26.6 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Sosialisasi 4 Pilar, Agustiar Imbau Jaga Persatuan Dalam Keragaman

PALANGKA RAYA – Anggota MPR RI, H Agustiar Sabran mengajak
masyarakat Kalimantan Tengah untuk mengedepankan semangat persatuan dengan
menyingkirkan pertentangan akibat perbedaan suku, agama, ras, golongan serta
pandangan politik.

“Kemajemukan itu adalah berkah
dari Tuhan Yang Maha Esa, maka berkah itu harus kita syukuri dengan cara saling
merangkul satu sama lain, baik antaragama, suku, ras apapun dalam bingkai
Bhineka Tunggal Ika,” ajak Agustiar saat melakukan sosialisasi Empat Pilar MPR
kepada mahasiswa dan pemuda, Sabtu, (15/2/2020).

Menurut Agustiar, seluruh
masyarakat Indonesia tak terkecuali di Kalimantan Tengah, mempunyai tanggung
jawab yang sama dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Karena
itulah, salah satu prasyarat untuk menegakan keutuhan NKRI tersebut, harus adanya
persatuan dan kesatuan di masyarakat.

Baca Juga :  Pemko dan DPRD Punya Komitmen Sama

“Saya yakin dengan rasa persatuan
yang terus kita perkuat, Indonesia akan jadi bangsa yang besar, berprestasi dan
sejahtera,” tegas Agustiar yang juga Anggota Komisi III DPR RI dari Dapil
Kalimantan Tengah.

Politikus PDI Perjuangan itu juga
menjelaskan, NKRI dibangun dan diperjuangkan secara kolektif kolegial, bukan
oleh satu golongan atau paham tertentu saja. Para pendiri atau founding father
bangsa ini mampu mengesampingkan berbagai perbedaan yang ada, bahkan
menghimpunnya menjadi satu kekuatan, sehingga bangsa Indonesia berhasil
membebaskan diri dari penjajahan.

“Berbeda itu bukan berarti harus
bermusuhan, berbeda itu bukanlah halangan untuk menjadi satu. Justru karena
kebegaragaman menjadikan bangsa Indonesia menjadi kuat. Fondasi inilah yang kemudian
menjadikan Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan negara yaitu berbeda-beda
tetap satu jua,” tegas Agustiar.

Baca Juga :  Berhadiah Buah dan Doa, Semangatnya Luar Biasa

Di Kalimantan Tengah, imbuh dia,
sejak dulu pun telah memiliki falsafah tentang bagaimana menjaga persatuan dan
kesatuan, yang dikenal dengan falsafah Huma Betang.

Falsafah hidup Huma Betang masih
tertanam dan berkembang di dalam kehidupan masyarakat Dayak yang sangat
menghargai perbedaan. Hal itu tercermin dalam kehidupan masyarakat Dayak
Kalteng, dimana di dalam satu keluarga biasa terdiri dari berbagai macam
kepercayaan atau agama.

“Mereka dapat hidup rukun dan
saling menghargai walaupun berbeda-beda kepercayaan dan agama. Kekeluargaan,
kegotong-royongan, persatuan dan kesatuan merupakan sikap dan perilaku kehidupan
sehari-hari masyarakat Dayak yang tercermin dalam falsafah hidup Rumah Betang,”
pungkasnya. (nto)

PALANGKA RAYA – Anggota MPR RI, H Agustiar Sabran mengajak
masyarakat Kalimantan Tengah untuk mengedepankan semangat persatuan dengan
menyingkirkan pertentangan akibat perbedaan suku, agama, ras, golongan serta
pandangan politik.

“Kemajemukan itu adalah berkah
dari Tuhan Yang Maha Esa, maka berkah itu harus kita syukuri dengan cara saling
merangkul satu sama lain, baik antaragama, suku, ras apapun dalam bingkai
Bhineka Tunggal Ika,” ajak Agustiar saat melakukan sosialisasi Empat Pilar MPR
kepada mahasiswa dan pemuda, Sabtu, (15/2/2020).

Menurut Agustiar, seluruh
masyarakat Indonesia tak terkecuali di Kalimantan Tengah, mempunyai tanggung
jawab yang sama dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Karena
itulah, salah satu prasyarat untuk menegakan keutuhan NKRI tersebut, harus adanya
persatuan dan kesatuan di masyarakat.

Baca Juga :  Pemko dan DPRD Punya Komitmen Sama

“Saya yakin dengan rasa persatuan
yang terus kita perkuat, Indonesia akan jadi bangsa yang besar, berprestasi dan
sejahtera,” tegas Agustiar yang juga Anggota Komisi III DPR RI dari Dapil
Kalimantan Tengah.

Politikus PDI Perjuangan itu juga
menjelaskan, NKRI dibangun dan diperjuangkan secara kolektif kolegial, bukan
oleh satu golongan atau paham tertentu saja. Para pendiri atau founding father
bangsa ini mampu mengesampingkan berbagai perbedaan yang ada, bahkan
menghimpunnya menjadi satu kekuatan, sehingga bangsa Indonesia berhasil
membebaskan diri dari penjajahan.

“Berbeda itu bukan berarti harus
bermusuhan, berbeda itu bukanlah halangan untuk menjadi satu. Justru karena
kebegaragaman menjadikan bangsa Indonesia menjadi kuat. Fondasi inilah yang kemudian
menjadikan Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan negara yaitu berbeda-beda
tetap satu jua,” tegas Agustiar.

Baca Juga :  Berhadiah Buah dan Doa, Semangatnya Luar Biasa

Di Kalimantan Tengah, imbuh dia,
sejak dulu pun telah memiliki falsafah tentang bagaimana menjaga persatuan dan
kesatuan, yang dikenal dengan falsafah Huma Betang.

Falsafah hidup Huma Betang masih
tertanam dan berkembang di dalam kehidupan masyarakat Dayak yang sangat
menghargai perbedaan. Hal itu tercermin dalam kehidupan masyarakat Dayak
Kalteng, dimana di dalam satu keluarga biasa terdiri dari berbagai macam
kepercayaan atau agama.

“Mereka dapat hidup rukun dan
saling menghargai walaupun berbeda-beda kepercayaan dan agama. Kekeluargaan,
kegotong-royongan, persatuan dan kesatuan merupakan sikap dan perilaku kehidupan
sehari-hari masyarakat Dayak yang tercermin dalam falsafah hidup Rumah Betang,”
pungkasnya. (nto)

Terpopuler

Artikel Terbaru