29.3 C
Jakarta
Thursday, November 28, 2024

Virus Corona Menginspirasi Desainer

SETELAH Juru Bicara Pemerintah Untuk Covid-19 Achmad
Yurianto tampil dengan busana batik bermotif virus dan diasumsikan seperti
virus Korona. Kini virus tersebut benar-benar menjadi tren di kalangan
dunia fashion. Batik tetap teknik yang dipilih pada kain wastra Nusantara
kali ini.

Goresan motif virus Korona dibubuhkan di atas
kain batik. Di tangan desainer, penulis dan dosen asal Bandung bernama Indriya,
batik trsebut diberi nama IRD ‘Pesona Covid-19 Endorphin’. Dia mengklaim batik
tersebut memiliki motif batik bermuatan dakwah, pendidikan, dan bisnis syariah.

“Di mana di dalam motif tersebut mengandung
filosofi. Pertama, transformasi kandungan Al-Quran secara aplikatif melalui
motif batiknya, kedua yakni pendidikan berciri khas nilai ajaran ulama dan
cendekiawan, ketiga yaitu implementasi kearifan lokal yang berasal dari seni
budaya melalui pengembangan sikap percaya diri kepada masyarakat,” kata Indriya
dalam keterangan tertulis, Kamis (23/4).

Baca Juga :  Ini Rahasia Ketiak Putih ala Idol K-Pop

Dia mencontohkan situasi wabah yang terjadi
sekarang ini seperti zaman kekhalifahan Umar bin Khattab, di mana pada zaman
pemerintahan saat itu pernah terjadi wabah yang bermula di daerah Awamas,
sebuah kota sebelah barat Yerussalem, Palestina. Di dalam buku biografi Umar
bin Khattab karya Muhammad Husein Haekal menjelaskan, wabah tersebut menjalar
hingga ke Syam (Suriah), bahkan ke Irak. Diperkirakan kejadian wabah ini akhir
17 Hijriah, dan memicu kepanikan massal saat itu.

“Pesona Covid-19 Endorphin sebagai media
pendidikan islam bagian dari gaya berpikir dalam Al-Quran, dakwah, sekaligus
bernilai bisnis syariah,” jelasnya.

Menurut Indriya, dalam setiap helai batik
terkandung simbol, filosofi, dan sekaligus budaya yang merupakan bagian dari
suatu peradaban suatu bangsa. Karya batik ‘Pesona Covid-19 Endorphin’ berasal
dari salah satu gaya berpikir Alquran yaitu kontemplasi, sebagai media
pendidikan islam yang memiliki nilai filosofis tersendiri. Motif batiknya
bernuansa Al-Quran yang tentunya memiliki arti religius.

Baca Juga :  Saatnya Perempuan Pulih dan Berdaya

“Mengandung simbol dari penciptaan mahluknya
yang berpasangan, di mana Covid-19 memiliki sifat negatif dan mematikan,
sedangkan endorphin memiliki sifat positif yang membuat manusia berbahagia
ketika menghasilkan hormon ini di otak,” katanya.

Menurut Indriya, motif batik ini merupakan
pengingat kepada sang pencipta dengan segala kuasaNya mampu menciptakan sebuah
virus Covid-19 yang mematikan. Dan hormon endorphin sebagai salah satu obat
alami, yang dapat dihasilkan dari badan kita sendiri ketika merasa bahagia.

“Sebagai
salah satu imun alami yang akan keluar di dalam otak kita, ketika kita
merasakan bahagia,” tutupnya.

SETELAH Juru Bicara Pemerintah Untuk Covid-19 Achmad
Yurianto tampil dengan busana batik bermotif virus dan diasumsikan seperti
virus Korona. Kini virus tersebut benar-benar menjadi tren di kalangan
dunia fashion. Batik tetap teknik yang dipilih pada kain wastra Nusantara
kali ini.

Goresan motif virus Korona dibubuhkan di atas
kain batik. Di tangan desainer, penulis dan dosen asal Bandung bernama Indriya,
batik trsebut diberi nama IRD ‘Pesona Covid-19 Endorphin’. Dia mengklaim batik
tersebut memiliki motif batik bermuatan dakwah, pendidikan, dan bisnis syariah.

“Di mana di dalam motif tersebut mengandung
filosofi. Pertama, transformasi kandungan Al-Quran secara aplikatif melalui
motif batiknya, kedua yakni pendidikan berciri khas nilai ajaran ulama dan
cendekiawan, ketiga yaitu implementasi kearifan lokal yang berasal dari seni
budaya melalui pengembangan sikap percaya diri kepada masyarakat,” kata Indriya
dalam keterangan tertulis, Kamis (23/4).

Baca Juga :  Ini Rahasia Ketiak Putih ala Idol K-Pop

Dia mencontohkan situasi wabah yang terjadi
sekarang ini seperti zaman kekhalifahan Umar bin Khattab, di mana pada zaman
pemerintahan saat itu pernah terjadi wabah yang bermula di daerah Awamas,
sebuah kota sebelah barat Yerussalem, Palestina. Di dalam buku biografi Umar
bin Khattab karya Muhammad Husein Haekal menjelaskan, wabah tersebut menjalar
hingga ke Syam (Suriah), bahkan ke Irak. Diperkirakan kejadian wabah ini akhir
17 Hijriah, dan memicu kepanikan massal saat itu.

“Pesona Covid-19 Endorphin sebagai media
pendidikan islam bagian dari gaya berpikir dalam Al-Quran, dakwah, sekaligus
bernilai bisnis syariah,” jelasnya.

Menurut Indriya, dalam setiap helai batik
terkandung simbol, filosofi, dan sekaligus budaya yang merupakan bagian dari
suatu peradaban suatu bangsa. Karya batik ‘Pesona Covid-19 Endorphin’ berasal
dari salah satu gaya berpikir Alquran yaitu kontemplasi, sebagai media
pendidikan islam yang memiliki nilai filosofis tersendiri. Motif batiknya
bernuansa Al-Quran yang tentunya memiliki arti religius.

Baca Juga :  Saatnya Perempuan Pulih dan Berdaya

“Mengandung simbol dari penciptaan mahluknya
yang berpasangan, di mana Covid-19 memiliki sifat negatif dan mematikan,
sedangkan endorphin memiliki sifat positif yang membuat manusia berbahagia
ketika menghasilkan hormon ini di otak,” katanya.

Menurut Indriya, motif batik ini merupakan
pengingat kepada sang pencipta dengan segala kuasaNya mampu menciptakan sebuah
virus Covid-19 yang mematikan. Dan hormon endorphin sebagai salah satu obat
alami, yang dapat dihasilkan dari badan kita sendiri ketika merasa bahagia.

“Sebagai
salah satu imun alami yang akan keluar di dalam otak kita, ketika kita
merasakan bahagia,” tutupnya.

Terpopuler

Artikel Terbaru