandeglang (Banten) 1 orang, 2 di Bali, 1 di Manado (Sulawesi Utara), 2 di
Jakarta Selatan, 7 di Bandung (Jawa Barat), 1 di Jambi, 5 di Cirebon (Jawa
Barat), 6 di Lampung, 1 di Poso (Sulawesi Tengah), 8 di Jawa Tengah dan
Yogyakarta, dan 2 di Jawa Timur.

Iqbal menjelaskan para teroris
yang diamankan menggunakan media sosial sebagai sarana dalam merekrut,
membaiat, belajar melakukan amaliyah, belajar merakit bom, dan berkoordinasi.

“Ya, pengungkapan Densus 88 ini
fenomena baru, karena mereka ini menggunakan interaksi media sosial (medsos)
secara intensif, di medsos ini mereka aktif diskusi dan bicara tentang
idiologi, cara merakit bom, sampai dengan yang ditangkap atau belum sudah
berbaiat secara online,” jelas Iqbal.

“Hampir 90 persen terduga teroris
ini sudah berbaiat dengan pimpinan ISIS Abu Bakar Al-baghdadi. Dan kita
pastikan mereka terafiliasi dengan ISIS,” tegas perwira tinggi Polri berpangkat
bintang dua ini.

Adapun para terduga teroris ini,
setelah melakukan baiat, mereka tidak bersentuhan secara langsung untuk
berinteraksi. Mereka berpencar ke sejumlah wilayah yang ada di tanah air dan
berinteraksinya aktif di medsos, berdiskusi cara merakit bom dan diskusi ilmu
lainnya.

“Tidak pernah mereka bersentuhan
langsung, tapi lebih aktif berinteraksi di media sosial. Kelompok ini rata-rata
setelah berbaiat langsung berpencar ke sejumlah wilayah, dan jumlahnya tidak
sedikit. Alhamdulillah, dengan cara yang demikian juga Densus berpencar dan
bisa hentikan dan temukan barang buktinya,” terang Iqbal.

Dan Iqbal menegaskan, kerja dari
tim Densus 88 belum selesai sampai disini, nanti apabila sudah semua danlengkap
akan disampaikan semuanya berikut dengan bahan-bahan merakit bomnya. Dan untuk
sementara, diketahui Leader kelompoknya adalah Abu Zee.

Baca Juga :  Gus Solah Sedang Kritis di RS, Keluarga Mohon Doa

“Nanti akan kita sampaikan semua,
dengan barang bukti bahan-bahan merakit bom yang sangat berbahaya dan ini belum
disampaikan ke publik, karena memang pengungkapan Densus pasca Abu Rara ini
belum tuntas. Terakhir saya ingin membantah para terduga ini, termasuk dua
Polwan tidak benar akan lakukan amaliyah saat pelantikan presiden, tidak ada
kaitannya,” pungkasnya.

Terkait dua anggota Polwan yang
menjadi terduga teroris, pengamat teroris Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta, Zaki Mubarak mengatakan hal tersebut membuktikan tak ada
institusi yang kebal dari infiltrasi ideologi radikal.

“Baik PNS, tentara, kepolisian,
bisa mereka pengaruhi. Ini tentunya sudah alarming atau tahap mengkhawatirkan,”
katanya saat dihubungi Fajar Indonesia Network sambil mencontohkan bahwa
sebelumnya telah ada desersi tentara dan kepolisian serta Pegawai Negeri Sipil
(PNS) yang bergabung dengan ISIS di Suriah.

Menurutnya, aksi teroris meskipun
kapasitasnya semakin merosot, namun masih menjadi ancaman yang menakutkan.

“Meski banyak tokohnya pentingnya
yang tewas maupun dipenjara tapi ideologinya masih hidup. Simpatisan nya terus
tumbuh. Hanya tinggal menunggu waktu dan kesempatan untuk melakukan amaliah,”
terangnya.

Untuk itu, dia berharap agar
aparat keamanan harus dapat menuntaskan kasus terorisme hingga ke akar-akarnya.
Penuntasan dari hulu hingga hilir.

“Jangan hanya penindakan saja
sebagai fokus. Tapi juga proses deradikalisasi harus dioptimalkan. Moderatisme
dan penguatan ekonomi bagi keluarga teroris juga perlu dilakukan untuk memutus
mata rantai jaringan terorisme diantara mereka,” pungkasnya. (mhf/gw/fin/kpc)

JAKARTA – Dua anggota polisi wanita (Polwan) diamankan Tim
Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri. Keduanya ditangkap di Yogyakarta.

Kadiv Humas Polri Irjen Pol M
Iqbal mengatakan pihaknya melakukan upaya preventif strike secara maksimal
paska kasus percobaan pembunuhan terhadap Menko Polhukam Wiranto di Pandeglang,
Banten. Hasilnya, 36 orang terduga teroris berhasil ditangkap Tim Densus 88 di
berbagai wilayah di Indonesia usai insiden penikaman Wiranto. Dua diantara yang
diamankan adalah anggota Polwan.

“Ya, seperti yang disampaikan
Karopenmas, Densus 88 tak berhenti melakukan upaya penindakan hukum paksa
terhadap terduga pelaku dan kelompok teroris pasca ditangkapnya Abu Rara,
pelaku penyerangan terhadap Menko Polhukam,” kata Iqbal, Rabu (16/10).

Iqbal menyebut, Densus 88 terus
bergerak dalam rangka melakukan penindakan hukum terhadap para terduga teroris
ini, guna mengungkap tuntas jaringan kelompok teroris ini hingga ke atas. Dan
selain itu, mengungkap apakah aksi amaliyahnya itu benar spontan atau terstruktur.

“Update terbaru pengungkapan
terduga teroris sampai hari ini, pasca penangkapan Abu Rara dan istrinya sesuai
strategi dan masif totalnya sudah mencapai, sebanyak 36 orang diantaranya dua
anggota Polwan. Dua Polwan, diamankan di Yogya,” tutur Iqbal.

Menurut Iqbal, pihaknya tidak
main-main dalam melawan terorisme. Dengan adanya kasus ini, Polri langsung
berbenah dan melakukan penyelidikan mendalam. “Polri introspeksi ke dalam,” jelas dia.

Untuk dua polwan terduga teroris
itu, lanjutnya, polisi tetap akan menerapkan asas praduga tak bersalah.

“Untuk Polwan ini kita akan
melakukan pengawasan internal. Sanksinya apa, dapat dipecat. Tetapi bukan aksi
terorisnya, karena di negara kita aksi terorisme itu ada di peradilan walaupun
dia teroris kita selesaikan di peradilan. Asas praduga tak bersalah tetap kita
usung, mereka akan dipecat atas pelanggaran disiplin dan kode etik kepolisian
yaitu desersi,” tandasnya.

Baca Juga :  Masyarakat Disebut Putuskan Mudik karena Tidak Ada Solusi Lain

Dirinci Iqbal, 36 terduga teroris
yang diungkap Densus 88 dilakukan di sejumlah wilayah. Antara lain, di
Pandeglang (Banten) 1 orang, 2 di Bali, 1 di Manado (Sulawesi Utara), 2 di
Jakarta Selatan, 7 di Bandung (Jawa Barat), 1 di Jambi, 5 di Cirebon (Jawa
Barat), 6 di Lampung, 1 di Poso (Sulawesi Tengah), 8 di Jawa Tengah dan
Yogyakarta, dan 2 di Jawa Timur.

Iqbal menjelaskan para teroris
yang diamankan menggunakan media sosial sebagai sarana dalam merekrut,
membaiat, belajar melakukan amaliyah, belajar merakit bom, dan berkoordinasi.

“Ya, pengungkapan Densus 88 ini
fenomena baru, karena mereka ini menggunakan interaksi media sosial (medsos)
secara intensif, di medsos ini mereka aktif diskusi dan bicara tentang
idiologi, cara merakit bom, sampai dengan yang ditangkap atau belum sudah
berbaiat secara online,” jelas Iqbal.

“Hampir 90 persen terduga teroris
ini sudah berbaiat dengan pimpinan ISIS Abu Bakar Al-baghdadi. Dan kita
pastikan mereka terafiliasi dengan ISIS,” tegas perwira tinggi Polri berpangkat
bintang dua ini.

Adapun para terduga teroris ini,
setelah melakukan baiat, mereka tidak bersentuhan secara langsung untuk
berinteraksi. Mereka berpencar ke sejumlah wilayah yang ada di tanah air dan
berinteraksinya aktif di medsos, berdiskusi cara merakit bom dan diskusi ilmu
lainnya.

“Tidak pernah mereka bersentuhan
langsung, tapi lebih aktif berinteraksi di media sosial. Kelompok ini rata-rata
setelah berbaiat langsung berpencar ke sejumlah wilayah, dan jumlahnya tidak
sedikit. Alhamdulillah, dengan cara yang demikian juga Densus berpencar dan
bisa hentikan dan temukan barang buktinya,” terang Iqbal.

Dan Iqbal menegaskan, kerja dari
tim Densus 88 belum selesai sampai disini, nanti apabila sudah semua danlengkap
akan disampaikan semuanya berikut dengan bahan-bahan merakit bomnya. Dan untuk
sementara, diketahui Leader kelompoknya adalah Abu Zee.

Baca Juga :  Gus Solah Sedang Kritis di RS, Keluarga Mohon Doa

“Nanti akan kita sampaikan semua,
dengan barang bukti bahan-bahan merakit bom yang sangat berbahaya dan ini belum
disampaikan ke publik, karena memang pengungkapan Densus pasca Abu Rara ini
belum tuntas. Terakhir saya ingin membantah para terduga ini, termasuk dua
Polwan tidak benar akan lakukan amaliyah saat pelantikan presiden, tidak ada
kaitannya,” pungkasnya.

Terkait dua anggota Polwan yang
menjadi terduga teroris, pengamat teroris Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta, Zaki Mubarak mengatakan hal tersebut membuktikan tak ada
institusi yang kebal dari infiltrasi ideologi radikal.

“Baik PNS, tentara, kepolisian,
bisa mereka pengaruhi. Ini tentunya sudah alarming atau tahap mengkhawatirkan,”
katanya saat dihubungi Fajar Indonesia Network sambil mencontohkan bahwa
sebelumnya telah ada desersi tentara dan kepolisian serta Pegawai Negeri Sipil
(PNS) yang bergabung dengan ISIS di Suriah.

Menurutnya, aksi teroris meskipun
kapasitasnya semakin merosot, namun masih menjadi ancaman yang menakutkan.

“Meski banyak tokohnya pentingnya
yang tewas maupun dipenjara tapi ideologinya masih hidup. Simpatisan nya terus
tumbuh. Hanya tinggal menunggu waktu dan kesempatan untuk melakukan amaliah,”
terangnya.

Untuk itu, dia berharap agar
aparat keamanan harus dapat menuntaskan kasus terorisme hingga ke akar-akarnya.
Penuntasan dari hulu hingga hilir.

“Jangan hanya penindakan saja
sebagai fokus. Tapi juga proses deradikalisasi harus dioptimalkan. Moderatisme
dan penguatan ekonomi bagi keluarga teroris juga perlu dilakukan untuk memutus
mata rantai jaringan terorisme diantara mereka,” pungkasnya. (mhf/gw/fin/kpc)

Terpopuler

Artikel Terbaru