33.8 C
Jakarta
Monday, April 29, 2024

Pemimpin Hongkong Batal Pidato Langsung

Seharusnya Chief
Executive Hongkong Carrie Lam menyampaikan pidato kenegaraan, Rabu(16/10).
Namun, perempuan berambut pendek itu tidak sempat. Tepatnya, tidak diberi
kesempatan. Kubu oposisi di dalam gedung parlemen berulah saat Lam naik podium.
Mereka juga terus berteriak-teriak dan mengolok-olok pemimpin 62 tahun
tersebut.

”Kedua tangannya berlumuran
darah. Dia tak pantas lagi menjadi pemimpin,” seru Tanya Chan, legislator
oposisi, kepada BBC. Di dalam ruang sidang itu para legislator oposisi
mengusung papan bertulisan prodemokrasi. Beberapa di antaranya sengaja memakai
topeng wajah Presiden Tiongkok Xi Jinping. Mereka menyebut Lam sebagai antek
Beijing karena merepresi demonstran yang mengupayakan tegaknya demokrasi.

Penolakan terhadap Lam
muncul sejak dia memasuki ruang sidang di gedung parlemen. Selain mengacungkan
poster dan papan yang mereka bawa, kelompok oposisi tidak berhenti mencemooh
Lam. Malah ada yang sampai naik meja. Panitia sidang pun lantas menghentikan
acara untuk sementara waktu.

Setelah suasana reda,
panitia mempersilakan Lam ke podium. Tapi, kubu oposisi kembali berulah. Aksi
mereka tidak bisa diredam. Akhirnya Lam mengalah. Dia meninggalkan ruang sidang
dengan pengawalan ketat. Agenda penting untuk mengumumkan pencabutan RUU
ekstradisi secara resmi pun batal.

Baca Juga :  1,3 Juta Orang Bakal Serbu Kandang Alien

Lantas, apakah Lam
batal berpidato? Tidak. Gagal berpidato langsung, Lam menggunakan peranti audio
visual sebagai sarana pidato. Dia memvideokan pidatonya, kemudian
menyebarluaskannya lewat media. Dalam pidatonya, Lam mengingatkan warganya
bahwa Hongkong adalah bagian dari Tiongkok. Dia juga berbicara tentang
kebijakan one country, two systems. Karena itu, dia meminta masyarakat
menghargai kedaulatan pemerintah. Dalam hal ini, Beijing.

”Segenap aksi yang
mengacu pada kemerdekaan dan membahayakan keamanan tidak akan pernah kami
toleransi,” ungkap Lam.

Sementara itu, aksi demonstran
di jalanan Hongkong belum reda. Warga makin lantang memprotes pemerintah.

Unjuk rasa Hongkong
yang sejauh ini sudah mencapai 400 kali memang menghadirkan polemik. Beberapa
mengatakan bahwa mereka adalah perusuh yang melukai ekonomi Hongkong. Namun,
lainnya menganggap bahwa mereka adalah agen demokrasi yang berjuang melawan
penindasan.

Baca Juga :  Selama Masa Observasi WNI dari Wuhan, Menkes Terawan Ngantor di Nat

Norwegia, misalnya.
Guri Melby, politikus Partai Liberal, baru saja mengajukan nominasi Nobel
Perdamaian untuk Hongkongers. Melby merasa bahwa aksi mereka tak hanya memengaruhi
Hongkong. Tapi, juga seluruh dunia.

”Mereka rela
membahayakan hidup dan keamanan untuk membela demokrasi dan kebebasan
berbicara,” ungkap dia kepada Aftenposten.

Dukungan bagi rakyat
Hongkong juga datang dari Amerika Serikat (AS). Selasa lalu House of
Representatives menepati janji mereka kepada aktivis demokrasi Joshua Wong dan
bintang kantopop Denise Ho. Washington meloloskan regulasi untuk mendukung
gerakan demokrasi di Hongkong.

Undang-Undang HAM dan
Demokrasi Hongkong bakal menghapus status khusus Hongkong dalam perdagangan
bilateral dengan AS. ”Hari ini kami mendorong Presiden Tiongkok (Xi Jinping)
dan Chief Executive Carrie Lam untuk menghormati janji mereka kepada rakyat,”
ujar Chris Smith, politikus Partai Republik.(jpg)

 

Seharusnya Chief
Executive Hongkong Carrie Lam menyampaikan pidato kenegaraan, Rabu(16/10).
Namun, perempuan berambut pendek itu tidak sempat. Tepatnya, tidak diberi
kesempatan. Kubu oposisi di dalam gedung parlemen berulah saat Lam naik podium.
Mereka juga terus berteriak-teriak dan mengolok-olok pemimpin 62 tahun
tersebut.

”Kedua tangannya berlumuran
darah. Dia tak pantas lagi menjadi pemimpin,” seru Tanya Chan, legislator
oposisi, kepada BBC. Di dalam ruang sidang itu para legislator oposisi
mengusung papan bertulisan prodemokrasi. Beberapa di antaranya sengaja memakai
topeng wajah Presiden Tiongkok Xi Jinping. Mereka menyebut Lam sebagai antek
Beijing karena merepresi demonstran yang mengupayakan tegaknya demokrasi.

Penolakan terhadap Lam
muncul sejak dia memasuki ruang sidang di gedung parlemen. Selain mengacungkan
poster dan papan yang mereka bawa, kelompok oposisi tidak berhenti mencemooh
Lam. Malah ada yang sampai naik meja. Panitia sidang pun lantas menghentikan
acara untuk sementara waktu.

Setelah suasana reda,
panitia mempersilakan Lam ke podium. Tapi, kubu oposisi kembali berulah. Aksi
mereka tidak bisa diredam. Akhirnya Lam mengalah. Dia meninggalkan ruang sidang
dengan pengawalan ketat. Agenda penting untuk mengumumkan pencabutan RUU
ekstradisi secara resmi pun batal.

Baca Juga :  1,3 Juta Orang Bakal Serbu Kandang Alien

Lantas, apakah Lam
batal berpidato? Tidak. Gagal berpidato langsung, Lam menggunakan peranti audio
visual sebagai sarana pidato. Dia memvideokan pidatonya, kemudian
menyebarluaskannya lewat media. Dalam pidatonya, Lam mengingatkan warganya
bahwa Hongkong adalah bagian dari Tiongkok. Dia juga berbicara tentang
kebijakan one country, two systems. Karena itu, dia meminta masyarakat
menghargai kedaulatan pemerintah. Dalam hal ini, Beijing.

”Segenap aksi yang
mengacu pada kemerdekaan dan membahayakan keamanan tidak akan pernah kami
toleransi,” ungkap Lam.

Sementara itu, aksi demonstran
di jalanan Hongkong belum reda. Warga makin lantang memprotes pemerintah.

Unjuk rasa Hongkong
yang sejauh ini sudah mencapai 400 kali memang menghadirkan polemik. Beberapa
mengatakan bahwa mereka adalah perusuh yang melukai ekonomi Hongkong. Namun,
lainnya menganggap bahwa mereka adalah agen demokrasi yang berjuang melawan
penindasan.

Baca Juga :  Selama Masa Observasi WNI dari Wuhan, Menkes Terawan Ngantor di Nat

Norwegia, misalnya.
Guri Melby, politikus Partai Liberal, baru saja mengajukan nominasi Nobel
Perdamaian untuk Hongkongers. Melby merasa bahwa aksi mereka tak hanya memengaruhi
Hongkong. Tapi, juga seluruh dunia.

”Mereka rela
membahayakan hidup dan keamanan untuk membela demokrasi dan kebebasan
berbicara,” ungkap dia kepada Aftenposten.

Dukungan bagi rakyat
Hongkong juga datang dari Amerika Serikat (AS). Selasa lalu House of
Representatives menepati janji mereka kepada aktivis demokrasi Joshua Wong dan
bintang kantopop Denise Ho. Washington meloloskan regulasi untuk mendukung
gerakan demokrasi di Hongkong.

Undang-Undang HAM dan
Demokrasi Hongkong bakal menghapus status khusus Hongkong dalam perdagangan
bilateral dengan AS. ”Hari ini kami mendorong Presiden Tiongkok (Xi Jinping)
dan Chief Executive Carrie Lam untuk menghormati janji mereka kepada rakyat,”
ujar Chris Smith, politikus Partai Republik.(jpg)

 

Terpopuler

Artikel Terbaru