26.6 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

WHO: Orang Sembuh dari Covid-19 Belum Tentu Sudah Kebal

ORGANISASI Kesehatan Dunia (WHO) menegaskan orang yang telah sembuh
dari Covid-19 belum tentu memiliki imunitas atau kekebalan.

Ahli epidemiologi senior dari
WHO, Maria van Kerkhove mengatakan tidak ada bukti bahwa seseorang yang telah
terinfeksi virus corona tidak dapat terinfeksi lagi.

Pernyataan tersebut menanggapi
pembelian 3,5 juta alat tes serologi oleh pemerintah Inggris untuk mengukur
kadar antibodi terhadap Covid-19 dalam plasma darah.

“Saat ini, kami tidak memiliki
bukti bahwa penggunaan tes serologis dapat menunjukkan bahwa seseorang memiliki
kekebalan atau dilindungi dari infeksi ulang,” kata Kerkhove.

Banyak dari tes yang dikembangkan
adalah tes darah yang mirip dengan tes HIV instan dan mengukur peningkatan
kadar antibodi yang digunakan tubuh untuk melawan virus.

“Tes antibodi ini akan dapat
mengukur tingkat seroprevalensi atau tingkat antibodi terhadap patogen dalam
darah. Akan tetapi, itu tidak berarti bahwa seseorang dengan antibodi berarti
mereka kebal,” ujar Kerkhove.

Baca Juga :  Kasus Covid Tak Terkendali, AS Keluarkan Travel advisory ke Indonesia

Dilansir dari Sky News, Kerkhove
mengatakan ada banyak negara yang menyarankan menggunakan tes serologi
diagnostik cepat untuk dapat mengidentifikasi apa yang mereka pikir akan
menjadi ukuran kekebalan.

Kerkhove mengatakan banyaknya tes
sedang dikembangkan memang baik, tetapi ia mengatakan tes-tes ini perlu
divalidasi agar memberikan kejelasan indikator yang diukur dalam tes tersebut.

“Apa yang akan dilakukan dengan
tes ini akan mengukur tingkat antibodi. Tes ini mengukur respons bahwa tubuh
memiliki satu atau dua minggu kemudian setelah mereka terinfeksi virus ini,”
kata Kerkhove seperti dilansir dari CNBC.

Direktur Eksekutif Gawat Darurat
WHO, Mike Ryan menjelaskan ilmuwan masih menentukan berapa lama antibodi
terbentuk di tubuh manusia setelah terinfeksi virus Covid-19.

Baca Juga :  Khamenei Masuk Daftar Hitam AS

“Tidak ada yang yakin apakah
seseorang dengan antibodi sepenuhnya terlindungi dari penyakit atau terkena
lagi. Ditambah beberapa tes memiliki masalah dengan sensitivitas,” kata Ryan.

Pejabat WHO mengatakan tidak
semua orang yang pulih dari Covid-19 memiliki antibodi untuk melawan infeksi
kedua. Hal ini meningkatkan kekhawatiran bahwa pasien tidak mengembangkan
imunitas atau antibodi setelah sembuh dari Covid-19.

“Terkait dengan pemulihan dan
kemudian infeksi ulang, saya percaya kami tidak memiliki jawaban untuk itu. Itu
tidak diketahui,” kata Ryan, Senin.

Sebuah studi pendahuluan pasien
di Shanghai menemukan bahwa beberapa pasien ‘tidak memiliki respons antibodi
yang terdeteksi’ sementara yang lain memiliki respons yang sangat tinggi.

ORGANISASI Kesehatan Dunia (WHO) menegaskan orang yang telah sembuh
dari Covid-19 belum tentu memiliki imunitas atau kekebalan.

Ahli epidemiologi senior dari
WHO, Maria van Kerkhove mengatakan tidak ada bukti bahwa seseorang yang telah
terinfeksi virus corona tidak dapat terinfeksi lagi.

Pernyataan tersebut menanggapi
pembelian 3,5 juta alat tes serologi oleh pemerintah Inggris untuk mengukur
kadar antibodi terhadap Covid-19 dalam plasma darah.

“Saat ini, kami tidak memiliki
bukti bahwa penggunaan tes serologis dapat menunjukkan bahwa seseorang memiliki
kekebalan atau dilindungi dari infeksi ulang,” kata Kerkhove.

Banyak dari tes yang dikembangkan
adalah tes darah yang mirip dengan tes HIV instan dan mengukur peningkatan
kadar antibodi yang digunakan tubuh untuk melawan virus.

“Tes antibodi ini akan dapat
mengukur tingkat seroprevalensi atau tingkat antibodi terhadap patogen dalam
darah. Akan tetapi, itu tidak berarti bahwa seseorang dengan antibodi berarti
mereka kebal,” ujar Kerkhove.

Baca Juga :  Kasus Covid Tak Terkendali, AS Keluarkan Travel advisory ke Indonesia

Dilansir dari Sky News, Kerkhove
mengatakan ada banyak negara yang menyarankan menggunakan tes serologi
diagnostik cepat untuk dapat mengidentifikasi apa yang mereka pikir akan
menjadi ukuran kekebalan.

Kerkhove mengatakan banyaknya tes
sedang dikembangkan memang baik, tetapi ia mengatakan tes-tes ini perlu
divalidasi agar memberikan kejelasan indikator yang diukur dalam tes tersebut.

“Apa yang akan dilakukan dengan
tes ini akan mengukur tingkat antibodi. Tes ini mengukur respons bahwa tubuh
memiliki satu atau dua minggu kemudian setelah mereka terinfeksi virus ini,”
kata Kerkhove seperti dilansir dari CNBC.

Direktur Eksekutif Gawat Darurat
WHO, Mike Ryan menjelaskan ilmuwan masih menentukan berapa lama antibodi
terbentuk di tubuh manusia setelah terinfeksi virus Covid-19.

Baca Juga :  Khamenei Masuk Daftar Hitam AS

“Tidak ada yang yakin apakah
seseorang dengan antibodi sepenuhnya terlindungi dari penyakit atau terkena
lagi. Ditambah beberapa tes memiliki masalah dengan sensitivitas,” kata Ryan.

Pejabat WHO mengatakan tidak
semua orang yang pulih dari Covid-19 memiliki antibodi untuk melawan infeksi
kedua. Hal ini meningkatkan kekhawatiran bahwa pasien tidak mengembangkan
imunitas atau antibodi setelah sembuh dari Covid-19.

“Terkait dengan pemulihan dan
kemudian infeksi ulang, saya percaya kami tidak memiliki jawaban untuk itu. Itu
tidak diketahui,” kata Ryan, Senin.

Sebuah studi pendahuluan pasien
di Shanghai menemukan bahwa beberapa pasien ‘tidak memiliki respons antibodi
yang terdeteksi’ sementara yang lain memiliki respons yang sangat tinggi.

Terpopuler

Artikel Terbaru