28.9 C
Jakarta
Friday, November 22, 2024

Universitas Magang Menteri

Kalau tak ada aral melintang, akan ada satu lagi mantan rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) yang masuk kabinet. Kali ini Profesor Fauzan. Namanya menjadi buah bibir lantaran termasuk salah satu yang diundang Prabowo ke Kertanegara, Jakarta Pusat, Senin (14/10/2024).

Fauzan disebut-sebut akan menempati posisi sebagai Wakil Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Ristekdikti). Dalam kabinet Prabowo–Gibran, kementerian pendidikan akan dipecah menjadi dua. Selain Kemenristekdikti, satunya lagi adalah Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah. Kementerian yang terakhir ini kabarnya juga akan diisi oleh kader Muhammadiyah, Profesor Abdul Mu’ti, dan wakilnya Fajar Rizaul Haq.

Fauzan akan menjadi mantan rektor UMM ketiga yang masuk kabinet. Sebelumnya, dua pendahulu Fauzan, Profesor Malik Fadjar dan Profesor Muhadjir Effendy, juga menduduki posisi menteri pendidikan. Menariknya, ketiganya saling terkait dalam hubungan mentor dan kader. Fauzan dikenal sangat dekat dengan Malik maupun Muhadjir bahkan sejak mahasiswa. Demikian pula, Muhadjir merupakan kader “nginthilan” Malik.

Malik menjadi rektor UMM sejak 1983 sampai 2000. Pernah merangkap sebagai rektor Universitas Muhammadiyah Solo (UMS), Malik menjadi Menteri Agama di bawah Presiden BJ Habibie (1998-1999). Pada Kabinet Gotong Royong (2001-2004) pimpinan Presiden Megawati Sukarnoputri, Malik menjabat Menteri Pendidikan Nasional.

Muhadjir menggantikan Malik sebagai rektor pada tahun 2000 dan menjabat sampai 2016. Presiden Joko Widodo menunjuk Muhadjir sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menggantikan posisi Anies Baswedan yang di-resuffle Juli 2016.

Pada periode kedua Presiden Joko Widodo, Muhadjir kembali dipercaya masuk kabinet Indonesia Maju sebagai Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) hingga akhir periode 2024.

Ada guyonan yang beredar di kalangan publik terkait dengan fakta-fakta ini. UMM disebut sebagai kampus tempat magang menteri. Rektor-rektornya berhasil masuk kabinet di posisi yang terkait dengan sumber daya manusia. Itulah sebabnya UMM kadang diplesetkan sebagai singkatan dari “Universitas Magang Menteri”. Barangkali belum ada satupun kampus di Indonesia yang tiga mantan rektornya secara berturut-turut menjadi menteri selain UMM, walaupun kampus swasta.

Apa gerangan yang menjadikan UMM begitu menarik pemimpin negeri ini hingga mempercayai mantan rektornya menjadi menteri? Selain kapasitas dan kapabilitas personal rektornya, tentu magnet UMM menjadi salah satu faktor penting.

Baca Juga :  Beras Mahal di Lumbung Pangan

Sebagai kampus swasta di bawah Persyarikatan Muhammadiyah, UMM memang kampus yang memiliki dinamika paling menarik. Pada momen-momen politik, kampus ini sering membuat kontroversi. Misalnya, awal tahun 90-an Malik memberikan ruang kampusnya sebagai arena kampanye partai politik.

Saat itu, rezim Orde Baru sedang kuat-kuatnya berkuasa dan semua proses Pemilu, termasuk kampanye, harus dikontrol penuh oleh negara. Memberi ruang kampanye di kampus terkesan melawan arus karena tidak ada yang bisa menjamin siapa yang bisa mengontrol pilihan mahasiswa. Namun, bagi Malik, justru momentum Pemilu adalah laboratorium politik bagi sivitas akademikanya.

Momen lain ketika mahasiswa UMM terlibat di dalam deklarasi Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi (SMID) yang kemudian hari menjadi Partai Rakyat Demokratik (PRD) pimpinan Budiman Sudjatmiko. Akibatnya, mahasiswa-mahasiswa tersebut diamankan aparat. Alih-alih memecat mahasiswa, rektor Malik dan Pembantu Rektor III, Muhadjir, justru menjamin mahasiswa harus melanjutkan kuliah sampai lulus.

Menjelang Reformasi 1998, kampus UMM menjadi titik sentral bertemunya mahasiswa yang akan melakukan aksi unjuk rasa ke pusat kota Malang. Kampus ini juga menjadi tuan rumah pertemuan aktivis masjid kampus se-Indonesia yang kemudian mendirikan Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI).

Di kemudian hari, KAMMI menjadi cikal bakal berdirinya Partai Keadilan (PK) yang sekarang menjadi Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Peran Malik dan Muhadjir tidak bisa dipisahkan dari peristiwa-peristiwa politik itu lantaran memberi ruang cukup luas bagi gerakan-gerakan tersebut.

Saat itu, Malik sudah menjadi pejabat tinggi Departemen Agama sehingga lebih banyak berdomisili di Jakarta. Praktis, dinamika UMM dikendalikan oleh Muhadjir sebagai Pembantu Rektor I. Di Jakarta, Malik lebih leluasa membangun jaringan aktivis, termasuk dengan Nurcholis Madjid, Amien Rais, Emha Ainun Nadjib, Fuad Bawazir, Fahmi Idris, Akbar Tandjung, hingga Gus Dur.

Malik juga menjalin hubungan dengan kalangan militer dan sering berkumpul di rumah dinasnya di Jl. Indramayu, Jakarta. Gagasan-gagasan konstitusional Malik untuk melakukan transisi reformasi banyak ditawarkan kepada Nurcholis Madjid agar disampaikan kepada Presiden Soeharto saat itu.

Baca Juga :  Hadirnya Oposisi Menjaga Keutuhan Negeri

Muhadjir meneruskan tradisi UMM sebagai kampus terbuka dan multikultural. Gagasan Muhadjir membawa kampus ini sebagai model kampus mandiri energi sekaligus mandiri finansial melalui pengembangan listrik baru terbarukan, unit-unit bisnis berupa hotel, rumah sakit, SPBU, hingga taman rekreasi. Muhadjir juga berhasil menciptakan suasana Indonesia dan dunia di kampus UMM dengan cara mengundang tokoh-tokoh nasional maupun global.

Tak jarang UMM menjadi tuan rumah yang sukses untuk ajang kompetisi maupun konferensi. Kampus ini juga selalu menjadi pembicaraan publik lantaran prestasi-prestasinya melampaui kampus-kampus lainnya, termasuk kampus negeri. Di beberapa lembaga pemeringkatan nasional maupun global, UMM masuk 10 besar.

Pada kepemimpinan dua periode, Fauzan jadi rektor sejak 2016 hingga 2023, tradisi berprestasi tetap menjadi brand UMM. Puncaknya, pada tahun 2021, UMM menempati posisi kampus Islam terbaik dunia versi UniRank. Fauzan meneruskan derap kemajuan UMM yang pondasinya sudah sangat kokoh dibangun oleh pendahulunya.

Di tangan Fauzan, gagasan-gagasan hilirisasi hasil penelitian agar bermanfaat bagi masyarakat digalakkan. Salah satunya melalui program profesor masuk desa. Selain itu, Fauzan juga menggalakkan pendidikan vokasi dan keharusan setiap prodi memiliki pusat keunggulan (center of excellence) untuk mensiasati fleksibilitas kurikulum yang langsung match dengan dunia kerja.

Gagasan Fauzan tersebut sudah mulai direalisasi bahkan jauh hari sebelum Menteri Nadhim Makarim mencetuskan tagline Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).

Saat ini, UMM dipimpin rektor Profesor Nazaruddin Malik yang sebelumnya menjabat sebagai Wakil Rektor II dan Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB). Dengan gaya kepemimpinan yang khas, Nazaruddin juga memiliki determinasi yang berbeda walau tetap menjadi penerus Fauzan, Muhadjir, maupun Malik.

Nampaknya, inilah keunikan UMM, memiliki pemimpin yang transformasional dan masing-masing memiliki determinasi dan distingsi berbeda-beda dalam membaca tantangan zaman. UMM yang dulu diledek sebagai “Universitas Murah Meriah” atau “Universitas Munggah Mudun” kini harus diakui sebagai “Universitas Magang Menteri”.

*) Nasrullah, Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Muhammadiyah Malang

Kalau tak ada aral melintang, akan ada satu lagi mantan rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) yang masuk kabinet. Kali ini Profesor Fauzan. Namanya menjadi buah bibir lantaran termasuk salah satu yang diundang Prabowo ke Kertanegara, Jakarta Pusat, Senin (14/10/2024).

Fauzan disebut-sebut akan menempati posisi sebagai Wakil Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Ristekdikti). Dalam kabinet Prabowo–Gibran, kementerian pendidikan akan dipecah menjadi dua. Selain Kemenristekdikti, satunya lagi adalah Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah. Kementerian yang terakhir ini kabarnya juga akan diisi oleh kader Muhammadiyah, Profesor Abdul Mu’ti, dan wakilnya Fajar Rizaul Haq.

Fauzan akan menjadi mantan rektor UMM ketiga yang masuk kabinet. Sebelumnya, dua pendahulu Fauzan, Profesor Malik Fadjar dan Profesor Muhadjir Effendy, juga menduduki posisi menteri pendidikan. Menariknya, ketiganya saling terkait dalam hubungan mentor dan kader. Fauzan dikenal sangat dekat dengan Malik maupun Muhadjir bahkan sejak mahasiswa. Demikian pula, Muhadjir merupakan kader “nginthilan” Malik.

Malik menjadi rektor UMM sejak 1983 sampai 2000. Pernah merangkap sebagai rektor Universitas Muhammadiyah Solo (UMS), Malik menjadi Menteri Agama di bawah Presiden BJ Habibie (1998-1999). Pada Kabinet Gotong Royong (2001-2004) pimpinan Presiden Megawati Sukarnoputri, Malik menjabat Menteri Pendidikan Nasional.

Muhadjir menggantikan Malik sebagai rektor pada tahun 2000 dan menjabat sampai 2016. Presiden Joko Widodo menunjuk Muhadjir sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menggantikan posisi Anies Baswedan yang di-resuffle Juli 2016.

Pada periode kedua Presiden Joko Widodo, Muhadjir kembali dipercaya masuk kabinet Indonesia Maju sebagai Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) hingga akhir periode 2024.

Ada guyonan yang beredar di kalangan publik terkait dengan fakta-fakta ini. UMM disebut sebagai kampus tempat magang menteri. Rektor-rektornya berhasil masuk kabinet di posisi yang terkait dengan sumber daya manusia. Itulah sebabnya UMM kadang diplesetkan sebagai singkatan dari “Universitas Magang Menteri”. Barangkali belum ada satupun kampus di Indonesia yang tiga mantan rektornya secara berturut-turut menjadi menteri selain UMM, walaupun kampus swasta.

Apa gerangan yang menjadikan UMM begitu menarik pemimpin negeri ini hingga mempercayai mantan rektornya menjadi menteri? Selain kapasitas dan kapabilitas personal rektornya, tentu magnet UMM menjadi salah satu faktor penting.

Baca Juga :  Beras Mahal di Lumbung Pangan

Sebagai kampus swasta di bawah Persyarikatan Muhammadiyah, UMM memang kampus yang memiliki dinamika paling menarik. Pada momen-momen politik, kampus ini sering membuat kontroversi. Misalnya, awal tahun 90-an Malik memberikan ruang kampusnya sebagai arena kampanye partai politik.

Saat itu, rezim Orde Baru sedang kuat-kuatnya berkuasa dan semua proses Pemilu, termasuk kampanye, harus dikontrol penuh oleh negara. Memberi ruang kampanye di kampus terkesan melawan arus karena tidak ada yang bisa menjamin siapa yang bisa mengontrol pilihan mahasiswa. Namun, bagi Malik, justru momentum Pemilu adalah laboratorium politik bagi sivitas akademikanya.

Momen lain ketika mahasiswa UMM terlibat di dalam deklarasi Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi (SMID) yang kemudian hari menjadi Partai Rakyat Demokratik (PRD) pimpinan Budiman Sudjatmiko. Akibatnya, mahasiswa-mahasiswa tersebut diamankan aparat. Alih-alih memecat mahasiswa, rektor Malik dan Pembantu Rektor III, Muhadjir, justru menjamin mahasiswa harus melanjutkan kuliah sampai lulus.

Menjelang Reformasi 1998, kampus UMM menjadi titik sentral bertemunya mahasiswa yang akan melakukan aksi unjuk rasa ke pusat kota Malang. Kampus ini juga menjadi tuan rumah pertemuan aktivis masjid kampus se-Indonesia yang kemudian mendirikan Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI).

Di kemudian hari, KAMMI menjadi cikal bakal berdirinya Partai Keadilan (PK) yang sekarang menjadi Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Peran Malik dan Muhadjir tidak bisa dipisahkan dari peristiwa-peristiwa politik itu lantaran memberi ruang cukup luas bagi gerakan-gerakan tersebut.

Saat itu, Malik sudah menjadi pejabat tinggi Departemen Agama sehingga lebih banyak berdomisili di Jakarta. Praktis, dinamika UMM dikendalikan oleh Muhadjir sebagai Pembantu Rektor I. Di Jakarta, Malik lebih leluasa membangun jaringan aktivis, termasuk dengan Nurcholis Madjid, Amien Rais, Emha Ainun Nadjib, Fuad Bawazir, Fahmi Idris, Akbar Tandjung, hingga Gus Dur.

Malik juga menjalin hubungan dengan kalangan militer dan sering berkumpul di rumah dinasnya di Jl. Indramayu, Jakarta. Gagasan-gagasan konstitusional Malik untuk melakukan transisi reformasi banyak ditawarkan kepada Nurcholis Madjid agar disampaikan kepada Presiden Soeharto saat itu.

Baca Juga :  Hadirnya Oposisi Menjaga Keutuhan Negeri

Muhadjir meneruskan tradisi UMM sebagai kampus terbuka dan multikultural. Gagasan Muhadjir membawa kampus ini sebagai model kampus mandiri energi sekaligus mandiri finansial melalui pengembangan listrik baru terbarukan, unit-unit bisnis berupa hotel, rumah sakit, SPBU, hingga taman rekreasi. Muhadjir juga berhasil menciptakan suasana Indonesia dan dunia di kampus UMM dengan cara mengundang tokoh-tokoh nasional maupun global.

Tak jarang UMM menjadi tuan rumah yang sukses untuk ajang kompetisi maupun konferensi. Kampus ini juga selalu menjadi pembicaraan publik lantaran prestasi-prestasinya melampaui kampus-kampus lainnya, termasuk kampus negeri. Di beberapa lembaga pemeringkatan nasional maupun global, UMM masuk 10 besar.

Pada kepemimpinan dua periode, Fauzan jadi rektor sejak 2016 hingga 2023, tradisi berprestasi tetap menjadi brand UMM. Puncaknya, pada tahun 2021, UMM menempati posisi kampus Islam terbaik dunia versi UniRank. Fauzan meneruskan derap kemajuan UMM yang pondasinya sudah sangat kokoh dibangun oleh pendahulunya.

Di tangan Fauzan, gagasan-gagasan hilirisasi hasil penelitian agar bermanfaat bagi masyarakat digalakkan. Salah satunya melalui program profesor masuk desa. Selain itu, Fauzan juga menggalakkan pendidikan vokasi dan keharusan setiap prodi memiliki pusat keunggulan (center of excellence) untuk mensiasati fleksibilitas kurikulum yang langsung match dengan dunia kerja.

Gagasan Fauzan tersebut sudah mulai direalisasi bahkan jauh hari sebelum Menteri Nadhim Makarim mencetuskan tagline Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).

Saat ini, UMM dipimpin rektor Profesor Nazaruddin Malik yang sebelumnya menjabat sebagai Wakil Rektor II dan Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB). Dengan gaya kepemimpinan yang khas, Nazaruddin juga memiliki determinasi yang berbeda walau tetap menjadi penerus Fauzan, Muhadjir, maupun Malik.

Nampaknya, inilah keunikan UMM, memiliki pemimpin yang transformasional dan masing-masing memiliki determinasi dan distingsi berbeda-beda dalam membaca tantangan zaman. UMM yang dulu diledek sebagai “Universitas Murah Meriah” atau “Universitas Munggah Mudun” kini harus diakui sebagai “Universitas Magang Menteri”.

*) Nasrullah, Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Muhammadiyah Malang

Terpopuler

Artikel Terbaru