30.8 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Jangan Paksa Anak Usia Sekolah untuk Mencari Nafkah

PALANGKA
RAYA
-Sampai
saat ini masalah ketidakberpihakan terhadap anak masih kerap terjadi. Terlebih
orang tua ataupun orang lain yang beranggapan bahwa anak harus bisa mandiri
sejak dini, atau bekerja yang tidak sesuai dengan kapasitas dan kemampuan sang
anak.

Ketika anak dipaksa
mandiri, namun dengan cara harus bekerja mencari nafkah, tentu tidaklah tepat
sebab anak-anak yang masih muda harusnya sekolah. Memang tidak salah ketika
orang tua mengajarkan kemandirian pada anak.

“Tapi yang perlu
diingat mandiri di sini bukan berarti anak yang berusia sekolah, malah dipaksa
mencari nafkah itu yang salah, dan jangan ada eksploitasi terhadap anak,” tegas
Anggota Komisi B DPRD Palangka Raya Ruselita, Senin (30/9).

Baca Juga :  Jangan Pernah Mengabaikan Prokes, Covid-19 Tidak Memandang Siapapun

Politikus Partai
Perindo menilai, tidak sedikit orang tua yang masih menyuruh anak didiknya
lebih memilih bekerja membanting tulang atau mencari nafkah dibandingkan
bersekolah. Kalaupun anak didik tetap bersekolah, namun selepas pulang sekolah
dipaksakan untuk bekerja membanting tulang tetap saja tidak dibenarkan.

“Saya melihat sendiri
ada anak masih usia dini, hingga malam hari bekerja menawarkan jualan di
jalan-jalan protokol. Terlepas anak ini bersekolah atau tidak, tetap saja salah
karena usianya yang terlalu muda untuk bekerja,” jelas Ruselita.

Ruselita mengatakan,
kemajuan Kota Palangka Raya saat ini di tambah lagi dengan pertumbuhan
penduduk, maka dinamika kehidupan akan berkembang secara beragam. Sisi
kehidupan anak usia pelajar yang membanting tulang akan terlihat, seperti
melakukan aktivitas sebagai pemulung, loper koran atau pengasuh paruh waktu. (ari)

Baca Juga :  Klaster Covid-19 Muncul Lagi, Satgas Harus Aktif dan Disiplin

PALANGKA
RAYA
-Sampai
saat ini masalah ketidakberpihakan terhadap anak masih kerap terjadi. Terlebih
orang tua ataupun orang lain yang beranggapan bahwa anak harus bisa mandiri
sejak dini, atau bekerja yang tidak sesuai dengan kapasitas dan kemampuan sang
anak.

Ketika anak dipaksa
mandiri, namun dengan cara harus bekerja mencari nafkah, tentu tidaklah tepat
sebab anak-anak yang masih muda harusnya sekolah. Memang tidak salah ketika
orang tua mengajarkan kemandirian pada anak.

“Tapi yang perlu
diingat mandiri di sini bukan berarti anak yang berusia sekolah, malah dipaksa
mencari nafkah itu yang salah, dan jangan ada eksploitasi terhadap anak,” tegas
Anggota Komisi B DPRD Palangka Raya Ruselita, Senin (30/9).

Baca Juga :  Jangan Pernah Mengabaikan Prokes, Covid-19 Tidak Memandang Siapapun

Politikus Partai
Perindo menilai, tidak sedikit orang tua yang masih menyuruh anak didiknya
lebih memilih bekerja membanting tulang atau mencari nafkah dibandingkan
bersekolah. Kalaupun anak didik tetap bersekolah, namun selepas pulang sekolah
dipaksakan untuk bekerja membanting tulang tetap saja tidak dibenarkan.

“Saya melihat sendiri
ada anak masih usia dini, hingga malam hari bekerja menawarkan jualan di
jalan-jalan protokol. Terlepas anak ini bersekolah atau tidak, tetap saja salah
karena usianya yang terlalu muda untuk bekerja,” jelas Ruselita.

Ruselita mengatakan,
kemajuan Kota Palangka Raya saat ini di tambah lagi dengan pertumbuhan
penduduk, maka dinamika kehidupan akan berkembang secara beragam. Sisi
kehidupan anak usia pelajar yang membanting tulang akan terlihat, seperti
melakukan aktivitas sebagai pemulung, loper koran atau pengasuh paruh waktu. (ari)

Baca Juga :  Klaster Covid-19 Muncul Lagi, Satgas Harus Aktif dan Disiplin

Terpopuler

Artikel Terbaru