26.2 C
Jakarta
Wednesday, October 22, 2025

Sekolah Rakyat Palangka Raya, Cahaya Baru untuk Anak dari Keluarga Kurang Mampu

Sudah hampir sebulan Sekolah Rakyat berdiri di Kota Cantik Palangka Raya, membawa harapan baru bagi anak-anak dari keluarga kurang mampu. Program pendidikan gratis ini tak sekadar membuka akses belajar tanpa biaya, tetapi juga menyediakan tempat tinggal, kebutuhan pokok, hingga makan tiga kali sehari bagi para peserta didik.

Anandri, Palangka Raya

INISIATIF ini lahir sebagai bentuk kepedulian terhadap anak-anak yang sebelumnya tak sempat merasakan bangku sekolah atau sempat putus sekolah. Kini, sebanyak 75 siswa menempati asrama sederhana yang setiap harinya dipenuhi tawa dan semangat belajar.

Meski sesekali muncul kendala kecil seperti pertengkaran antarsiswa atau perhatian ekstra untuk dua anak istimewa, proses belajar mengajar berjalan lancar tanpa keluhan berarti.

Kepala Sekolah Rakyat Palangka Raya, Ranny Triayu Sintha, mengaku bangga melihat perubahan anak-anak dalam waktu singkat.

“Awalnya mereka sering melapor hanya karena luka kecil, tapi sekarang sudah bisa saling menenangkan sebelum melapor ke guru. Mereka juga mulai terbiasa memanggil saya Ma’am, bukan lagi Ibu,” ujarnya, Rabu (22/10).

Baca Juga :  Baru Dinyatakan Zero Kasus, Kini Muncul 3 Pasien Positif Covid-19

Menurut Ranny, pembiasaan kecil seperti itu menunjukkan bahwa anak-anak mulai beradaptasi dan belajar hidup berdampingan. Mereka diajarkan mandiri, menaati aturan, dan menghargai sesama. Sementara itu, orang tua diberi kesempatan menjenguk anak-anak setiap akhir pekan agar kedekatan emosional tetap terjaga.

Keterbatasan tenaga pengajar tak menyurutkan semangat para pendidik. Salah satu guru bahkan berinisiatif mengajarkan mengaji bagi siswa Muslim karena belum tersedia guru agama khusus.

“Kami ingin semua anak mendapat pelajaran sesuai keyakinannya. Jadi, kami saling bantu,” kata Ranny.

Agar suasana belajar tak monoton, pihak sekolah juga menyediakan fasilitas sederhana seperti jaring bulu tangkis dan bola voli.

“Sekarang saja sudah ada beberapa raket yang rusak karena sering dimainkan,” ucapnya sambil tersenyum.

Baca Juga :  Momen Berkumpul Keluarga selain Hari Raya

Meski masih ada beberapa siswa yang kesulitan membaca dan menulis, para guru terus mendampingi mereka agar semakin percaya diri dan menikmati proses belajar di asrama. Jadwal belajar dimulai pukul 06.30 hingga 10.25 WIB, dilanjutkan istirahat, makan siang, dan bermain di sore hari—rutinitas yang perlahan membentuk kedisiplinan dan rasa tanggung jawab.

Suasana haru terasa saat kunjungan orang tua pada Minggu (19/10). Air mata bahagia menetes melihat anak-anak mereka sehat, ceria, dan mulai berani bermimpi lagi.

“Kami berharap Sekolah Rakyat terus berjalan. Sekarang anak-anak punya tempat untuk belajar dan tumbuh dengan layak,” kata salah satu orang tua siswa.

Sekolah Rakyat bukan sekadar tempat belajar. Di sinilah anak-anak dari berbagai latar belakang menemukan arti rumah, harapan, dan masa depan yang mungkin dulu terasa jauh dari genggaman. (*)

Sudah hampir sebulan Sekolah Rakyat berdiri di Kota Cantik Palangka Raya, membawa harapan baru bagi anak-anak dari keluarga kurang mampu. Program pendidikan gratis ini tak sekadar membuka akses belajar tanpa biaya, tetapi juga menyediakan tempat tinggal, kebutuhan pokok, hingga makan tiga kali sehari bagi para peserta didik.

Anandri, Palangka Raya

INISIATIF ini lahir sebagai bentuk kepedulian terhadap anak-anak yang sebelumnya tak sempat merasakan bangku sekolah atau sempat putus sekolah. Kini, sebanyak 75 siswa menempati asrama sederhana yang setiap harinya dipenuhi tawa dan semangat belajar.

Meski sesekali muncul kendala kecil seperti pertengkaran antarsiswa atau perhatian ekstra untuk dua anak istimewa, proses belajar mengajar berjalan lancar tanpa keluhan berarti.

Kepala Sekolah Rakyat Palangka Raya, Ranny Triayu Sintha, mengaku bangga melihat perubahan anak-anak dalam waktu singkat.

“Awalnya mereka sering melapor hanya karena luka kecil, tapi sekarang sudah bisa saling menenangkan sebelum melapor ke guru. Mereka juga mulai terbiasa memanggil saya Ma’am, bukan lagi Ibu,” ujarnya, Rabu (22/10).

Baca Juga :  Baru Dinyatakan Zero Kasus, Kini Muncul 3 Pasien Positif Covid-19

Menurut Ranny, pembiasaan kecil seperti itu menunjukkan bahwa anak-anak mulai beradaptasi dan belajar hidup berdampingan. Mereka diajarkan mandiri, menaati aturan, dan menghargai sesama. Sementara itu, orang tua diberi kesempatan menjenguk anak-anak setiap akhir pekan agar kedekatan emosional tetap terjaga.

Keterbatasan tenaga pengajar tak menyurutkan semangat para pendidik. Salah satu guru bahkan berinisiatif mengajarkan mengaji bagi siswa Muslim karena belum tersedia guru agama khusus.

“Kami ingin semua anak mendapat pelajaran sesuai keyakinannya. Jadi, kami saling bantu,” kata Ranny.

Agar suasana belajar tak monoton, pihak sekolah juga menyediakan fasilitas sederhana seperti jaring bulu tangkis dan bola voli.

“Sekarang saja sudah ada beberapa raket yang rusak karena sering dimainkan,” ucapnya sambil tersenyum.

Baca Juga :  Momen Berkumpul Keluarga selain Hari Raya

Meski masih ada beberapa siswa yang kesulitan membaca dan menulis, para guru terus mendampingi mereka agar semakin percaya diri dan menikmati proses belajar di asrama. Jadwal belajar dimulai pukul 06.30 hingga 10.25 WIB, dilanjutkan istirahat, makan siang, dan bermain di sore hari—rutinitas yang perlahan membentuk kedisiplinan dan rasa tanggung jawab.

Suasana haru terasa saat kunjungan orang tua pada Minggu (19/10). Air mata bahagia menetes melihat anak-anak mereka sehat, ceria, dan mulai berani bermimpi lagi.

“Kami berharap Sekolah Rakyat terus berjalan. Sekarang anak-anak punya tempat untuk belajar dan tumbuh dengan layak,” kata salah satu orang tua siswa.

Sekolah Rakyat bukan sekadar tempat belajar. Di sinilah anak-anak dari berbagai latar belakang menemukan arti rumah, harapan, dan masa depan yang mungkin dulu terasa jauh dari genggaman. (*)

Terpopuler

Artikel Terbaru