Site icon Prokalteng

Penguatan Pendidikan Melalui Kurikulum yang Simpel dan Praktis

penguatan-pendidikan-melalui-kurikulum-yang-simpel-dan-praktis

UJI Kompetensi Guru (UKG) digelar oleh Dirjen GTK ( Guru dan Tenaga
Kependidikan) Kemdikbud sejak tahun 2012 untuk tujuan pemetaan dan penjaringan
data awal untuk pembinaan guru selanjutnya. Pada tahun 2015 UKG diikuti sekitar
2,9 juta guru yang telah memiliki Nomor Unik 
Tenaga Kependidikan (NUTK) dan bagi guru yang mendapat nilai sempurna
yaitu skor 100 akan mendapatkan kompensasi perjalanan ke luar negeri.
Perjalanan ke luar negeri ini dalam rangka studi tour (study banding) ke
sekolah-sekolah negara maju. Negara yang menjadi tujuan peserta salah satunya
adalah Finlandia.

Finlandia adalah negara republik
parlementer dengan pemerintah pusatnya di ibukota Helsinski. Sama seperti
Indonesia, awalnya Finlandia termasuk negara yang menggantungkan diri pada
sektor pertanian atau negara agraris. Finlandia juga memiliki ribuan pulau.
Namun, Finlandia termashur di mata internasional lewat organisasi Nation Master
dalam pencapaian teknologi pada tahun 2001 bertengger di ranking ke-1 dari 68
negara. OECD (Organization for Economic Cooperation and Development) dan
PISA (Program Penilaian Siswa
Internasional) pada tahun 2000 nangkring di peringkat ke-1 dari 43 negara dalam
kemampuan membaca, urutan ke-2 dalam matematika dari 41 negara . Sementara itu
tahun 2003 berada di urutan  ke-1 dalam
sains bersama dengan Jepang dan urutan ke-2 dalam pemecahan masalah. Hasil PISA
tahun 2012 menunjukkan Finlandia menduduki peringkat ke-3 setelah Korea dan Jepang
untuk pelajaran reading comprehension (pemahaman bacaan) dan MIPA.

Sistem pendidikan di Finlandia
merupakan salah satu sistem pendidikan tersohor di dunia yang layak dilirik.
Hal ini terbukti dengan nilai yang selalu dicetak siswa Finlandia dalam PISA
untuk mata pelajaran membaca, matematika dan sains. Seperti halnya Indonesia,
di Finlandia SD (Sekolah Dasar) ditempuh selama 6 tahun dan SMP  (Sekolah Menengah Pertama) selama 3 tahun.
Setelah SMP, lulusannya bisa langsung bekerja atau mendaftar di sekolah dagang
atau SMA ( Sekolah Menengah Atas). Sekolah dagang adalah model SMK di Indonesia
(Vocational School). Sedangkan SMA disiapkan khusus untuk pendidikan tinggi.
Hampir 38 % penduduk Finlandia memiliki gelar setingkat sarjana, salah satu
yang persentasenya tertinggi di dunia dan secara konsisten Finlandia menduduki
peringkat prestigious PISA.

Kunci kesuksesan negara Finlandia
salah satunya terletak pada kualitas gurunya. Di Finlandia, profesi pengajar,
guru atau dosen adalah profesi yang paling bergengsi serta dipercaya oleh
masyarakat dan pihak yang berwenang. Semua guru dituntut untuk mendapatkan
gelar master atau berpendidikan S2.  Guru
disana merupakan para guru yang mendapatkan pelatihan terbaik karena dalam
proses menjadi guru harus melalui tahapan seleksi yang super ketat bahkan lebih
ketat dari fakultas kedokteran. Finlandia percaya bahwa kemampuan pedagogi
tidak bisa didapat melalui proses belajar. Kemampuan pedagogi adalah bakat alam
yang tidak semua orang memiliki.

Orang–orang Finlandia telah
membiasakan diri untuk hidup secara simpel dan sederhana. Rumah-rumah mereka
tidak lebih besar daripada yang mereka butuhkan tetapi nyaman untuk ditempati.
Mereka tidak konsumtif. Perempuan-perempuan disana tidak hobi belanja atau
memakai make up atau perhiasan berlebih. Kaum pria banyak yang tidak memiliki
mobil atau bahkan kendaraan sama sekali. Mereka menanamkan prinsip, daripada
membeli segudang pakaian yang harganya murah tetapi tidak awet lebih baik
membeli satu dua tiga pakaian secukupnya meskipun sedikit lebih mahal tetapi
bisa bertahan bertahun-tahun.

Less is more benar-benar menjadi mantra nasional yang
berurat-berakar dalam mind-set mereka dan bahkan menjadi prinsip filosofi
pendidikan. Menurut OECD rata-rata guru di Finlandia hanya mengajar 600 jam
setahun atau sekitar 3 atau 4 jam pelajaran setiap hari dengan durasi waktu 75
menit untuk 1 jam pelajaran. Murid-murid memiliki lebih sedikit waktu di
sekolah dan lebih banyak waktu untuk istirahat. Hal ini bertujuan untuk
memberikan ruang yang luas untuk para guru dan murid mempersiapkan diri dalam
KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) yang lebih berkualitas. Semua SD di negara itu
memberikan PR kepada siswa seminim mungkin agar siswa memiliki waktu untuk
mengembangkan hobi diluar jam sekolah.

Bertolak belakang dengan apa yang
terjadi di sekolah di  Indonesia yang
cenderung lebih banyak kelas, jam pelajaran yang panjang, PR yang menggunung,
siswa dibebani seabrek tugas dan lebih banyak les tambahan dimana-mana serta
harus menghadapi berbagai macam tes formatif, tes sumatif, ulangan dan banyaknya
jenis ujian.  Ini akan berdampak pada
psikis anak yang penuh tekanan, stres dan lebih parahnya adalah anak akan
frustrasi. Secara alami kapasitas otak anak tidak mampu untuk menampung beban
yang berlebih. Di Finlandia, pelajaran matematika hanya diajarkan sekali dalam
seminggu. Lantas bagaimana mereka nanti menghadapi ujian? Finlandia tidak
memiliki banyak ujian seperti sekolah-sekolah yang ada pada negara lain
termasuk Indonesia. Lebih sedikit ujian ternyata berbanding terbalik dengan
lebih banyak belajar.

Murid SD di Finlandia seringkali
hanya memiliki 1 guru yang sama mulai dari kelas 1 sampai kelas 6. Sehingga
guru tersebut akan mampu untuk track the kids progress ( merekam kemajuan
belajar siswa) dengan akurat dan signifikan. Guru akan lebih memahami karakter
siswa dan mengetahui kebutuhan mereka 
serta gaya belajar masing-masing individu. Lebih sedikit guru dipercaya
mampu menangani siswa lebih konsisten dan lebih peduli. Bagaimana jika anak
kita mendapatkan guru yang tidak berkualitas ? Hampir impossible hal itu
terjadi mengingat Finlandia bekerja keras dan all out untuk menjamin bahwa
tidak ada guru yang tidak berkualitas. Untuk bisa diterima sebagai mahasiswa
PGSD (Pendidikan Guru Sekolah Dasar) saja sangat ketat. Ribuan pelamar selalu  gagal untuk masuk PGSD tiap tahunnya. Hanya
orang-orang terbaik yang mampu menjadi guru SD.

Masyarakat dan orang tua atau
wali murid memberikan kepercayaan sepenuhnya kepada guru yang telah dianggap
mumpuni, terampil, terlatih dan memiliki kompetensi. Kebebasan diberikan kepada
para guru untuk menciptakan lingkungan kelas yang baik sehingga guru memiliki
otoritas untuk mengambil keputusan. Guru terbebas dari persyaratan pemeriksaan
( inspeksi), tes standarisasi dan kontrol pemerintah yang rigid. Para guru
berhak membuat kurikulum yang dianggap baik bagi mereka serta memilih buku
materi yang sesuai.

Less is more yaitu menyederhanakan kompleksitas dan mengurangi
beban berlebih menjadi filosofi pendidikan yang maha ampuh bagi kesuksesan
Finlandia dibidang pendidikan. Memang Human Resources atau SDM siswa-siswa di
Indonesia dan Finlandia tidak bisa disamakan, tapi akankah sebuah perubahan
terjadi tanpa adanya kemauan kita untuk berubah. Bukankah kita (Indonesia)  tidak pernah mencoba menancapkan kuku pada
satu filosofi pendidikan dalam rentang waktu lama dan melihat hasilnya? Kita
secara konstan selalu mencoba ide baru, metode baru, dan inisiatif baru yang
karena tidak konsisten akhirnya layu sebelum berkembang. Atau kita rajin
menambah-nambah makanan ke dalam piring tanpa peduli masih ada makanan yang
belum kita habiskan. Sekolah hanya mengajarkan ilmu pengetahuan tentang
angka-angka dan hapalan-hapalan yang akhirnya mengebiri arti penting mengasah
kemampuan untuk  kritis dan kreatif  mengatasi masalah dalam kehidupan nyata.

Memang di dalam Al-Quran
tercantum kata ilm sebanyak 854 kali. Menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan
merupakan modal besar dan istimewa bagi manusia. Namun saat ini betapa sulit
mencari kaum intelektual organis. Lebih gampang menemukan kaum intelektual oportunis
yaitu kaum intelek yang hanya mementingkan kepentingan jangka pendek atau ingin
menggapai capaian finansial belaka. Beradaptasi dari yang berjaya (Finlandia)
perlukah? Salam Hormat. ***

(Penulis adalah Pendidik dan
Pemerhati Pendidikan di Kalimantan Tengah)

Exit mobile version