26.3 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Dua Siswi SMA 2 Palangka Raya Peneliti Obat Kanker Terima Penghargaan

JAKARTA – Setelah sempat dilakukan pada tahun 2017, kali ini Badan
Pembina Idiologi Pancasila (BPIP) akan kembali memberikan apresiasi untuk 74
individu prestasi. Mereka dinilai layak sebagai icon Pancasila tahun 2019.
Setelah melalui proses penyaringan yang cukup ketat.

Rencananya, pemberian penghargaan
bakal dilangsungkan di malam “Konser Kebangsaan” yang di Colomadu, Karanganyar,
Jawa Tengah, Senin (19/8). Kegiatan tersebut akan disiarkan secara live ke
seluruh Indonesia melalui TVRI pukul 19.00 WIB.

Deputi Evaluasi dan Pengendalian
BPIP Rima Agristina, menjelaskan selain itu bakal disuguhkan pula seminar di 12
fakultas di Universitas Negeri 11 Maret (UNS). Tema besar dari kegiatan seminar
itu yakni ”Pancasila sebagai platform pembangunan manusia dan Kebudayaan”.

Sedangkan sub temanya,
disesuaikan dengan karakteristik masing-masing fakultas. ”BPIP pun berencana
mengadakan seminar di berbagai wilayah di Solo dan sekitarnya yang
diselenggarakan bersama antara BPIP dan pemerintah daerah Jawa Tengah,” jelas
Rima di Gedung BPIP, Jalan Veteran III, Jakarta Pusat, Selasa (13/8).

Kerjasama lainnya yakni menggelar
konser Pancasila yang bekerja sama dengan TVRI. “Nanti ada icon muda. Umurnya
11 tahun dan yang palinf tua 96. Ini kan seru. Bayangkan dalam satu panggung
yang muda dengan yang tua,” paparnya.

BPIP berharap media juga bisa
mengeksplor sosok masing-masing (selengkapnya lihat grafis) penerima icon
penghargaan nanti pada 19 Agustus mendatang. ”Ini tentu menjadi kebanggan kita
bersama.  Selain tokoh-tokoh yang konsen
di bidangnya, ternyata ada anak yang berusia 11 tahun sudah mampu mencadi
suritauladan,” imbuhnya.

Di tempat yang sama, Plt Kepala
Badan Pembinaan Idiologo Pancasila Hariyono mengatakan di momen Hari
Kemerdekaan RI ke 74 tahun, berbagai upaya teah ditempuh oleh seluruh elemen
putra-putri bangsa Indonesia untuk mencapat tujuan dan cita-cita kemerdekaan.
”Semua aspek telah dilakukan. Baik politik, sosial maupun pertahanan dan
keamanan,” jelasnya.

Ditamabahkannya, dipilihnya
momentum HUT RI ke-74, untuk memberikan apresiasi kepada individu atau lembaga
berprestasi Pancasila karena dipandang sebaai momentum strategi untuk
membangkitkan semangat kebangsaan dan sikap patriot bangsa, sebagai bangsa yang
kreatif inovasi dan ungggul.

Baca Juga :  Wajib Tahu, 13 Gejala yang Dialami Penderita Pasien Covid-19

Menjawab pertanyaan apa kriteria
penerima apresiasi Pancasila, Hariyono menjelaskan ada berbagai tahapan seleksi
yang terdiri dari input data calon penerima apresiasi, verifokasi data calon
penerima dan rapat pleno. ”Hasil penjaringan dibagi ke dalam empat kategori
yaitu sains dan inovasi, olahraga, seni dan budaya termasuk social preneur,”
jelasnya.

Sehingga didapat 74 individu
penerima atau lembaga apresiasi Pancasila. Jumlah 74 individu itu sejalan
dengan usia Kemerdekaan RI. Sedangkan kriteriaanya tentu melihat sumbangsih dan
pengabdiannya di tingkat nasional maupun internasional. ”Usia mereka sangat
bervariatif dari remaja belasan tahun hingga sangat senio di atas 80 tahun,”
paparnya.

Hariyono mencontohkan, di bidang
olahraga terdapat sosok atlet pelari cepat 100 meter Lalu Mogammad Zohri.  ”Di tengah keterbatasan dirinya mampu
mencapai prestasi gemilang. Lalu ada pecatur wantita peraih Grand Master Women
Irene Kharisma Sukandar,” ungkapnya.

Nah di bidang seni-budaya dan
kreatif ada desainer tunarungu Rafi Abdurrahman Ridwan. Selanjutnya budayawan
KH Mustofa Bisri, musikus Iwan Fals, sineas Arie Sihasale dan Zia Zulkarnaen atau
dalang Ki Mantep Sudarsono.

Selain itu ada Komunitas Adat
Cirendey di Cimahi Jawa Barat yang membangun ketahanan pangan non beras dan
mengembangan singkon sebagai bahan pangan pengganti. ”Ada pula Sri Tiawati yang
membangun sekolah adat Punan, Kalimantan Utara. Muncul pula nama Habib Ali dari
Partapura, Kalimantan Selatan yang berupaya mengentaskan kemiskinan melalu
pendekatan agama dengan mengembangkan BMT,” pungkas Hariyono. (syaifulamri/fin/kpc)

74 ICON PRESTASI PANCASILA 2019

Sain Dan Inovasi

Davyn Sudirjo (Jakarta)

Yuma Soerianto (Jakarta)

Ir. Teuku Faisal Fathani (Aceh)

Muhammad Toa (Sleman, DIY)

Intan Suci Nurhati, Ph. D (Jakarta)

Hibar Syahrul Ghafur (Bogor)

Josaphat Tetuko Sri Sumantyo, Ph.D (Bandung)

Gusnadi Wiyoga (Sleman, DIY)

Celestine Wenardy (Jakarta)

Dr. Agus Buditono (Solo)

Anjas Pramono (Kudus, Jateng)

Aysa Aurelya Maharani dan Anggina Rafitri (Palangkaraya, Kalteng)

Baca Juga :  PTM Gagal, Waspada Kegagalan Belajar Gelombang Kedua

Edi Arham, M.Pd (Sulawesi Utara)

Falasifah (Semarang)

Satriyani Widyawati Rahayu, M.Pd (Kediri, Jatim)

Yunina Resmi Pranata, M. Pd (Wonosobo, Jateng)

Ai Tin Sumantri (Tasikmalaya,
Jabar)

Olahraga

Lalu Muhammad Zohri (Mataram, NTB)

Irene Kharisama Sukandar (Bekasi, Jabar)

Naila Bovaranti (Jakarta)

Exa Raudina Koiroti (DIY)

Tibo Mobabesa (NTT)

Samantha Edithso (Bandung, Jabar)

Aries Sysabru Rahayu (Grobokan, Jateng)

Gabriel Edoway (Papua)

Indra Sjafri (Pesisir Selatan,
Sumbar)

Seni Budata Dan Kreatif

Rafi Abdurrahman Ridwan (Jakarta)

Ari Sihasale dan Nia Zulkarnaen (Jakarta)

Yoseog Abffu Noen (DIY)

Adi Putra (Jakarta)

Iwan Fals (Jakarta)

Awwalur Rizqie Al-Firori (Alffy Rev) (Mojokerto, Jatim)

Diana Erra Kumalasari (Jakarta)

Michael Theodric (Jakarta)

Livi Zheng (Blitar, Jatim)

Ki Mantep Soedarsono (Sukoharjo, Jateng)

Didik Hadiprayitno (Didik Nini Towok) (Temanggung, Jawa Timur)

I Wayan Suteja (Bali)

Erros Chandra (DIY)

Irawati Durban (Bandung, Jabar)

Marzuki Hasan (Aceh)

Christine Hakim (Jakarta)

Prof Toeti Heraty (Jakarta)

Addie MS (Jakarta)

Teater KOMA (Jakarta)

Butet Kertaradjasa dan Slamet Rahardjo (Jakarta)

KH Mustofa Bisri (Rembang, Jateng)

Trie Utami (Bandung, Jabar)

Social Enterpreneur

Komunitas Adat Sunda Cirendeu (Cimahi, Jabar)

Boedi Soehardi (NTT)

Bidan Agnes Barbara (Boven Digul, Papua)

Lo Siaw Ging (Solo, Jateng)

Bhikku Sri Pannavaro Mahathera (Magelang, Jateng)

Saur Marlina Manurung (Jambi)

Tri Mumpuni Wiyatno (Jakarta)

Sayurbox (Jakarta)

Nadim Makarim (Jakarta)

Puger Mulyono (Solo, Jateng)

Dr Budi Laksono MH.Sc (Semarang, Jateng)

Valencia Mieke Randa (Makassar, Sulsel)

Komunitas Donor Darah Indonesia (Jakarta/Jaringan Nasional)

Maksimus Masan Kian, S.Pd (Flores, NTT)

Maria Loretha (Adonara, Flotim, NTT)

Habib Muhammad Lutfi bin Yahya (Pekalongan, Jateng)

Prof Saparahinah Sadli (Jakarta)

Sri Rossyati dan Sri Irianingsih (Jakarta)

Angkie Yudistia (Jakarta)

Redi Eko Prasetyo (Malang, Jatim)

Bripka Bastian Tuhuteru (Pulau Buru, Maluku)

Lina Cristanty (Surabaya, Jatim)

Paseban Tri Panca Tunggal (Jakarta)

Eri Lestari Andayani (Kediri, Jatim)

Handaka Vijjanada (Temanggung, Jateng)

Serka Darwis (Sultra)

Sumber: BPIP

JAKARTA – Setelah sempat dilakukan pada tahun 2017, kali ini Badan
Pembina Idiologi Pancasila (BPIP) akan kembali memberikan apresiasi untuk 74
individu prestasi. Mereka dinilai layak sebagai icon Pancasila tahun 2019.
Setelah melalui proses penyaringan yang cukup ketat.

Rencananya, pemberian penghargaan
bakal dilangsungkan di malam “Konser Kebangsaan” yang di Colomadu, Karanganyar,
Jawa Tengah, Senin (19/8). Kegiatan tersebut akan disiarkan secara live ke
seluruh Indonesia melalui TVRI pukul 19.00 WIB.

Deputi Evaluasi dan Pengendalian
BPIP Rima Agristina, menjelaskan selain itu bakal disuguhkan pula seminar di 12
fakultas di Universitas Negeri 11 Maret (UNS). Tema besar dari kegiatan seminar
itu yakni ”Pancasila sebagai platform pembangunan manusia dan Kebudayaan”.

Sedangkan sub temanya,
disesuaikan dengan karakteristik masing-masing fakultas. ”BPIP pun berencana
mengadakan seminar di berbagai wilayah di Solo dan sekitarnya yang
diselenggarakan bersama antara BPIP dan pemerintah daerah Jawa Tengah,” jelas
Rima di Gedung BPIP, Jalan Veteran III, Jakarta Pusat, Selasa (13/8).

Kerjasama lainnya yakni menggelar
konser Pancasila yang bekerja sama dengan TVRI. “Nanti ada icon muda. Umurnya
11 tahun dan yang palinf tua 96. Ini kan seru. Bayangkan dalam satu panggung
yang muda dengan yang tua,” paparnya.

BPIP berharap media juga bisa
mengeksplor sosok masing-masing (selengkapnya lihat grafis) penerima icon
penghargaan nanti pada 19 Agustus mendatang. ”Ini tentu menjadi kebanggan kita
bersama.  Selain tokoh-tokoh yang konsen
di bidangnya, ternyata ada anak yang berusia 11 tahun sudah mampu mencadi
suritauladan,” imbuhnya.

Di tempat yang sama, Plt Kepala
Badan Pembinaan Idiologo Pancasila Hariyono mengatakan di momen Hari
Kemerdekaan RI ke 74 tahun, berbagai upaya teah ditempuh oleh seluruh elemen
putra-putri bangsa Indonesia untuk mencapat tujuan dan cita-cita kemerdekaan.
”Semua aspek telah dilakukan. Baik politik, sosial maupun pertahanan dan
keamanan,” jelasnya.

Ditamabahkannya, dipilihnya
momentum HUT RI ke-74, untuk memberikan apresiasi kepada individu atau lembaga
berprestasi Pancasila karena dipandang sebaai momentum strategi untuk
membangkitkan semangat kebangsaan dan sikap patriot bangsa, sebagai bangsa yang
kreatif inovasi dan ungggul.

Baca Juga :  Wajib Tahu, 13 Gejala yang Dialami Penderita Pasien Covid-19

Menjawab pertanyaan apa kriteria
penerima apresiasi Pancasila, Hariyono menjelaskan ada berbagai tahapan seleksi
yang terdiri dari input data calon penerima apresiasi, verifokasi data calon
penerima dan rapat pleno. ”Hasil penjaringan dibagi ke dalam empat kategori
yaitu sains dan inovasi, olahraga, seni dan budaya termasuk social preneur,”
jelasnya.

Sehingga didapat 74 individu
penerima atau lembaga apresiasi Pancasila. Jumlah 74 individu itu sejalan
dengan usia Kemerdekaan RI. Sedangkan kriteriaanya tentu melihat sumbangsih dan
pengabdiannya di tingkat nasional maupun internasional. ”Usia mereka sangat
bervariatif dari remaja belasan tahun hingga sangat senio di atas 80 tahun,”
paparnya.

Hariyono mencontohkan, di bidang
olahraga terdapat sosok atlet pelari cepat 100 meter Lalu Mogammad Zohri.  ”Di tengah keterbatasan dirinya mampu
mencapai prestasi gemilang. Lalu ada pecatur wantita peraih Grand Master Women
Irene Kharisma Sukandar,” ungkapnya.

Nah di bidang seni-budaya dan
kreatif ada desainer tunarungu Rafi Abdurrahman Ridwan. Selanjutnya budayawan
KH Mustofa Bisri, musikus Iwan Fals, sineas Arie Sihasale dan Zia Zulkarnaen atau
dalang Ki Mantep Sudarsono.

Selain itu ada Komunitas Adat
Cirendey di Cimahi Jawa Barat yang membangun ketahanan pangan non beras dan
mengembangan singkon sebagai bahan pangan pengganti. ”Ada pula Sri Tiawati yang
membangun sekolah adat Punan, Kalimantan Utara. Muncul pula nama Habib Ali dari
Partapura, Kalimantan Selatan yang berupaya mengentaskan kemiskinan melalu
pendekatan agama dengan mengembangkan BMT,” pungkas Hariyono. (syaifulamri/fin/kpc)

74 ICON PRESTASI PANCASILA 2019

Sain Dan Inovasi

Davyn Sudirjo (Jakarta)

Yuma Soerianto (Jakarta)

Ir. Teuku Faisal Fathani (Aceh)

Muhammad Toa (Sleman, DIY)

Intan Suci Nurhati, Ph. D (Jakarta)

Hibar Syahrul Ghafur (Bogor)

Josaphat Tetuko Sri Sumantyo, Ph.D (Bandung)

Gusnadi Wiyoga (Sleman, DIY)

Celestine Wenardy (Jakarta)

Dr. Agus Buditono (Solo)

Anjas Pramono (Kudus, Jateng)

Aysa Aurelya Maharani dan Anggina Rafitri (Palangkaraya, Kalteng)

Baca Juga :  PTM Gagal, Waspada Kegagalan Belajar Gelombang Kedua

Edi Arham, M.Pd (Sulawesi Utara)

Falasifah (Semarang)

Satriyani Widyawati Rahayu, M.Pd (Kediri, Jatim)

Yunina Resmi Pranata, M. Pd (Wonosobo, Jateng)

Ai Tin Sumantri (Tasikmalaya,
Jabar)

Olahraga

Lalu Muhammad Zohri (Mataram, NTB)

Irene Kharisama Sukandar (Bekasi, Jabar)

Naila Bovaranti (Jakarta)

Exa Raudina Koiroti (DIY)

Tibo Mobabesa (NTT)

Samantha Edithso (Bandung, Jabar)

Aries Sysabru Rahayu (Grobokan, Jateng)

Gabriel Edoway (Papua)

Indra Sjafri (Pesisir Selatan,
Sumbar)

Seni Budata Dan Kreatif

Rafi Abdurrahman Ridwan (Jakarta)

Ari Sihasale dan Nia Zulkarnaen (Jakarta)

Yoseog Abffu Noen (DIY)

Adi Putra (Jakarta)

Iwan Fals (Jakarta)

Awwalur Rizqie Al-Firori (Alffy Rev) (Mojokerto, Jatim)

Diana Erra Kumalasari (Jakarta)

Michael Theodric (Jakarta)

Livi Zheng (Blitar, Jatim)

Ki Mantep Soedarsono (Sukoharjo, Jateng)

Didik Hadiprayitno (Didik Nini Towok) (Temanggung, Jawa Timur)

I Wayan Suteja (Bali)

Erros Chandra (DIY)

Irawati Durban (Bandung, Jabar)

Marzuki Hasan (Aceh)

Christine Hakim (Jakarta)

Prof Toeti Heraty (Jakarta)

Addie MS (Jakarta)

Teater KOMA (Jakarta)

Butet Kertaradjasa dan Slamet Rahardjo (Jakarta)

KH Mustofa Bisri (Rembang, Jateng)

Trie Utami (Bandung, Jabar)

Social Enterpreneur

Komunitas Adat Sunda Cirendeu (Cimahi, Jabar)

Boedi Soehardi (NTT)

Bidan Agnes Barbara (Boven Digul, Papua)

Lo Siaw Ging (Solo, Jateng)

Bhikku Sri Pannavaro Mahathera (Magelang, Jateng)

Saur Marlina Manurung (Jambi)

Tri Mumpuni Wiyatno (Jakarta)

Sayurbox (Jakarta)

Nadim Makarim (Jakarta)

Puger Mulyono (Solo, Jateng)

Dr Budi Laksono MH.Sc (Semarang, Jateng)

Valencia Mieke Randa (Makassar, Sulsel)

Komunitas Donor Darah Indonesia (Jakarta/Jaringan Nasional)

Maksimus Masan Kian, S.Pd (Flores, NTT)

Maria Loretha (Adonara, Flotim, NTT)

Habib Muhammad Lutfi bin Yahya (Pekalongan, Jateng)

Prof Saparahinah Sadli (Jakarta)

Sri Rossyati dan Sri Irianingsih (Jakarta)

Angkie Yudistia (Jakarta)

Redi Eko Prasetyo (Malang, Jatim)

Bripka Bastian Tuhuteru (Pulau Buru, Maluku)

Lina Cristanty (Surabaya, Jatim)

Paseban Tri Panca Tunggal (Jakarta)

Eri Lestari Andayani (Kediri, Jatim)

Handaka Vijjanada (Temanggung, Jateng)

Serka Darwis (Sultra)

Sumber: BPIP

Terpopuler

Artikel Terbaru