30.8 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Perdana Menteri Irak: Arab Saudi Ogah Berperang Lawan Iran

Perdana Menteri Irak,
Adel Abdul Mahdi, mengatakan bahwa Arab Saudi enggan berperang melawan Iran.
Oleh karena itu, Arab Saudi ingin mengurangi ketegangan dengan Iran yang telah
terjadi dalam beberapa hari terakhir. Hal tersebut dikatakan Abdul Mahdi usai
mengunjungi Arab Saudi dan bertemu dengan Raja Salman beberapa hari lalu.

Abdul Mahdi menegaskan
bahwa Arab Saudi justru berharap semua pihak berperan untuk mencegah munculnya
perang lebih lanjut di wilayah Iran. Abdul Mahdi sendiri mengunjungi Arab Saudi
pada 25 September lalu dan mengungkapkan isi pembicaraan dengan Raja Salman
dalam wawancara dengan Al Jazeera pada Senin (30/9).

“Tidak ada yang ingin
mengangkat senjata untuk melakukan serangan fatal. Demikian pula dengan Arab
Saudi. Perang hanya akan menghancurkan wilayah yang bersengketa,” ucap Abdul
Mahdi.

Seperti diketahui,
Arab Saudi yang mendukung pasukan pemerintah Yaman, telah lama menuduh Iran
memberikan dukungan kepada pemberontak Houthi dengan memasok senjata kepada
mereka. Di satu sisi, Iran membantah. Mereka menyebut dukungan kepada
pemberontak lebih secara diplomatik dan politik. Ini sekaligus membantah
memberi bantuan militer berupa persenjataan.

Baca Juga :  Alhamdulillah, Arab Saudi Laporkan Musim Haji 2021 Aman dari Covid-19

Ketegangan antara Arab
Saudi dengan Iran semakin memuncak dalam beberapa hari terakhir. Itu setelah
Arab Saudi menuduh Iran melakukan serangan ke sebuah kilang minyak mereka pada
14 September lalu.

Terkait hal itu, Abdul
Mahdi menekankan pentingnya menyelesaikan konflik yang telah berlangsung lama
di Yaman sebagai awal untuk mencapai perdamaian regional. Konflik di Yaman
telah menewaskan puluhan ribu orang, membuat jutaan orang kelaparan dan membuat
PBB menyatakan sebagai krisis kemanusiaan terburuk di dunia.

Selain itu, ketegangan
Arab Saudi bersama sekutunya Amerika Serikat kontra Iran telah meningkat sejak
keputusan Presiden Donald Trump pada tahun lalu menarik diri dari perjanjian
nuklir Iran 2015. Tak hanya itu, AS juga menjatuhkan kembali sanksi yang
melumpuhkan beberapa sektor di negara Iran.

Kendati konflik cukup
rumit antara Arab Saudi dan Iran serta melibatkan AS dan Yaman, Abdul Mahdi
menegaskan harapan dan solusi untuk perdamaian dapat ditemukan. “Semua orang
terbuka untuk berdialog. Iran mengatakan bersedia untuk bernegosiasi jika
sanksi dicabut. AS juga meminta dialog. Arab Saudi juga tidak menutup pintu
untuk dialog,” sebut Abdul Mahdi.

Baca Juga :  Wow! China Sudah Temukan 30 Jenis Obat Virus Corona

“Ada banyak negara,
dan Irak adalah salah satunya, yang dapat menawarkan solusi atau tempat solusi
ditemukan,” imbuhnya.

Sementara itu, putra
mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman – pemimpin de facto Arab Saudi –
mengatakan dalam sebuah wawancara dengan program 60 Menit CBS yang ditayangkan
pada Minggu (29/9) juga lebih suka resolusi damai. Dia menegaskan bahwa opsi
tersebut jauh lebih baik daripada aksi militer.

Secara terpisah, media
Irak melaporkan bahwa Abdul Mahdi berencana untuk mengunjungi Iran secepatnya
dalam upaya untuk mengurangi ketegangan regional. Menariknya, saat ditanya
apakah Irak memiliki informasi tentang siapa di balik serangan bulan lalu
terhadap target milisi yang didukung Iran di Irak, Abdul Mahdi mengatakan ada
indikasi Israel bertanggung jawab.

“Investigasi yang
telah dilakukan oleh otoritas Irak memberikan indikasi penting bahwa Israel
berada di balik beberapa serangan tersebut,” sebut Abdul Mahdi. Namun, pihaknya
juga menambahkan masih kekurangan bukti secara kuat.

Di satu sisi, Israel
tidak membenarkan atau membantah keterlibatan yang dituduhkan oleh Irak.(jpg)

 

Perdana Menteri Irak,
Adel Abdul Mahdi, mengatakan bahwa Arab Saudi enggan berperang melawan Iran.
Oleh karena itu, Arab Saudi ingin mengurangi ketegangan dengan Iran yang telah
terjadi dalam beberapa hari terakhir. Hal tersebut dikatakan Abdul Mahdi usai
mengunjungi Arab Saudi dan bertemu dengan Raja Salman beberapa hari lalu.

Abdul Mahdi menegaskan
bahwa Arab Saudi justru berharap semua pihak berperan untuk mencegah munculnya
perang lebih lanjut di wilayah Iran. Abdul Mahdi sendiri mengunjungi Arab Saudi
pada 25 September lalu dan mengungkapkan isi pembicaraan dengan Raja Salman
dalam wawancara dengan Al Jazeera pada Senin (30/9).

“Tidak ada yang ingin
mengangkat senjata untuk melakukan serangan fatal. Demikian pula dengan Arab
Saudi. Perang hanya akan menghancurkan wilayah yang bersengketa,” ucap Abdul
Mahdi.

Seperti diketahui,
Arab Saudi yang mendukung pasukan pemerintah Yaman, telah lama menuduh Iran
memberikan dukungan kepada pemberontak Houthi dengan memasok senjata kepada
mereka. Di satu sisi, Iran membantah. Mereka menyebut dukungan kepada
pemberontak lebih secara diplomatik dan politik. Ini sekaligus membantah
memberi bantuan militer berupa persenjataan.

Baca Juga :  Alhamdulillah, Arab Saudi Laporkan Musim Haji 2021 Aman dari Covid-19

Ketegangan antara Arab
Saudi dengan Iran semakin memuncak dalam beberapa hari terakhir. Itu setelah
Arab Saudi menuduh Iran melakukan serangan ke sebuah kilang minyak mereka pada
14 September lalu.

Terkait hal itu, Abdul
Mahdi menekankan pentingnya menyelesaikan konflik yang telah berlangsung lama
di Yaman sebagai awal untuk mencapai perdamaian regional. Konflik di Yaman
telah menewaskan puluhan ribu orang, membuat jutaan orang kelaparan dan membuat
PBB menyatakan sebagai krisis kemanusiaan terburuk di dunia.

Selain itu, ketegangan
Arab Saudi bersama sekutunya Amerika Serikat kontra Iran telah meningkat sejak
keputusan Presiden Donald Trump pada tahun lalu menarik diri dari perjanjian
nuklir Iran 2015. Tak hanya itu, AS juga menjatuhkan kembali sanksi yang
melumpuhkan beberapa sektor di negara Iran.

Kendati konflik cukup
rumit antara Arab Saudi dan Iran serta melibatkan AS dan Yaman, Abdul Mahdi
menegaskan harapan dan solusi untuk perdamaian dapat ditemukan. “Semua orang
terbuka untuk berdialog. Iran mengatakan bersedia untuk bernegosiasi jika
sanksi dicabut. AS juga meminta dialog. Arab Saudi juga tidak menutup pintu
untuk dialog,” sebut Abdul Mahdi.

Baca Juga :  Wow! China Sudah Temukan 30 Jenis Obat Virus Corona

“Ada banyak negara,
dan Irak adalah salah satunya, yang dapat menawarkan solusi atau tempat solusi
ditemukan,” imbuhnya.

Sementara itu, putra
mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman – pemimpin de facto Arab Saudi –
mengatakan dalam sebuah wawancara dengan program 60 Menit CBS yang ditayangkan
pada Minggu (29/9) juga lebih suka resolusi damai. Dia menegaskan bahwa opsi
tersebut jauh lebih baik daripada aksi militer.

Secara terpisah, media
Irak melaporkan bahwa Abdul Mahdi berencana untuk mengunjungi Iran secepatnya
dalam upaya untuk mengurangi ketegangan regional. Menariknya, saat ditanya
apakah Irak memiliki informasi tentang siapa di balik serangan bulan lalu
terhadap target milisi yang didukung Iran di Irak, Abdul Mahdi mengatakan ada
indikasi Israel bertanggung jawab.

“Investigasi yang
telah dilakukan oleh otoritas Irak memberikan indikasi penting bahwa Israel
berada di balik beberapa serangan tersebut,” sebut Abdul Mahdi. Namun, pihaknya
juga menambahkan masih kekurangan bukti secara kuat.

Di satu sisi, Israel
tidak membenarkan atau membantah keterlibatan yang dituduhkan oleh Irak.(jpg)

 

Terpopuler

Artikel Terbaru