26.3 C
Jakarta
Saturday, April 27, 2024

Drainase Tersumbat Sampah, Genangan Air di Mana-mana

PALANGKA RAYA- Hujan semalam suntuk alias satu malam tanpa
henti menyebabkan beberapa titik di ruas jalan ibu kota tergenang. Banjir
“mengepung” Kota Cantik Palangka Raya. Kebersihan lingkungan sedikit banyak
menjadi pemicu peristiwa yang terjadi setiap tahun ketika musim hujan
tiba. 

Salah
satu
lokasi langganan banjir yakni ruas jalan Menteng dan Tilung. Pantauan Kalteng
Pos sejak pagi, terlihat mulai jalan Tilung X sampai ujung tergenang banjir. Terlihat
tim rescue dari Dinas Pemadam Kebakaran (Damkar) Kota Palangka Raya terlihat
sibuk mengeluarkan sampah-sampah dari drainase. Mereka (tim,red) turun lapangan
sejak pukul 05.00 WIB dan menyebar di beberapa wilayah yang terjadi banjir
parah.

“Pemerintah Kota
(Pemko) Palangka Raya telah menyurvei sejak awal hujan pada Sabtu malam pukul
10.00 WIB, hasil survey tersebut ada beberapa wilayah yang terjadi banjir parah
seperti di Jalan Seth Adji persimpangan Jalan Karet, Jalan Beliang, Jalan Sapan
dan Jalan Menteng-Tilung ini,” kata Komandan Regu Rescue Damkar Palangka Raya,
Sucipto, saat diwawancarai di tengah-tengah evakuasi sampah di Jalan Tilung,
Minggu pagi (5/1).

Dikatakan Sucipto, sejak
Minggu pagi pukul 05.00 WIB hingga pukul 08.00 WIB pihaknya telah mengevakuasi
satu truk sampah dari sepanjang drainase mulai Tilung VIII hingga Tilung ujung.
Untuk itu, fokus utama pembersihan dan melancarkan saluran air dengan cara
membersihkan sampah di pintu utama drainase yakni tepat di Jalan Tilung VIII.

“Sepanjang Jalan Tilung
X hingga ujung itu tersumbat sampah sehingga air dari Jalan G Obos tidak
berjalan semestinya dan meluap ke permukaan,” ucapnya.

Banjir di ruas Jalan
Tilung ini mendapat respon berbeda-beda dari masyarakat, tetapi kebanyakan dari
mereka tidak merasa bingung atau hal baru. Lantaran, banjir di ruas Jalan
Menteng-Tilung ini menjadi hal biasa bagi masyarakat.

“Sudah biasa mbak, dulu
malah lebih parah dari ini. Semenjak drainase di Jalan Tilung I sampai VIII
dibenahi sudah tidak parah lagi,” kata penjual sayur yang tidak ingin
disebutkan namanya ini.

Dengan santai pun ia
menyebutkan serasa berjualan di tepi pantai. Bagaimana tidak, ketika kendaran
lewat khususnya mobil maka air akan terhempas ke pelataran dagangan meski tidak
sampai masuk dan membanjiri dagangannya. “Kayak berjualan di tepi pantai ini
mbak,” katanya dengan tertawa.

Perempuan paruh baya
ini juga menyebut bahwa banjir sebagai hal biasa tidak berpengaruh terhadap
penjualannya. Lantaran, pembeli saat kondisi bajir dan tidak banjir sama saja.

Berbeda dengan
tanggapan anak-anak, jika penjual sayur merasa berjualan di pinggir pantai, beberapa
anak-anak di sekitar Tilung merasa mendapatkan keberkahan dari terjadinya
banjir langganan ini. mereka (anak-anak,red) malah senang dan memanfaatkan
meluapnya air di drainase sebagai kolam renang gratis.

“Kami senang saat hujan
dan banjir, air di parit cukup dalam dan kami bisa berenang,” ucap Muhammad
Ridho dengan polosnya.

Baca Juga :  Mahasiswa UMM Beri Edukasi Terhadap Bahaya Covid -19 di Pasar

Ia tidak berpikir buruk
dampak dari banjir tersebut, yang ia rasakan hanya senang. Bahkan, saking
senangnya ia berenang di luapan drainase sejak pukul 06.00 WIB hingga 09.00 WIB.

Kemudian, langganan
banjir lainnya adalah kawasan Bukit Hindu. Ketika hujan lebat genangan air di
mana-mana, bahkan air yang tergenang bukan hanya sebatas mata kaki saja, tetapi
bisa mencapai batas lutut orang dewasa. Hal ini tentu menjadi kekluhan
masyarakat setempat.

Salah seorang warga
Jalan Kinibalu Kompleks Bukit Hindu, Wilbrodus menuturkan jika terjadi hujan
lebat maka tempat tinggalnya sering terendam banjir. Bahkan bisa mencapai lutut
orang dewasan.

“Kalau hari ini belum
sempat masuk sampai rumah kami dan jelang pagi sudah surut. Tetapi jika terjadi
hujan lebat pada awal-awal dahulu cukup parah dan kami harus begadang hingga
tengah malam dan bahkan sampai subuh, untuk mengamankan barang-barang yang
ada,” katanya kepada Kalteng Pos, Minggu (5/1).

Namun kondisi tersebut
tidak terjadi dalam waktu yang lama. Jika hujan redah maka banjir pun berangsur
surut. “Mungkin karena dekat dengan pengaringan sehingga cepat surut airnya.
Apalagi kalau hujan sudah redah,” ungkap pria yang bertubuh tinggi besar
tersebut.

Sebagai warga
masyarakat tentu pihaknya sangat mengharapkan perhatian dan solusi cepat dari
pemerintah setempat, agar kondisi tersebut tidak terulang lagi kedepan jika
hujan lebat.

“Sebab jika terjadi
banjir tentu sangat mengganggu dan merugikan masyarakat. Apalagi terjadi pada
malam hari. Mereka harus terjaga untuk mengamankan barang-barang dari rendaman
banjir,” tuturnya.

Dirinya juga mengajak
masyarakat untuk sama-sama menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal
masing-masing, agar tidak terjadi penyumbatan pada saluran drainase.

Banjir juga menggenangi
permukiman di Jalan Brokoli V dan Jalan Tenggaring.  “bila hujan lebat terjadi hanya satu  atau dua 
jam tidak masalah tapi bila lebih darai dua jam , maka menyebabkan jalan
dan permukiman terendam,” ucap pak Tawar warga jalan Brokoli V saat di
wawancarai Kalteng Pos di halaman rumahnya, kemarin.

Kawasan ini memang
menjadi langganan bencana banjir, apalagi ketika hujanya nonstop semalaman.
Untuk jalan mungkin seharian sudah normal atau kering, namun untuk pemukiman
warga bervariasi ada yang satu hari sudah tidak tergenang lagi, ada yang parah
sampai tiga hari rumahnya terendam banjir akibat hujan semalaman.

Menurut Tawar, penyebab
utama banjir di daerah ini adalah akibat drainase yang sempit dan kurang
dangkal, sehingga air meluap ke jalan dan ke permukiman warga. “Saya berharap
pemerintah bisa melakukan pembenahan pada drainase di lingkungan kami,”
ujarnya.

Meluapnya drainase di
brokoli akibat menampung air drainase dari beberapa tempat seperti, dari jalan
Wortel, Brokoli dan Pinus itu kan mengalirnya ke arah jalan Brokoli V ini.
Sehingga drainase di Brokoli V ini meluap akibat kapasitas daya tamping yang
minim

Baca Juga :  Ancaman Resesi-Masalah Serapan Anggaran

“Maka dari itu drainase
ini perlu di benahi dan diperbesar daya tampungnya sehingga bila terjadi hujan
tidak menyebabkan banjir,”pungkasnya.

Genangan air juga terjadi di Jalan G Obos. Amad pemilik toko
sembako mengatakan, jika saja drainase buatan asal dapat menampung kapasitas
air mungkin saja tidak meluap sampai ke badan jalan dan air yang menggenang
tidak separah seperti saat ini.

“Saya rasa selokannya
atau drainase nya ada yang tidak dibersihkan dan akhirnya tersumbat, sehingga
air tidak dapat mengalir sebagaimana mestinya,” jelas Amad.

Wakil Wali Kota
Palangka Raya hj Umi Mastikah mengatakan, hujan yang terjadi selama beberapa
jam ini mengakibatkan hampir seluruh wilayah yang ada di Palangka Raya
terdampak. “Luapan dari pengaringan dan draenase menyebabkan genangan dan
air masuk rumah warga,”ucapnya.

Dari pemko telah
menurunkan regu rescue Damkar dan Penyelamatan sejak pukul 00.30 wib, dan sudah
bergerak melakukan penanganan dan membantu evakuasi warga terdampak terjadinya
pendangkalan pengaringan, sampah yang menutup drainase.

Sedangkan Abdul warga
sekitar Hiu Putih yang terkena dampak banjir tersebut mengatakan, kejadian ini
bukan kali pertama terjadi, dan ini hanya sebagaian saja dampak yang terjadi,
sebab biasanya bisa menjalar hingga ke pemukiman warga sekitar hingga meluas
jika hujan lebih deras dan lebih lama lagi dan mengakibatkan genangan air yang
meluber.

Ia menambakan, air
meluber hingga badan jalan lantaran gorong-gorong tidak cukup menampung air.

Ia berharap kepada
pemerintah terkait untuk membuat plang tulisan di larang membuang sampah.

“Sebab salah satu
fungsi dari gorong gorong bukan untuk membuang sampah, tapi untuk mengalirkan
air agar bisa ter bawa lancar hingga ke pembuangan, kalau dilihat penyebab di
gorong di bagian jalan ada yg tertutup kotoran sampah, akibatnya gorong gorong
tidak berfungsi dengan baik dan air pun tumpah ke jalan pemukiman warga,”
pungkasnya.

Terpisah, Kepala Dinas
Perumahan, Kawasan Permukiman dan Pertanahan (Disperkimtan) Provinsi Kalteng
Leonard S Ampung mengatakan khusus Palangka Raya akan dilakukan peningkatan
jalan lingkungan dan drainase.

“Kita akan
melakukan peningkatan Jalan Hiu Putih IV, Jalan Bukit Palangka, Jalan Gurame
III, Jalan Denok, Jalan Menteng V dengan total Panjang keseluruhan mencapai
3350 meter,”katanya kepada Kalteng Pos, Minggu (5/1).

Sementara untuk keseluruhan ada 9 kabupaten dan
a kota yang menjadi fokus perhatian yaitu Kobar, Kotim, Lamandau, Sukamara,
Barsel, Barut, Mura, Kapuas, Pulang pisau dan Palangka Raya. Fokus 2020
disperkimtan akan melakukan peningkatan jalan lingkungan dan drainase
se-Kalteng dengan total Panjang 27 km dan membutuhkan dana senile Rp 35,8
miliar. (abw/nue/*yud/*ahm/*pra/ala)

PALANGKA RAYA- Hujan semalam suntuk alias satu malam tanpa
henti menyebabkan beberapa titik di ruas jalan ibu kota tergenang. Banjir
“mengepung” Kota Cantik Palangka Raya. Kebersihan lingkungan sedikit banyak
menjadi pemicu peristiwa yang terjadi setiap tahun ketika musim hujan
tiba. 

Salah
satu
lokasi langganan banjir yakni ruas jalan Menteng dan Tilung. Pantauan Kalteng
Pos sejak pagi, terlihat mulai jalan Tilung X sampai ujung tergenang banjir. Terlihat
tim rescue dari Dinas Pemadam Kebakaran (Damkar) Kota Palangka Raya terlihat
sibuk mengeluarkan sampah-sampah dari drainase. Mereka (tim,red) turun lapangan
sejak pukul 05.00 WIB dan menyebar di beberapa wilayah yang terjadi banjir
parah.

“Pemerintah Kota
(Pemko) Palangka Raya telah menyurvei sejak awal hujan pada Sabtu malam pukul
10.00 WIB, hasil survey tersebut ada beberapa wilayah yang terjadi banjir parah
seperti di Jalan Seth Adji persimpangan Jalan Karet, Jalan Beliang, Jalan Sapan
dan Jalan Menteng-Tilung ini,” kata Komandan Regu Rescue Damkar Palangka Raya,
Sucipto, saat diwawancarai di tengah-tengah evakuasi sampah di Jalan Tilung,
Minggu pagi (5/1).

Dikatakan Sucipto, sejak
Minggu pagi pukul 05.00 WIB hingga pukul 08.00 WIB pihaknya telah mengevakuasi
satu truk sampah dari sepanjang drainase mulai Tilung VIII hingga Tilung ujung.
Untuk itu, fokus utama pembersihan dan melancarkan saluran air dengan cara
membersihkan sampah di pintu utama drainase yakni tepat di Jalan Tilung VIII.

“Sepanjang Jalan Tilung
X hingga ujung itu tersumbat sampah sehingga air dari Jalan G Obos tidak
berjalan semestinya dan meluap ke permukaan,” ucapnya.

Banjir di ruas Jalan
Tilung ini mendapat respon berbeda-beda dari masyarakat, tetapi kebanyakan dari
mereka tidak merasa bingung atau hal baru. Lantaran, banjir di ruas Jalan
Menteng-Tilung ini menjadi hal biasa bagi masyarakat.

“Sudah biasa mbak, dulu
malah lebih parah dari ini. Semenjak drainase di Jalan Tilung I sampai VIII
dibenahi sudah tidak parah lagi,” kata penjual sayur yang tidak ingin
disebutkan namanya ini.

Dengan santai pun ia
menyebutkan serasa berjualan di tepi pantai. Bagaimana tidak, ketika kendaran
lewat khususnya mobil maka air akan terhempas ke pelataran dagangan meski tidak
sampai masuk dan membanjiri dagangannya. “Kayak berjualan di tepi pantai ini
mbak,” katanya dengan tertawa.

Perempuan paruh baya
ini juga menyebut bahwa banjir sebagai hal biasa tidak berpengaruh terhadap
penjualannya. Lantaran, pembeli saat kondisi bajir dan tidak banjir sama saja.

Berbeda dengan
tanggapan anak-anak, jika penjual sayur merasa berjualan di pinggir pantai, beberapa
anak-anak di sekitar Tilung merasa mendapatkan keberkahan dari terjadinya
banjir langganan ini. mereka (anak-anak,red) malah senang dan memanfaatkan
meluapnya air di drainase sebagai kolam renang gratis.

“Kami senang saat hujan
dan banjir, air di parit cukup dalam dan kami bisa berenang,” ucap Muhammad
Ridho dengan polosnya.

Baca Juga :  Mahasiswa UMM Beri Edukasi Terhadap Bahaya Covid -19 di Pasar

Ia tidak berpikir buruk
dampak dari banjir tersebut, yang ia rasakan hanya senang. Bahkan, saking
senangnya ia berenang di luapan drainase sejak pukul 06.00 WIB hingga 09.00 WIB.

Kemudian, langganan
banjir lainnya adalah kawasan Bukit Hindu. Ketika hujan lebat genangan air di
mana-mana, bahkan air yang tergenang bukan hanya sebatas mata kaki saja, tetapi
bisa mencapai batas lutut orang dewasa. Hal ini tentu menjadi kekluhan
masyarakat setempat.

Salah seorang warga
Jalan Kinibalu Kompleks Bukit Hindu, Wilbrodus menuturkan jika terjadi hujan
lebat maka tempat tinggalnya sering terendam banjir. Bahkan bisa mencapai lutut
orang dewasan.

“Kalau hari ini belum
sempat masuk sampai rumah kami dan jelang pagi sudah surut. Tetapi jika terjadi
hujan lebat pada awal-awal dahulu cukup parah dan kami harus begadang hingga
tengah malam dan bahkan sampai subuh, untuk mengamankan barang-barang yang
ada,” katanya kepada Kalteng Pos, Minggu (5/1).

Namun kondisi tersebut
tidak terjadi dalam waktu yang lama. Jika hujan redah maka banjir pun berangsur
surut. “Mungkin karena dekat dengan pengaringan sehingga cepat surut airnya.
Apalagi kalau hujan sudah redah,” ungkap pria yang bertubuh tinggi besar
tersebut.

Sebagai warga
masyarakat tentu pihaknya sangat mengharapkan perhatian dan solusi cepat dari
pemerintah setempat, agar kondisi tersebut tidak terulang lagi kedepan jika
hujan lebat.

“Sebab jika terjadi
banjir tentu sangat mengganggu dan merugikan masyarakat. Apalagi terjadi pada
malam hari. Mereka harus terjaga untuk mengamankan barang-barang dari rendaman
banjir,” tuturnya.

Dirinya juga mengajak
masyarakat untuk sama-sama menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal
masing-masing, agar tidak terjadi penyumbatan pada saluran drainase.

Banjir juga menggenangi
permukiman di Jalan Brokoli V dan Jalan Tenggaring.  “bila hujan lebat terjadi hanya satu  atau dua 
jam tidak masalah tapi bila lebih darai dua jam , maka menyebabkan jalan
dan permukiman terendam,” ucap pak Tawar warga jalan Brokoli V saat di
wawancarai Kalteng Pos di halaman rumahnya, kemarin.

Kawasan ini memang
menjadi langganan bencana banjir, apalagi ketika hujanya nonstop semalaman.
Untuk jalan mungkin seharian sudah normal atau kering, namun untuk pemukiman
warga bervariasi ada yang satu hari sudah tidak tergenang lagi, ada yang parah
sampai tiga hari rumahnya terendam banjir akibat hujan semalaman.

Menurut Tawar, penyebab
utama banjir di daerah ini adalah akibat drainase yang sempit dan kurang
dangkal, sehingga air meluap ke jalan dan ke permukiman warga. “Saya berharap
pemerintah bisa melakukan pembenahan pada drainase di lingkungan kami,”
ujarnya.

Meluapnya drainase di
brokoli akibat menampung air drainase dari beberapa tempat seperti, dari jalan
Wortel, Brokoli dan Pinus itu kan mengalirnya ke arah jalan Brokoli V ini.
Sehingga drainase di Brokoli V ini meluap akibat kapasitas daya tamping yang
minim

Baca Juga :  Ancaman Resesi-Masalah Serapan Anggaran

“Maka dari itu drainase
ini perlu di benahi dan diperbesar daya tampungnya sehingga bila terjadi hujan
tidak menyebabkan banjir,”pungkasnya.

Genangan air juga terjadi di Jalan G Obos. Amad pemilik toko
sembako mengatakan, jika saja drainase buatan asal dapat menampung kapasitas
air mungkin saja tidak meluap sampai ke badan jalan dan air yang menggenang
tidak separah seperti saat ini.

“Saya rasa selokannya
atau drainase nya ada yang tidak dibersihkan dan akhirnya tersumbat, sehingga
air tidak dapat mengalir sebagaimana mestinya,” jelas Amad.

Wakil Wali Kota
Palangka Raya hj Umi Mastikah mengatakan, hujan yang terjadi selama beberapa
jam ini mengakibatkan hampir seluruh wilayah yang ada di Palangka Raya
terdampak. “Luapan dari pengaringan dan draenase menyebabkan genangan dan
air masuk rumah warga,”ucapnya.

Dari pemko telah
menurunkan regu rescue Damkar dan Penyelamatan sejak pukul 00.30 wib, dan sudah
bergerak melakukan penanganan dan membantu evakuasi warga terdampak terjadinya
pendangkalan pengaringan, sampah yang menutup drainase.

Sedangkan Abdul warga
sekitar Hiu Putih yang terkena dampak banjir tersebut mengatakan, kejadian ini
bukan kali pertama terjadi, dan ini hanya sebagaian saja dampak yang terjadi,
sebab biasanya bisa menjalar hingga ke pemukiman warga sekitar hingga meluas
jika hujan lebih deras dan lebih lama lagi dan mengakibatkan genangan air yang
meluber.

Ia menambakan, air
meluber hingga badan jalan lantaran gorong-gorong tidak cukup menampung air.

Ia berharap kepada
pemerintah terkait untuk membuat plang tulisan di larang membuang sampah.

“Sebab salah satu
fungsi dari gorong gorong bukan untuk membuang sampah, tapi untuk mengalirkan
air agar bisa ter bawa lancar hingga ke pembuangan, kalau dilihat penyebab di
gorong di bagian jalan ada yg tertutup kotoran sampah, akibatnya gorong gorong
tidak berfungsi dengan baik dan air pun tumpah ke jalan pemukiman warga,”
pungkasnya.

Terpisah, Kepala Dinas
Perumahan, Kawasan Permukiman dan Pertanahan (Disperkimtan) Provinsi Kalteng
Leonard S Ampung mengatakan khusus Palangka Raya akan dilakukan peningkatan
jalan lingkungan dan drainase.

“Kita akan
melakukan peningkatan Jalan Hiu Putih IV, Jalan Bukit Palangka, Jalan Gurame
III, Jalan Denok, Jalan Menteng V dengan total Panjang keseluruhan mencapai
3350 meter,”katanya kepada Kalteng Pos, Minggu (5/1).

Sementara untuk keseluruhan ada 9 kabupaten dan
a kota yang menjadi fokus perhatian yaitu Kobar, Kotim, Lamandau, Sukamara,
Barsel, Barut, Mura, Kapuas, Pulang pisau dan Palangka Raya. Fokus 2020
disperkimtan akan melakukan peningkatan jalan lingkungan dan drainase
se-Kalteng dengan total Panjang 27 km dan membutuhkan dana senile Rp 35,8
miliar. (abw/nue/*yud/*ahm/*pra/ala)

Terpopuler

Artikel Terbaru