25.9 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Kerusuhan UU Antimuslim di India, Tewaskan 20 Orang Lebih

KERUSUHAN berlatar belakang ras dan agama pecah di New Delhi, India
usai kelompok muslim India memprotes hukum kewarganeragaan yang dianggap
diskriminatif, terutama bagi muslim monoritas.

Sedikitnya 20 orang tewas dan 189
mengalami luka berat dalam unjuk rasa berdarah di New Delhi, India, menentang
penerapan UU anti-muslim atau UU Amandemen Kewarganegaraan (CAA).

Sementara, menurut pejabat
kesehatan setempat, korban meninggal tercatat sudah mencapai 25 orang.

Unjuk rasa berlangsung sejak
akhir pekan lalu, namun pada Senin (24/2) atau sehari menjelang kedatangan Presiden
Amerika Serikat Donald Trump, kondisinya semakin rusuh.

Lebih dari 150 orang lainnya luka
dalam bentrokan tersebut, termasuk aparat keamanan. Dari jumlah korban yang
berjatuhan, ini merupakan demonstrasi paling berdarah di new Delhi sejak
gelombang baru protes menentang UU tersebut bermula pada Desember 2019.

Korban mulai berjatuhan pada
Senin dan terus berlanjut pada Selasa, hanya beberapa kilometer dari lokasi
pertemuan Trump dengan Perdana Menteri India Narendra Modi.

Dilaporkan, massa dari kelompok
Hindu juga membakar sebuah masjid dan rumah serta toko-toko milik penduduk
muslim.

Massa diayakini merupakan
kelompok RSS, sebuah organisasi Hindu nasionalis sayap kanan.

Baca Juga :  Cetak Sejarah, Kamala Harris Perempuan Kulit Hitam Pertama Jadi Wapres

Muslim mengatakan Citendens
Amendment Act (CAA) adalah bagian dari agenda supremasi Hindu Perdana Menteri
Narendra Modi dan bertentangan dengan etos sekuler negara itu.

Media India The Wire melaporkan,
Selasa sore (25/2), segerombolan orang berparade di sekitar masjid di Ashok
Nagar yang terbakar.

Terdengar teriakan-teriakan
seperti ‘Jai Shri Ram’ yang berarti kemenangan untuk Dewa Rama dan ‘Hindoun
Hindustan’ yang artinya tanah untuk para Hindu.

Ibu Kota India menjadi pusat
demonstrasi menentang UU memojokkan umat Islam yang isinya memberikan karpet
merah kepada warga nonmuslim dari tiga negara, yakni Pakistan, Afghanistan, dan
Bangladesh, untuk mendapatkan status kewarganegaraan India.

Asap hitam besar mengepul di
beberapa lokasi, termasuk pasar, akibat pembakaran ban oleh demonstran.
Jalan-jalan juga dipenuhi sampah serta benda keras yang digunakan untuk saling
serang.

Dari sejumlah video yang beredar
di media sosial, tampak kondisi kerusuhan yang sangat mencekam.

Di salah satu video bahkan
memperlihatkan seseorang yang sudah tak berdaya diseret di jalanan.

Video itu direkam oleh Rana
Ayyub, seorang jurnalis Washington Post.

Dalam video lain menunjukkan
sejumlah orang terluka tergeletak di pinggir jalan.

Baca Juga :  Waduh! Usai Disuntik Vaksin Pfizer-BioNTceh, 23 Orang di Norwegia Just

Akan tetapi, mereka masih
mendapatkan perlakukan kekerasan dari sejumlah orang yang berseragam polisi.

Di video lain, tampak para
ekstrimis Hindu merusak sebuah kubah masjid.

Wakil Menteri Dalam Negeri India
G Kishan Reddy mengatakan, kekerasan tersebut merupakan konspirasi untuk mencemarkan
nama baik India saat kunjungan Trump.

Sementara itu beberapa demonstran
justru menuduh Partai Bharatiya Janata (BJP) dan para pendukungnya sengaja
menyerang umat Islam yang berdemonstrasi hingga terjadi kerusuhan.

Pemberlakuan CAA yang dikombinasikan
dengan Pendaftaran Kependudukan Nasional (NRC) memicu kekhawatiran bahwa lebih
dari 200 juta muslim India akan semakin terpinggirkan.

Di Negara Bagian Assam, otoritas
setempat mengkaji kembali status kependudukan sekitar 2 juta warganya, sebagian
besar muslim. Jika tak bisa menunjukkan bukti berasal dari suku asli, maka
status kewarganegaraan India mereka akan dicabut.

Sementara itu, Perdana Menteri
India Narendra Modi meminta kepada warga agar tenang, setelah beberapa hari
kerusuhan melanda News Delhi.

“Saya memohon kepada saudara dan
saudari saya di Delhi untuk menjaga perdamaian dan persaudaraan setiap saat,”
kata Modi, seperti dilaporkan AFP, Rabu (26/2/2020). (der/afp/fin/pojoksatu/kpc)

KERUSUHAN berlatar belakang ras dan agama pecah di New Delhi, India
usai kelompok muslim India memprotes hukum kewarganeragaan yang dianggap
diskriminatif, terutama bagi muslim monoritas.

Sedikitnya 20 orang tewas dan 189
mengalami luka berat dalam unjuk rasa berdarah di New Delhi, India, menentang
penerapan UU anti-muslim atau UU Amandemen Kewarganegaraan (CAA).

Sementara, menurut pejabat
kesehatan setempat, korban meninggal tercatat sudah mencapai 25 orang.

Unjuk rasa berlangsung sejak
akhir pekan lalu, namun pada Senin (24/2) atau sehari menjelang kedatangan Presiden
Amerika Serikat Donald Trump, kondisinya semakin rusuh.

Lebih dari 150 orang lainnya luka
dalam bentrokan tersebut, termasuk aparat keamanan. Dari jumlah korban yang
berjatuhan, ini merupakan demonstrasi paling berdarah di new Delhi sejak
gelombang baru protes menentang UU tersebut bermula pada Desember 2019.

Korban mulai berjatuhan pada
Senin dan terus berlanjut pada Selasa, hanya beberapa kilometer dari lokasi
pertemuan Trump dengan Perdana Menteri India Narendra Modi.

Dilaporkan, massa dari kelompok
Hindu juga membakar sebuah masjid dan rumah serta toko-toko milik penduduk
muslim.

Massa diayakini merupakan
kelompok RSS, sebuah organisasi Hindu nasionalis sayap kanan.

Baca Juga :  Cetak Sejarah, Kamala Harris Perempuan Kulit Hitam Pertama Jadi Wapres

Muslim mengatakan Citendens
Amendment Act (CAA) adalah bagian dari agenda supremasi Hindu Perdana Menteri
Narendra Modi dan bertentangan dengan etos sekuler negara itu.

Media India The Wire melaporkan,
Selasa sore (25/2), segerombolan orang berparade di sekitar masjid di Ashok
Nagar yang terbakar.

Terdengar teriakan-teriakan
seperti ‘Jai Shri Ram’ yang berarti kemenangan untuk Dewa Rama dan ‘Hindoun
Hindustan’ yang artinya tanah untuk para Hindu.

Ibu Kota India menjadi pusat
demonstrasi menentang UU memojokkan umat Islam yang isinya memberikan karpet
merah kepada warga nonmuslim dari tiga negara, yakni Pakistan, Afghanistan, dan
Bangladesh, untuk mendapatkan status kewarganegaraan India.

Asap hitam besar mengepul di
beberapa lokasi, termasuk pasar, akibat pembakaran ban oleh demonstran.
Jalan-jalan juga dipenuhi sampah serta benda keras yang digunakan untuk saling
serang.

Dari sejumlah video yang beredar
di media sosial, tampak kondisi kerusuhan yang sangat mencekam.

Di salah satu video bahkan
memperlihatkan seseorang yang sudah tak berdaya diseret di jalanan.

Video itu direkam oleh Rana
Ayyub, seorang jurnalis Washington Post.

Dalam video lain menunjukkan
sejumlah orang terluka tergeletak di pinggir jalan.

Baca Juga :  Waduh! Usai Disuntik Vaksin Pfizer-BioNTceh, 23 Orang di Norwegia Just

Akan tetapi, mereka masih
mendapatkan perlakukan kekerasan dari sejumlah orang yang berseragam polisi.

Di video lain, tampak para
ekstrimis Hindu merusak sebuah kubah masjid.

Wakil Menteri Dalam Negeri India
G Kishan Reddy mengatakan, kekerasan tersebut merupakan konspirasi untuk mencemarkan
nama baik India saat kunjungan Trump.

Sementara itu beberapa demonstran
justru menuduh Partai Bharatiya Janata (BJP) dan para pendukungnya sengaja
menyerang umat Islam yang berdemonstrasi hingga terjadi kerusuhan.

Pemberlakuan CAA yang dikombinasikan
dengan Pendaftaran Kependudukan Nasional (NRC) memicu kekhawatiran bahwa lebih
dari 200 juta muslim India akan semakin terpinggirkan.

Di Negara Bagian Assam, otoritas
setempat mengkaji kembali status kependudukan sekitar 2 juta warganya, sebagian
besar muslim. Jika tak bisa menunjukkan bukti berasal dari suku asli, maka
status kewarganegaraan India mereka akan dicabut.

Sementara itu, Perdana Menteri
India Narendra Modi meminta kepada warga agar tenang, setelah beberapa hari
kerusuhan melanda News Delhi.

“Saya memohon kepada saudara dan
saudari saya di Delhi untuk menjaga perdamaian dan persaudaraan setiap saat,”
kata Modi, seperti dilaporkan AFP, Rabu (26/2/2020). (der/afp/fin/pojoksatu/kpc)

Terpopuler

Artikel Terbaru