25.9 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Pemerintah Hanya Mampu Kirim Masker dan Logistik ke Tiongkok

Rencana pemerintah
mengevakuasi warga negara Indonesia (WNI) yang berada di Tiongkok masih buntu.
Hingga kemarin (28/1) pemerintah Tiongkok belum merestui rencana itu. Yang bisa
dilakukan pemerintah Indonesia hanya mengirim bantuan logistik dan masker.

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyatakan, logistik dan
masker tersebut akan diberikan kepada WNI yang berada di Wuhan. Dia
mengungkapkan, komunikasi dengan 243 WNI di Wuhan terus terjalin. Pemerintah
Tiongkok sendiri, menurut Retno, menyiapkan hotline 24 jam bagi warga negara
asing (WNA) di wilayah yang dikarantina.

Retno mengakui, para WNI itu mengeluhkan ketersediaan bahan
pokok yang makin sedikit. Bahkan diperkirakan hanya cukup untuk empat hari ke
depan. Memang beberapa toko masih buka. Namun, harga barang-barang naik
berlipat. Karena itu, pemerintah berusaha memenuhi kebutuhan logistik para WNI.
”Setiap waktu dicek. Apakah ada kebutuhan yang bisa dibantu,” ucapnya.

Meski demikian, Retno mengakui bahwa pengiriman logistik tidak
mudah. Sebab, kondisi Kota Wuhan masih di-lockdown atau dikarantina. Status
karantina itu pula yang menyulitkan pemerintah mengeluarkan WNI dari Wuhan.
Diperlukan pembahasan dengan otoritas Tiongkok. Kemenlu juga berkomunikasi
dengan negara-negara lain yang warganya juga berada di daerah karantina.
Contohnya dengan Australia. ”Saya kemarin bicara dengan menteri luar negeri
Australia,” ungkapnya.

Opsi evakuasi, menurut Retno, harus menunggu Tiongkok menetapkan
status darurat satu untuk Provinsi Hubei. ”Perlu data lengkap dan saat ini
masih berstatus darurat dua. Jadi, belum diperlukan evakuasi,” ujarnya. Menurut
dia, pemerintah Tiongkok sendiri telah memiliki standar untuk evakuasi.

Mengenai pengiriman masker, menurut Retno, akan dilakukan kerja
sama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). ”Pengiriman masker
menggunakan Garuda Indonesia ke Beijing. Dari Beijing ada layanan yang
diizinkan masuk ke wilayah yang dikarantina,” ungkapnya.

Sementara itu, Ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI)
Tiongkok Cabang Wuhan Nur Musyafak menceritakan bahwa Kedutaan Besar Republik
Indonesia (KBRI) di Beijing berusaha memenuhi stok logistik WNI yang berada di
daerah karantina. KBRI memberikan bantuan dana melalui WechatPay. ”Langkah
nyata dan cepat. Dana dikirim ke akun ketua ranting (PPI Tiongkok, Red)
masing-masing,” terangnya melalui pesan singkat kemarin.

Musyafak mengakui, tidak mudah melakukan evakuasi. Banyak
prosedur yang harus dilakukan pemerintah Indonesia. Sebab, proses evakuasi
mempunyai risiko tinggi. Baik untuk petugas maupun WNI yang akan dievakuasi.
Kesiapan fasilitas kesehatan juga menjadi pertimbangan. ”Dari Kemenkes pastinya
butuh menyiapkan rumah sakit di tanah air untuk pemeriksaan teman-teman yang
dievakuasi,” bebernya.

Pada bagian lain, BNPB akan mengirimkan bantuan berupa 10 ribu
masker N95 untuk WNI di Wuhan. ”Besok (hari ini, Red) dikirim,” ujar Deputi
Bidang Logistik dan Peralatan BNPB Prasinta Dewi.

Menkes Terawan Agus Putranto menjelaskan, bila Kemenlu akan
mengevakuasi WNI di Wuhan, pihaknya akan ikut ambil bagian. Kemenkes akan
menyiapkan segala sesuatu untuk menyambut WNI di tanah air. Mulai pemeriksaan
hingga antisipasi kemungkinan suspect virus korona. Begitu mendarat di tanah
air, para WNI akan menjalani pemeriksaan medis. ”Semua akan kita jalani. Itu
adalah SOP (standard operating procedure) dan semua SOP sudah kami buat,”
terangnya seusai rapat kabinet terbatas di Kantor Presiden kemarin.

Dari sisi peralatan, pihaknya menyiapkan semua sarana yang
diperlukan. Misalnya sarana isolasi di rumah sakit (RS). ”Kapsul evakuasi juga
sudah ada semua,” lanjut mantan kepala RSPAD Gatot Soebroto itu. Ada sedikitnya
21 kapsul evakuasi untuk membawa suspect korona ke RS yang ditempatkan di
berbagai daerah. Khususnya di pintu-pintu masuk tanah air.

Di sisi lain, Menparekraf Wishnutama menerangkan, pihaknya belum
tahu persis seberapa jauh dampak virus korona pada sektor pariwisata Indonesia.
Dia hanya memastikan, bakal ada pengaruh, tapi seberapa besar pengaruh tersebut
belum bisa dipastikan. ”Kalau dari kota tersebut (Wuhan), ini kan tahun lalu
cuma 50 ribuan wisatawan (yang datang, Red),” terangnya di kompleks istana
kepresidenan kemarin.

Saat ini penerbangan dari dan ke kota yang warganya banyak
terjangkit korona sudah dihentikan. Di Indonesia, secara umum statusnya masih
kuning atau hati-hati untuk kedatangan wisatawan, khususnya dari Negeri Panda.
”Kalau merah, itu no travel. Khusus di Provinsi Hubei itu no travel,”
lanjutnya.

Respons Berbagai Negara

Bukan hanya WNI yang ingin dievakuasi dari Wuhan, Tiongkok.
Mahasiswa dari negara lain juga sama. ’’Kami ingin dievakuasi secepatnya karena
entah itu virus, kelaparan, atau ketakutan salah satunya akan membunuh kami,’’
ujar mahasiswa ilmu politik di Central China Normal University (CCNU) Mashal
Jamalzai. Pemuda asal Afghanistan itu mengungkapkan, selama sepekan terakhir
dirinya tidak bisa keluar untuk membeli bahan makanan.

Mereka pantas panik. Sebab, saat ini sudah ada 106 orang yang
meninggal akibat virus tersebut. Di Tiongkok saja, jumlah penderita yang
positif mencapai 4.607 orang. Jumlah itu melonjak dua kali lipat jika
dibandingkan dengan sehari sebelumnya. Saat ini usaha menekan persebaran
digalakkan. Hongkong menyatakan akan menutup perbatasan yang menghubungkan
wilayahnya dengan pulau utama Tiongkok.

Beberapa negara sudah menyiapkan skenario evakuasi. Departemen
Luar Negeri AS mengirimkan pesawat untuk membawa staf konsulat di Wuhan ke San
Francisco. Diperkirakan, ada seribu warga AS di Wuhan. Mereka mungkin tidak
bisa dikeluarkan seluruhnya. ’’Prioritas diberikan pada individu yang berisiko
lebih besar terkena virus korona,’’ bunyi pernyataan Departemen Luar Negeri AS.

Tidak semua warga AS mau pulang. Diana Adama, misalnya. Guru
yang tinggal di Wuhan itu tidak mau kembali ke tanah airnya jika nanti dirinya
hanya menularkan virus ke penduduk AS. Adama tidak ingin membahayakan orang
lain.

Prancis akan mengevakuasi penduduknya ke area di luar Wuhan dan
dikarantina lebih dulu. Sementara itu, Sri Lanka memastikan akan mengeluarkan
150 mahasiswa mereka yang terjebak di Wuhan. Korea Selatan (Korsel) saat ini
sudah mendata jumlah penduduk yang ingin pulang. Mereka akan menyewa pesawat ke
Seoul. Hal serupa dilakukan Jepang.

’’Kami akan menerbangkan
siapa saja yang mau pulang,’’ tegas Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe
sebagaimana dikutip Agence France-Presse.

Jika dibandingkan dengan kebanyakan wabah virus lainnya,
2019-Novel Coronavirus (2019-nCov) memang tidak terlalu mematikan. Ia cepat
menular, tapi angka mortalitasnya hanya 3,4 persen.(jpc)

Baca Juga :  Mau ke Singapura? Ini Syarat Ketat yang Harus Dipenuhi

Rencana pemerintah
mengevakuasi warga negara Indonesia (WNI) yang berada di Tiongkok masih buntu.
Hingga kemarin (28/1) pemerintah Tiongkok belum merestui rencana itu. Yang bisa
dilakukan pemerintah Indonesia hanya mengirim bantuan logistik dan masker.

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyatakan, logistik dan
masker tersebut akan diberikan kepada WNI yang berada di Wuhan. Dia
mengungkapkan, komunikasi dengan 243 WNI di Wuhan terus terjalin. Pemerintah
Tiongkok sendiri, menurut Retno, menyiapkan hotline 24 jam bagi warga negara
asing (WNA) di wilayah yang dikarantina.

Retno mengakui, para WNI itu mengeluhkan ketersediaan bahan
pokok yang makin sedikit. Bahkan diperkirakan hanya cukup untuk empat hari ke
depan. Memang beberapa toko masih buka. Namun, harga barang-barang naik
berlipat. Karena itu, pemerintah berusaha memenuhi kebutuhan logistik para WNI.
”Setiap waktu dicek. Apakah ada kebutuhan yang bisa dibantu,” ucapnya.

Meski demikian, Retno mengakui bahwa pengiriman logistik tidak
mudah. Sebab, kondisi Kota Wuhan masih di-lockdown atau dikarantina. Status
karantina itu pula yang menyulitkan pemerintah mengeluarkan WNI dari Wuhan.
Diperlukan pembahasan dengan otoritas Tiongkok. Kemenlu juga berkomunikasi
dengan negara-negara lain yang warganya juga berada di daerah karantina.
Contohnya dengan Australia. ”Saya kemarin bicara dengan menteri luar negeri
Australia,” ungkapnya.

Opsi evakuasi, menurut Retno, harus menunggu Tiongkok menetapkan
status darurat satu untuk Provinsi Hubei. ”Perlu data lengkap dan saat ini
masih berstatus darurat dua. Jadi, belum diperlukan evakuasi,” ujarnya. Menurut
dia, pemerintah Tiongkok sendiri telah memiliki standar untuk evakuasi.

Mengenai pengiriman masker, menurut Retno, akan dilakukan kerja
sama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). ”Pengiriman masker
menggunakan Garuda Indonesia ke Beijing. Dari Beijing ada layanan yang
diizinkan masuk ke wilayah yang dikarantina,” ungkapnya.

Sementara itu, Ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI)
Tiongkok Cabang Wuhan Nur Musyafak menceritakan bahwa Kedutaan Besar Republik
Indonesia (KBRI) di Beijing berusaha memenuhi stok logistik WNI yang berada di
daerah karantina. KBRI memberikan bantuan dana melalui WechatPay. ”Langkah
nyata dan cepat. Dana dikirim ke akun ketua ranting (PPI Tiongkok, Red)
masing-masing,” terangnya melalui pesan singkat kemarin.

Musyafak mengakui, tidak mudah melakukan evakuasi. Banyak
prosedur yang harus dilakukan pemerintah Indonesia. Sebab, proses evakuasi
mempunyai risiko tinggi. Baik untuk petugas maupun WNI yang akan dievakuasi.
Kesiapan fasilitas kesehatan juga menjadi pertimbangan. ”Dari Kemenkes pastinya
butuh menyiapkan rumah sakit di tanah air untuk pemeriksaan teman-teman yang
dievakuasi,” bebernya.

Pada bagian lain, BNPB akan mengirimkan bantuan berupa 10 ribu
masker N95 untuk WNI di Wuhan. ”Besok (hari ini, Red) dikirim,” ujar Deputi
Bidang Logistik dan Peralatan BNPB Prasinta Dewi.

Menkes Terawan Agus Putranto menjelaskan, bila Kemenlu akan
mengevakuasi WNI di Wuhan, pihaknya akan ikut ambil bagian. Kemenkes akan
menyiapkan segala sesuatu untuk menyambut WNI di tanah air. Mulai pemeriksaan
hingga antisipasi kemungkinan suspect virus korona. Begitu mendarat di tanah
air, para WNI akan menjalani pemeriksaan medis. ”Semua akan kita jalani. Itu
adalah SOP (standard operating procedure) dan semua SOP sudah kami buat,”
terangnya seusai rapat kabinet terbatas di Kantor Presiden kemarin.

Dari sisi peralatan, pihaknya menyiapkan semua sarana yang
diperlukan. Misalnya sarana isolasi di rumah sakit (RS). ”Kapsul evakuasi juga
sudah ada semua,” lanjut mantan kepala RSPAD Gatot Soebroto itu. Ada sedikitnya
21 kapsul evakuasi untuk membawa suspect korona ke RS yang ditempatkan di
berbagai daerah. Khususnya di pintu-pintu masuk tanah air.

Di sisi lain, Menparekraf Wishnutama menerangkan, pihaknya belum
tahu persis seberapa jauh dampak virus korona pada sektor pariwisata Indonesia.
Dia hanya memastikan, bakal ada pengaruh, tapi seberapa besar pengaruh tersebut
belum bisa dipastikan. ”Kalau dari kota tersebut (Wuhan), ini kan tahun lalu
cuma 50 ribuan wisatawan (yang datang, Red),” terangnya di kompleks istana
kepresidenan kemarin.

Saat ini penerbangan dari dan ke kota yang warganya banyak
terjangkit korona sudah dihentikan. Di Indonesia, secara umum statusnya masih
kuning atau hati-hati untuk kedatangan wisatawan, khususnya dari Negeri Panda.
”Kalau merah, itu no travel. Khusus di Provinsi Hubei itu no travel,”
lanjutnya.

Respons Berbagai Negara

Bukan hanya WNI yang ingin dievakuasi dari Wuhan, Tiongkok.
Mahasiswa dari negara lain juga sama. ’’Kami ingin dievakuasi secepatnya karena
entah itu virus, kelaparan, atau ketakutan salah satunya akan membunuh kami,’’
ujar mahasiswa ilmu politik di Central China Normal University (CCNU) Mashal
Jamalzai. Pemuda asal Afghanistan itu mengungkapkan, selama sepekan terakhir
dirinya tidak bisa keluar untuk membeli bahan makanan.

Mereka pantas panik. Sebab, saat ini sudah ada 106 orang yang
meninggal akibat virus tersebut. Di Tiongkok saja, jumlah penderita yang
positif mencapai 4.607 orang. Jumlah itu melonjak dua kali lipat jika
dibandingkan dengan sehari sebelumnya. Saat ini usaha menekan persebaran
digalakkan. Hongkong menyatakan akan menutup perbatasan yang menghubungkan
wilayahnya dengan pulau utama Tiongkok.

Beberapa negara sudah menyiapkan skenario evakuasi. Departemen
Luar Negeri AS mengirimkan pesawat untuk membawa staf konsulat di Wuhan ke San
Francisco. Diperkirakan, ada seribu warga AS di Wuhan. Mereka mungkin tidak
bisa dikeluarkan seluruhnya. ’’Prioritas diberikan pada individu yang berisiko
lebih besar terkena virus korona,’’ bunyi pernyataan Departemen Luar Negeri AS.

Tidak semua warga AS mau pulang. Diana Adama, misalnya. Guru
yang tinggal di Wuhan itu tidak mau kembali ke tanah airnya jika nanti dirinya
hanya menularkan virus ke penduduk AS. Adama tidak ingin membahayakan orang
lain.

Prancis akan mengevakuasi penduduknya ke area di luar Wuhan dan
dikarantina lebih dulu. Sementara itu, Sri Lanka memastikan akan mengeluarkan
150 mahasiswa mereka yang terjebak di Wuhan. Korea Selatan (Korsel) saat ini
sudah mendata jumlah penduduk yang ingin pulang. Mereka akan menyewa pesawat ke
Seoul. Hal serupa dilakukan Jepang.

’’Kami akan menerbangkan
siapa saja yang mau pulang,’’ tegas Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe
sebagaimana dikutip Agence France-Presse.

Jika dibandingkan dengan kebanyakan wabah virus lainnya,
2019-Novel Coronavirus (2019-nCov) memang tidak terlalu mematikan. Ia cepat
menular, tapi angka mortalitasnya hanya 3,4 persen.(jpc)

Baca Juga :  Mau ke Singapura? Ini Syarat Ketat yang Harus Dipenuhi

Terpopuler

Artikel Terbaru