33.2 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Penyesalan Sang Ayah yang Tak Percaya Corona

Film pendek berdurasi 7 menit ini berhasil menarik perhatian. Jalan cerita yang penuh makna. Setiap kata dan adegan begitu berharga. Bingal, atau keras kepala, mengingatkan kita semua agar tidak lengah. Ingat, Covid-19 itu nyata.

FILM ini menceritakan keluarga sederhana yang tinggal di permukiman padat di Kecamatan Kumai. Hadi, yang diperankan oleh Hadi Putra Pratama memiliki dua anak. Vilza dan Rafly. Hadi, dalam film pendek ini menggambarkan sosok orang yang bingal, ngeyel atau keras kepala. Sosok yang tidak percaya adanya virus Corona atau Covid-19.

Cerita diawali dengan aktivitas Hadi yang bekerja sebagai kuli angkut barang di pelabuhan. Hadi saat bekerja tidak pernah mengenakan masker. Teman dan bosnya mengingatkan agar memakainya. Namun, kembali lagi, Hadi adalah orang yang keras kepala.

Bahkan, saat anak laki-lakinya sedang sakit selama empat hari dianggapnya hanya sakit biasa. Vilza, kakak dari Rafly bahkan sudah curiga adiknya terkena Covid-19. Lagi, Hadi memang benar-benar bingal. Tak percaya. Dia menganggap Covid-19 hanya akal-akalan pemerintah. Covid-19 tidak ada. Tidak nyata.

Adegan di akhir cerita membuat penulis terbawa suasana. Saat Hadi bekerja, anaknya tiba-tiba terkapar saat bermain handphone di atas kamar tidur. Sang kakak pun langsung cemas. Hadi yang mendapat kabar ada ambulans di rumahnya langsung bergegas meninggalkan tempat kerjanya. Hadi menangis meronta ketika anaknya dievakuasi ke ambulans oleh petugas medis yang menggunakan alat pelindung diri. Hadi tak bisa lagi melihat wajah anaknya. Hadi duduk bersimpuh sambil menangis histeris melihat ambulans pergi membawa anaknya. Hadi tertunduk penuh penyesalan. (lihat film: Instagram Polres Kotawaringin Barat)

Sutradara film Bingal, AKP Ambar Sumanto menceritakan singkat soal film pendek itu. Saat dihubungi, lulusan akademi polisi tahun 2012 ini menyampaikan, film ini didasari atas pemandangan segelintir masyarakat yang masih belum percaya dengan adanya Covid-19. Padahal, Polri dan TNI serta pemerintah saban hari sosialisasi.

Baca Juga :  Sumbang Pelindung Wajah dan Donasikan Royalti Lagu

Hadi, yang memerankan sosok bingal. Tapi, dia mempunyai imunnya kuat. Hadi setiap pulang kerja langsung berinteraksi, tidak langsung mandi, tidak cuci tangan, bahkan tidak pakai masker. Dampak buruk  ternyata terjadi kepada anaknya, yang akhirnya terpapar.

“Pesan moral dalam film ini adalah, ketidakpedulian sosok ayah dengan protokol kesehatan, anaknya yang terkena dampaknya,”ujar perwira yang menjabar sebagai Kasatintelkam Polres Kotawaringin Barat (Kobar) saat diwawancarai per telepon.

Mantan Kapolsek Dusun Utara ini menyebut, proses syuting berjalan tiga hari. Hampir tidak ada kendala. Saat syuting di pasar, para pengunjung pasar juga tidak terlalu kaget. Aktivitas di dalam film juga tampak natural. “Mereka (pengunjung pasar, red) saban hari bertemu dengan anggota TNI-Polri yang rajin bersosialisasi. Jadi enggak tampak kaku,” katanya.

Penulis Naskah Hendra Heriyadi menambahkan, dalam menuliskan naskah hanya butuh waktu sehari. Dirinya mencoba mendalami setiap karakter. Memang sempat menjadi kendala, apalagi ada melibatkan anak kecil. Beberapa  sosok diperankan oleh  anggota komunitas Panas Kajar,  yang merupakan komunitas pecinta film. Sehingga sedikit terbantu.

Baca Juga :  Ketagihan Memfoto dari Ekor Pesawat di Ketinggian Ribuan Meter

“Film ini kita juga menggunakan Bahasa lokal, yaitu bahasa Kumai. Sedikit kasar, tapi memang demikian kenyataan sehari-harinya,” ujarnya.

Sementara, Kapolres Kobar  AKBP Devy Firmansyah mengucapkan terima kasih kepada seluruh tim yang sudah bekerja keras dalam pembuatan film pendek ini. Mulai dari pengawas kegiatan AKP Wihelmus Helky, sutradara AKP Ambar Sumanto, penulis naskah Hendra Heriyadi, tim ide cerita, editor, dan audio serta para pemain yang terlibat. Kerja keras mereka sudah terbayar dengan meraih juara II nasional film pendek kategori Polri.

“Terima kasih juga kepada Kapolda Kalteng Irjen Pol Dedi Prasetyo, Wakapolda Brigjen Pol Ida Oetari Purnamasasi, dan seluruh pejabat utama Polda Kalteng yang selalu menjadi motivator kami semua dalam berkarya,” ucapnya.

Harapannya, semoga dengan adanya film pendek ini, masyarakat bisa semakin sadar  akan pentingnya penerapan protokol kesehatan dalam beraktivitas sehari-hari.Sesuai dengan alur film Bingal, jangan sampai karena keegoisan, membuat keluarga menjadi korban dari sebaran Covid-19.

“Saya mengajak masyarakat untuk tidak kendor taat prokes, dan ikut berpartisipasi dalam vaksinasi Covid-19.Jangan sampai menyesal dikemudian hari,” bebernya.(*)

Film pendek berdurasi 7 menit ini berhasil menarik perhatian. Jalan cerita yang penuh makna. Setiap kata dan adegan begitu berharga. Bingal, atau keras kepala, mengingatkan kita semua agar tidak lengah. Ingat, Covid-19 itu nyata.

FILM ini menceritakan keluarga sederhana yang tinggal di permukiman padat di Kecamatan Kumai. Hadi, yang diperankan oleh Hadi Putra Pratama memiliki dua anak. Vilza dan Rafly. Hadi, dalam film pendek ini menggambarkan sosok orang yang bingal, ngeyel atau keras kepala. Sosok yang tidak percaya adanya virus Corona atau Covid-19.

Cerita diawali dengan aktivitas Hadi yang bekerja sebagai kuli angkut barang di pelabuhan. Hadi saat bekerja tidak pernah mengenakan masker. Teman dan bosnya mengingatkan agar memakainya. Namun, kembali lagi, Hadi adalah orang yang keras kepala.

Bahkan, saat anak laki-lakinya sedang sakit selama empat hari dianggapnya hanya sakit biasa. Vilza, kakak dari Rafly bahkan sudah curiga adiknya terkena Covid-19. Lagi, Hadi memang benar-benar bingal. Tak percaya. Dia menganggap Covid-19 hanya akal-akalan pemerintah. Covid-19 tidak ada. Tidak nyata.

Adegan di akhir cerita membuat penulis terbawa suasana. Saat Hadi bekerja, anaknya tiba-tiba terkapar saat bermain handphone di atas kamar tidur. Sang kakak pun langsung cemas. Hadi yang mendapat kabar ada ambulans di rumahnya langsung bergegas meninggalkan tempat kerjanya. Hadi menangis meronta ketika anaknya dievakuasi ke ambulans oleh petugas medis yang menggunakan alat pelindung diri. Hadi tak bisa lagi melihat wajah anaknya. Hadi duduk bersimpuh sambil menangis histeris melihat ambulans pergi membawa anaknya. Hadi tertunduk penuh penyesalan. (lihat film: Instagram Polres Kotawaringin Barat)

Sutradara film Bingal, AKP Ambar Sumanto menceritakan singkat soal film pendek itu. Saat dihubungi, lulusan akademi polisi tahun 2012 ini menyampaikan, film ini didasari atas pemandangan segelintir masyarakat yang masih belum percaya dengan adanya Covid-19. Padahal, Polri dan TNI serta pemerintah saban hari sosialisasi.

Baca Juga :  Sumbang Pelindung Wajah dan Donasikan Royalti Lagu

Hadi, yang memerankan sosok bingal. Tapi, dia mempunyai imunnya kuat. Hadi setiap pulang kerja langsung berinteraksi, tidak langsung mandi, tidak cuci tangan, bahkan tidak pakai masker. Dampak buruk  ternyata terjadi kepada anaknya, yang akhirnya terpapar.

“Pesan moral dalam film ini adalah, ketidakpedulian sosok ayah dengan protokol kesehatan, anaknya yang terkena dampaknya,”ujar perwira yang menjabar sebagai Kasatintelkam Polres Kotawaringin Barat (Kobar) saat diwawancarai per telepon.

Mantan Kapolsek Dusun Utara ini menyebut, proses syuting berjalan tiga hari. Hampir tidak ada kendala. Saat syuting di pasar, para pengunjung pasar juga tidak terlalu kaget. Aktivitas di dalam film juga tampak natural. “Mereka (pengunjung pasar, red) saban hari bertemu dengan anggota TNI-Polri yang rajin bersosialisasi. Jadi enggak tampak kaku,” katanya.

Penulis Naskah Hendra Heriyadi menambahkan, dalam menuliskan naskah hanya butuh waktu sehari. Dirinya mencoba mendalami setiap karakter. Memang sempat menjadi kendala, apalagi ada melibatkan anak kecil. Beberapa  sosok diperankan oleh  anggota komunitas Panas Kajar,  yang merupakan komunitas pecinta film. Sehingga sedikit terbantu.

Baca Juga :  Ketagihan Memfoto dari Ekor Pesawat di Ketinggian Ribuan Meter

“Film ini kita juga menggunakan Bahasa lokal, yaitu bahasa Kumai. Sedikit kasar, tapi memang demikian kenyataan sehari-harinya,” ujarnya.

Sementara, Kapolres Kobar  AKBP Devy Firmansyah mengucapkan terima kasih kepada seluruh tim yang sudah bekerja keras dalam pembuatan film pendek ini. Mulai dari pengawas kegiatan AKP Wihelmus Helky, sutradara AKP Ambar Sumanto, penulis naskah Hendra Heriyadi, tim ide cerita, editor, dan audio serta para pemain yang terlibat. Kerja keras mereka sudah terbayar dengan meraih juara II nasional film pendek kategori Polri.

“Terima kasih juga kepada Kapolda Kalteng Irjen Pol Dedi Prasetyo, Wakapolda Brigjen Pol Ida Oetari Purnamasasi, dan seluruh pejabat utama Polda Kalteng yang selalu menjadi motivator kami semua dalam berkarya,” ucapnya.

Harapannya, semoga dengan adanya film pendek ini, masyarakat bisa semakin sadar  akan pentingnya penerapan protokol kesehatan dalam beraktivitas sehari-hari.Sesuai dengan alur film Bingal, jangan sampai karena keegoisan, membuat keluarga menjadi korban dari sebaran Covid-19.

“Saya mengajak masyarakat untuk tidak kendor taat prokes, dan ikut berpartisipasi dalam vaksinasi Covid-19.Jangan sampai menyesal dikemudian hari,” bebernya.(*)

Terpopuler

Artikel Terbaru