33.2 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Sajak Ilhamdi Putra

Berperam di Angin Garam

Berperam di angin garam, di bacin terkirim dari ikan kering

udara melepaskan jendela dari kusen, dan mimpi hantu laut

hantu yang bersarang pada ombak berbentuk ladam ringsut.

Barangkali, di sini musim akan terus berperingga

serupa gudang tua diketam cuaca berbau bangkai tenggiri hanyut

seperti dermaga yang terus dilimau, tapi tak mampu menolak bala.

Berperam di angin garam, di langis bantaran muara

di kemarau panjang dan sansai
berulang.

2020

——————————

Kehilangan Rumah

Sesudah malam terbentuk dari pecahan botol kaca

dan subuh berlalu seolah mumbang hanyut ke muara

kita kehilangan rumah beserta kata pulang

kehilangan pagi yang dimulai sejak kuali berketuntang

kota beserta ingatan dibiarkan menjadi piatu

Baca Juga :  Kota Rantau

”sebagian jantung, amai, sebelah paru

kami bungkuskan, kami berikan”.

Sesudah malam dibangun dari doa takut

dan gemuruh subuh seperti gedebuk paran ringsut

ke dalam lipatan kain panjang itu

kita kehilangan rumah untuk sebuah pulang

kehilangan bau kuali hangus di atas tungku

”sehimpun kehilangan, amai

sekabung air mata menggaram

langsai kami genapkan”.

2019

——————————

Udi

Di kota dengan pasir pantai sehitam pantat kuali

barangkali nasib adalah sauh putus tambang, dan hidup

serupa bendi tersungkur lepas dari kuda berlari mendudu.

Sudah terkait tali kutang pada kawat berbentuk ladam itu

tapi gemuk buah dadamu masih saja berbuai ditiup limbubu

bergulung kain tak memulun tubuh sampai gelinjang betismu

Baca Juga :  Pemburu Anak

sekabung pengaminan tak mampu mematangkan mengkal haru.

Kuai tinggal gedebuk ambacang busuk dari batang, Nurbaya

hari-hari terus memburuk, bersangkut tak kunjung kau terpaut

berdendang urung pinggulmu bergoyang, dan nasib tetaplah kapal

hanyut ke laut lepas, hidup serupa muatan terserak jatuh begitu saja

keduanya kupak dipukul gelombang
datang, kusut tertarik pasang surut.

2020

——————————

ILHAMDI PUTRA. Lahir di
Padang, Sumatera Barat. Bergiat di ruang riset sastra dan humaniora Lab. Pauh
9. Tulisannya disiarkan media cetak dan elektronik serta terhimpun dalam
beberapa antologi bersama. Menghadiri beberapa pertemuan kesusastraan, salah
satunya adalah Ubud Writers and Readers Festival 2019 (Ubud, Bali) sebagai
Emerging Writers.

Berperam di Angin Garam

Berperam di angin garam, di bacin terkirim dari ikan kering

udara melepaskan jendela dari kusen, dan mimpi hantu laut

hantu yang bersarang pada ombak berbentuk ladam ringsut.

Barangkali, di sini musim akan terus berperingga

serupa gudang tua diketam cuaca berbau bangkai tenggiri hanyut

seperti dermaga yang terus dilimau, tapi tak mampu menolak bala.

Berperam di angin garam, di langis bantaran muara

di kemarau panjang dan sansai
berulang.

2020

——————————

Kehilangan Rumah

Sesudah malam terbentuk dari pecahan botol kaca

dan subuh berlalu seolah mumbang hanyut ke muara

kita kehilangan rumah beserta kata pulang

kehilangan pagi yang dimulai sejak kuali berketuntang

kota beserta ingatan dibiarkan menjadi piatu

Baca Juga :  Kota Rantau

”sebagian jantung, amai, sebelah paru

kami bungkuskan, kami berikan”.

Sesudah malam dibangun dari doa takut

dan gemuruh subuh seperti gedebuk paran ringsut

ke dalam lipatan kain panjang itu

kita kehilangan rumah untuk sebuah pulang

kehilangan bau kuali hangus di atas tungku

”sehimpun kehilangan, amai

sekabung air mata menggaram

langsai kami genapkan”.

2019

——————————

Udi

Di kota dengan pasir pantai sehitam pantat kuali

barangkali nasib adalah sauh putus tambang, dan hidup

serupa bendi tersungkur lepas dari kuda berlari mendudu.

Sudah terkait tali kutang pada kawat berbentuk ladam itu

tapi gemuk buah dadamu masih saja berbuai ditiup limbubu

bergulung kain tak memulun tubuh sampai gelinjang betismu

Baca Juga :  Pemburu Anak

sekabung pengaminan tak mampu mematangkan mengkal haru.

Kuai tinggal gedebuk ambacang busuk dari batang, Nurbaya

hari-hari terus memburuk, bersangkut tak kunjung kau terpaut

berdendang urung pinggulmu bergoyang, dan nasib tetaplah kapal

hanyut ke laut lepas, hidup serupa muatan terserak jatuh begitu saja

keduanya kupak dipukul gelombang
datang, kusut tertarik pasang surut.

2020

——————————

ILHAMDI PUTRA. Lahir di
Padang, Sumatera Barat. Bergiat di ruang riset sastra dan humaniora Lab. Pauh
9. Tulisannya disiarkan media cetak dan elektronik serta terhimpun dalam
beberapa antologi bersama. Menghadiri beberapa pertemuan kesusastraan, salah
satunya adalah Ubud Writers and Readers Festival 2019 (Ubud, Bali) sebagai
Emerging Writers.

Terpopuler

Artikel Terbaru