33.2 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Rela Menunda Mudik, Siaga 24 Jam Demi Layanan Maksimal

Tidak semua orang bisa merayakan
Lebaran dengan berkumpul bersama keluarga tercinta. Tanggung jawab pada tugas
menjadi alasannya. Menahan rasa rindu demi kelancaran arus mudik.

 

TAHUN ini
menjadi tahun ketiga bagi Nila Novita Sari harus menahan rindu bertemu keluarga
saat Lebaran. Dia tidak bisa pulang kampung. Tanggung jawab pekerjaan sebagai
personel air traffic control (ATC) di Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta
membuatnya harus stand by.

Di meja kerja,
dia memandu ratusan pilot untuk mendarat dan lepas landas.

Sebelum
ditempatkan di ATC Soekarno-Hatta sejak Februari 2018, Nila bertugas di Tanjung
Pandan, Bangka Belitung. Saat mulai bekerja di Bangka Belitung, perempuan 26
tahun dengan satu anak itu sudah harus membiasakan diri untuk siap bertugas
saat orang lain berbondong-bondong mudik di masa Lebaran. “Sedih sih denger
takbiran. Biasanya kumpul di kampung sama keluarga, ini hanya bisa mendengar
takbiran dari tempat kerja,” tutur Nila.

Baca Juga :  Mabes Polri Temukan Indikasi Awal Penyebab Listrik Padam

Awalnya memang
berat untuk tidak berkumpul bersama keluarga saat hari raya. Namun, dukungan
penuh dari orang tua agar lebih mementingkan profesionalitas kerja membuat Nila
lebih kuat. Setidaknya bisa menahan kangen berkumpul di tengah-tengah keluarga.
“Keluarga sudah tahu dengan risiko pekerjaan saya dan mau mengerti. Saya jadi
lebih lega kalau keluarga tidak keberatan,” ungkap perempuan kelahiran Medan
tersebut.

Saat masa
Lebaran, kata Nila, pekerjaan relatif lebih berat dari biasanya. Sebab, jadwal
penerbangan lebih banyak jika dibandingkan dengan hari biasa. “Traffic lebih
ramai karena schedule penerbangan pasti bertambah saat Lebaran,” ujar Nila.

Saat Lebaran,
sif kerja personel ATC pun tak berubah. Yakni, 4 jam kerja dan 2 jam istirahat.
Nila selalu mengatur jadwal sifnya agar pada saat Hari Raya Idul Fitri tak
kebagian tugas pagi. Dengan begitu, dia bisa pergi melaksanakan salat Id.

Baca Juga :  Right Issue untuk Pengembangan Ekosistem Ultra Mikro

Personel ATC
yang tetap masuk saat Lebaran seperti Nila biasanya baru bisa mengambil jatah
cuti saat peak season Lebaran sudah lewat. Misalnya, H+7 Lebaran. “Sudah biasa
seminggu setelah Lebaran baru pulang. Atau, kadang saat saya dan suami tidak
bisa pulang kampung, orang tua kami yang berkunjung ke Jakarta supaya bisa
berkumpul bersama,” urainya.

Lebaran kali
ini Nila kembali harus menunda keinginan berkumpul bersama keluarga. Demi
menjalankan tanggung jawab tugas, Nila sementara akan berlebaran di Jakarta
bersama sang suami yang punya kampung halaman di Makassar. “Dinikmati saja, toh
nanti cuti Lebaran akan terus di-rolling. Ada saatnya nanti saya bisa pulang
saat Lebaran. Yang utama adalah menjalankan tanggung jawab pekerjaan,” ucapnya.
(
agf/jpc)

Tidak semua orang bisa merayakan
Lebaran dengan berkumpul bersama keluarga tercinta. Tanggung jawab pada tugas
menjadi alasannya. Menahan rasa rindu demi kelancaran arus mudik.

 

TAHUN ini
menjadi tahun ketiga bagi Nila Novita Sari harus menahan rindu bertemu keluarga
saat Lebaran. Dia tidak bisa pulang kampung. Tanggung jawab pekerjaan sebagai
personel air traffic control (ATC) di Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta
membuatnya harus stand by.

Di meja kerja,
dia memandu ratusan pilot untuk mendarat dan lepas landas.

Sebelum
ditempatkan di ATC Soekarno-Hatta sejak Februari 2018, Nila bertugas di Tanjung
Pandan, Bangka Belitung. Saat mulai bekerja di Bangka Belitung, perempuan 26
tahun dengan satu anak itu sudah harus membiasakan diri untuk siap bertugas
saat orang lain berbondong-bondong mudik di masa Lebaran. “Sedih sih denger
takbiran. Biasanya kumpul di kampung sama keluarga, ini hanya bisa mendengar
takbiran dari tempat kerja,” tutur Nila.

Baca Juga :  Mabes Polri Temukan Indikasi Awal Penyebab Listrik Padam

Awalnya memang
berat untuk tidak berkumpul bersama keluarga saat hari raya. Namun, dukungan
penuh dari orang tua agar lebih mementingkan profesionalitas kerja membuat Nila
lebih kuat. Setidaknya bisa menahan kangen berkumpul di tengah-tengah keluarga.
“Keluarga sudah tahu dengan risiko pekerjaan saya dan mau mengerti. Saya jadi
lebih lega kalau keluarga tidak keberatan,” ungkap perempuan kelahiran Medan
tersebut.

Saat masa
Lebaran, kata Nila, pekerjaan relatif lebih berat dari biasanya. Sebab, jadwal
penerbangan lebih banyak jika dibandingkan dengan hari biasa. “Traffic lebih
ramai karena schedule penerbangan pasti bertambah saat Lebaran,” ujar Nila.

Saat Lebaran,
sif kerja personel ATC pun tak berubah. Yakni, 4 jam kerja dan 2 jam istirahat.
Nila selalu mengatur jadwal sifnya agar pada saat Hari Raya Idul Fitri tak
kebagian tugas pagi. Dengan begitu, dia bisa pergi melaksanakan salat Id.

Baca Juga :  Right Issue untuk Pengembangan Ekosistem Ultra Mikro

Personel ATC
yang tetap masuk saat Lebaran seperti Nila biasanya baru bisa mengambil jatah
cuti saat peak season Lebaran sudah lewat. Misalnya, H+7 Lebaran. “Sudah biasa
seminggu setelah Lebaran baru pulang. Atau, kadang saat saya dan suami tidak
bisa pulang kampung, orang tua kami yang berkunjung ke Jakarta supaya bisa
berkumpul bersama,” urainya.

Lebaran kali
ini Nila kembali harus menunda keinginan berkumpul bersama keluarga. Demi
menjalankan tanggung jawab tugas, Nila sementara akan berlebaran di Jakarta
bersama sang suami yang punya kampung halaman di Makassar. “Dinikmati saja, toh
nanti cuti Lebaran akan terus di-rolling. Ada saatnya nanti saya bisa pulang
saat Lebaran. Yang utama adalah menjalankan tanggung jawab pekerjaan,” ucapnya.
(
agf/jpc)

Terpopuler

Artikel Terbaru