33.2 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Kementerian PPPA: 58 Persen Anak Tidak Suka Belajar di Rumah

Kebijakan pembatasan sosial atau jaga jarak (physical
distancing
) yang diterapkan pemerintah tidak selamanya direspons positif
oleh anak-anak. Meskipun tujuannya untuk memutus mata rantai penularan virus
korona di tengah masyarakat.

Dari survei yang dilakukan Kementerian
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) terdapat sebuah fakta.
Bahwasannya 58 persen anak sekolah enggan belajar di rumah.

“58 persen anak punya perasaan tidak
menyenangkan selama menjalani belajar di rumah,” ujar Sekretaris Deputi Bidang
Tumbuh Kembang Anak KPPPA Eko Novi Ariyanti dalam konfrensi pers di Kantor
BNPB, Jakarta, Sabtu (11/4).

Sebagaimana diketahui, salah satu bentuk physical
distancing
 untuk memutus mata rantai virus korona adalah tetap berada
di rumah. Berada di rumah itu berlaku untuk pelajar yang harus belajar di
rumah. Pekerja atau karyawan harus menerapkan bekerja dari rumah.

Baca Juga :  Sore Ini, Hasil SBMPTN Diumumkan

Eko menyebut alasan ketidaksukaan anak-anak belajar
dari rumah adalah perasaan tidak menyenangkan dalam proses belajar. Anak-anak
tidak bisa berinteraksi dengan teman-teman sekolahnya.

Faktor lain anak-anak tidak nyaman belajar di
rumah karena mereka lebih suka belajar secara dua arah dengan para gurunya.
Pola tersebut lebih disukai ketimbang para guru memberikan tugas-tugas saja.
“Komunikasi dua arah dan pelaksanaan pembelajaran ‎yang efektif,” ungkapnya.

Adapun survei tersebut dilakukan KPPPA secara
online dengan Goggle Form. Kuisioner dikirim lewat pesan berantasi
via aplikasi WhatsApp.

Survei dilakukan secara serempak di 29
provinsi selama empat hari. Dari 26 sampai 29 Maret 2020. Respondennya anak
yang berusia di bawah 18 tahun. Sebanyak 69 persen responden adalah anak
perempuan, 31 persen adalah laki-laki. 

Baca Juga :  Ingatkan Ancaman Pidana, Polisi Sebut Banyak Pesepeda Langgar Aturan

Kebijakan pembatasan sosial atau jaga jarak (physical
distancing
) yang diterapkan pemerintah tidak selamanya direspons positif
oleh anak-anak. Meskipun tujuannya untuk memutus mata rantai penularan virus
korona di tengah masyarakat.

Dari survei yang dilakukan Kementerian
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) terdapat sebuah fakta.
Bahwasannya 58 persen anak sekolah enggan belajar di rumah.

“58 persen anak punya perasaan tidak
menyenangkan selama menjalani belajar di rumah,” ujar Sekretaris Deputi Bidang
Tumbuh Kembang Anak KPPPA Eko Novi Ariyanti dalam konfrensi pers di Kantor
BNPB, Jakarta, Sabtu (11/4).

Sebagaimana diketahui, salah satu bentuk physical
distancing
 untuk memutus mata rantai virus korona adalah tetap berada
di rumah. Berada di rumah itu berlaku untuk pelajar yang harus belajar di
rumah. Pekerja atau karyawan harus menerapkan bekerja dari rumah.

Baca Juga :  Sore Ini, Hasil SBMPTN Diumumkan

Eko menyebut alasan ketidaksukaan anak-anak belajar
dari rumah adalah perasaan tidak menyenangkan dalam proses belajar. Anak-anak
tidak bisa berinteraksi dengan teman-teman sekolahnya.

Faktor lain anak-anak tidak nyaman belajar di
rumah karena mereka lebih suka belajar secara dua arah dengan para gurunya.
Pola tersebut lebih disukai ketimbang para guru memberikan tugas-tugas saja.
“Komunikasi dua arah dan pelaksanaan pembelajaran ‎yang efektif,” ungkapnya.

Adapun survei tersebut dilakukan KPPPA secara
online dengan Goggle Form. Kuisioner dikirim lewat pesan berantasi
via aplikasi WhatsApp.

Survei dilakukan secara serempak di 29
provinsi selama empat hari. Dari 26 sampai 29 Maret 2020. Respondennya anak
yang berusia di bawah 18 tahun. Sebanyak 69 persen responden adalah anak
perempuan, 31 persen adalah laki-laki. 

Baca Juga :  Ingatkan Ancaman Pidana, Polisi Sebut Banyak Pesepeda Langgar Aturan

Terpopuler

Artikel Terbaru