25.9 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Pentagon Pun Panik, 114 Awak Kapal Induk Nuklir Diserang Corona

WASHINGTON – Pentagon sedang goyang. Ini setelah wabah Virus Corona
menghantam 114 awak kapal induk nuklir USS Theodore Roosevelt yang kini tengah
menepi di perairan Guam.

Fatalnya lagi petinggi USS
Theodore Roosevelt, Kapten Brett Crozier setelah mengidap virus Corona, harus
dievakuasi Jumat (3/4) karena kesehatannya terus menurun. Laksamana Muda Carlos
Sardiello, rencananya akan menggantikan Crozier sebagai kapten Roosevelt.

Langkah ini dilakukan setelah
ratusan anggota militer yang mendiami kapal induk nuklir Negeri Paman Sam itu
disapu virus paling menakutkan saat ini.

Sekretaris Angkatan Laut AS
Thomas Modly mengatakan Kapten Brett Crozier salah mendistribusikan salinan
empat lembar surat yang menggambarkan ancaman wabah ke hampir 5.000 pelaut
kapal.

Sampai-sampai informasi ini
disorot sejumlah media AS. ”Ada 114 kru positif Covid-19. Tidak ada yang parah
dan Crozier melebih-lebihkan keparahan ketika ia menyarankan pelaut akan mati
tanpa tindakan cepat. Cara Croziermenunjukkan penilaian yang sangat buruk di
tengah krisis,” terang Modly.

Baca Juga :  Daniel Noboa, Terpilih Menjadi Presiden di Usia 35 Tahun

“Dia salah menggambarkan
fakta-fakta tentang apa yang terjadi di kapal dan menciptakan ketakutan,
sehingga seluruh kru panik,” imbuhnya.

“Saya tidak ragu dalam pikiran
saya bahwa Kapten Crozier melakukan apa yang menurutnya adalah demi keselamatan
dan kesejahteraan krunya. Sayangnya, justru sebaliknya,” sambung Modly.

Dampaknya, ini menimbulkan
kekhawatiran tentang kemampuan operasional dan keamanan operasional kapal yang
selama ini disegani dunia.

Surat Crozier, yang bocor memicu
kekhawatiran bahwa virus itu di luar kendali dan menyarankan kepemimpinan
Angkatan Laut tidak merespons.

Ya kasus Crozier ini mengejutkan
para ahli dengan mengatakan kapal itu harus dievakuasi untuk memastikan virus
corona tidak menyebar lebih jauh.

”Penyebaran penyakit ini sedang
berlangsung dan semakin cepat,” tulisnya. ”Kami tidak berperang. Para pelaut
tidak perlu mati,” pintanya.

Menghapus sebagian besar personel
dari kapal induk nuklir AS yang dikerahkan dan mengisolasi mereka selama dua
minggu mungkin tampak seperti tindakan luar biasa.

Baca Juga :  Mulai 1 Juni, Masuk ke Malaysia Dikenai Biaya Karantina Rp7 Juta

Modly mengatakan situasinya
dibesar-besarkan dan bahwa tidak benar bahwa kepemimpinan Angkatan Laut tidak
mengatasi masalah pada saat surat itu keluar.

”Surat itu merusak rantai komando
yang telah bergerak dan menyesuaikan secepat mungkin untuk mendapatkan bantuan
yang dia butuhkan,” kata Modly.

Modly menyarankan agar Crozier
mengungkap kelemahan dalam kesiapan militer AS yang dapat dimanfaatkan musuh.

”Meskipun kita mungkin tidak
berperang dalam pengertian tradisional, kita juga tidak benar-benar damai.
Banyak negara mencapai banyak cara untuk mengurangi kapasitas kita untuk
mencapai tujuan nasional strategis kita sendiri,” paparnya.

Modly mengatakan episode itu akan
diselidiki, mencatat bahwa atasan langsung Crozier sendiri berada di Roosevelt
pada saat itu. ”Semua sedang dalam proses penyelidikan,” katanya.

Untuk diketahui USS Roosevelt,
salah satu dari dua kapal induk Angkatan Laut AS di Pasifik barat, sekarang
berlabuh di Guam di mana sebagian besar awak sedang diturunkan dan ditempatkan
di perumahan pantai untuk mendekontaminasi kapal.

WASHINGTON – Pentagon sedang goyang. Ini setelah wabah Virus Corona
menghantam 114 awak kapal induk nuklir USS Theodore Roosevelt yang kini tengah
menepi di perairan Guam.

Fatalnya lagi petinggi USS
Theodore Roosevelt, Kapten Brett Crozier setelah mengidap virus Corona, harus
dievakuasi Jumat (3/4) karena kesehatannya terus menurun. Laksamana Muda Carlos
Sardiello, rencananya akan menggantikan Crozier sebagai kapten Roosevelt.

Langkah ini dilakukan setelah
ratusan anggota militer yang mendiami kapal induk nuklir Negeri Paman Sam itu
disapu virus paling menakutkan saat ini.

Sekretaris Angkatan Laut AS
Thomas Modly mengatakan Kapten Brett Crozier salah mendistribusikan salinan
empat lembar surat yang menggambarkan ancaman wabah ke hampir 5.000 pelaut
kapal.

Sampai-sampai informasi ini
disorot sejumlah media AS. ”Ada 114 kru positif Covid-19. Tidak ada yang parah
dan Crozier melebih-lebihkan keparahan ketika ia menyarankan pelaut akan mati
tanpa tindakan cepat. Cara Croziermenunjukkan penilaian yang sangat buruk di
tengah krisis,” terang Modly.

Baca Juga :  Daniel Noboa, Terpilih Menjadi Presiden di Usia 35 Tahun

“Dia salah menggambarkan
fakta-fakta tentang apa yang terjadi di kapal dan menciptakan ketakutan,
sehingga seluruh kru panik,” imbuhnya.

“Saya tidak ragu dalam pikiran
saya bahwa Kapten Crozier melakukan apa yang menurutnya adalah demi keselamatan
dan kesejahteraan krunya. Sayangnya, justru sebaliknya,” sambung Modly.

Dampaknya, ini menimbulkan
kekhawatiran tentang kemampuan operasional dan keamanan operasional kapal yang
selama ini disegani dunia.

Surat Crozier, yang bocor memicu
kekhawatiran bahwa virus itu di luar kendali dan menyarankan kepemimpinan
Angkatan Laut tidak merespons.

Ya kasus Crozier ini mengejutkan
para ahli dengan mengatakan kapal itu harus dievakuasi untuk memastikan virus
corona tidak menyebar lebih jauh.

”Penyebaran penyakit ini sedang
berlangsung dan semakin cepat,” tulisnya. ”Kami tidak berperang. Para pelaut
tidak perlu mati,” pintanya.

Menghapus sebagian besar personel
dari kapal induk nuklir AS yang dikerahkan dan mengisolasi mereka selama dua
minggu mungkin tampak seperti tindakan luar biasa.

Baca Juga :  Mulai 1 Juni, Masuk ke Malaysia Dikenai Biaya Karantina Rp7 Juta

Modly mengatakan situasinya
dibesar-besarkan dan bahwa tidak benar bahwa kepemimpinan Angkatan Laut tidak
mengatasi masalah pada saat surat itu keluar.

”Surat itu merusak rantai komando
yang telah bergerak dan menyesuaikan secepat mungkin untuk mendapatkan bantuan
yang dia butuhkan,” kata Modly.

Modly menyarankan agar Crozier
mengungkap kelemahan dalam kesiapan militer AS yang dapat dimanfaatkan musuh.

”Meskipun kita mungkin tidak
berperang dalam pengertian tradisional, kita juga tidak benar-benar damai.
Banyak negara mencapai banyak cara untuk mengurangi kapasitas kita untuk
mencapai tujuan nasional strategis kita sendiri,” paparnya.

Modly mengatakan episode itu akan
diselidiki, mencatat bahwa atasan langsung Crozier sendiri berada di Roosevelt
pada saat itu. ”Semua sedang dalam proses penyelidikan,” katanya.

Untuk diketahui USS Roosevelt,
salah satu dari dua kapal induk Angkatan Laut AS di Pasifik barat, sekarang
berlabuh di Guam di mana sebagian besar awak sedang diturunkan dan ditempatkan
di perumahan pantai untuk mendekontaminasi kapal.

Terpopuler

Artikel Terbaru