BANJARMASIN, PROKALTENG.CO – Ratusan mahasiswa dari berbagai kampus di Banjarmasin kembali menggelar aksi #SaveKPK, Kamis (24/6) siang.
Titik aksi berpusat di Jalan Lambung Mangkurat, tak jauh dari gedung DPRD Kalsel. Ini aksi kedua. Sebelumnya digelar Senin (21/6) siang.
Semula, aksi berjalan aman. Berubah ricuh karena permintaan mahasiswa untuk bertemu dengan Ketua DPRD Kalsel, Supian HK tak kunjung dipenuhi.
DPRD hanya mengutus Ketua Komisi I, Rachmah Norlias ke tengah massa aksi. Itu membuat mahasiswa tak puas dan menyuruh politikus PAN itu kembali ke gedung dewan.
Hasilnya, seusai berorasi, mahasiswa mendesak ingin menduduki gedung dewan. Diadang barikade aparat kepolisian, terjadi aksi saling dorong.
Mahasiswa hampir bisa menerobos barikade, tapi pentungan polisi dan semprotan armada water canon menghentikan langkah mereka.
Sejumlah mahasiswa tampak terjatuh dan saling tindih. Dipentungi, ditendang dan bahkan diseret polisi. Sementara sejumlah rekan mahasiswa coba menyelamatkan kawannya.
Ada yang membopong yang pingsan, memperban luka, hingga mengompres benjolan di kepala dengan kain basah.
Belakangan diketahui, mahasiswa yang cedera dibawa ke halaman eks Hotel A untuk mendapatkan penanganan. Salah seorang yang terkena pentungan adalah Leowaldi.
Mahasiswa UIN Antasari itu menuturkan, ia berada di barisan depan saat aksi berlangsung. Ketika bentrok terjadi, ia sempat mengangkat kedua tangannya.
"Saya tidak melawan. Tapi menahan agar kawan-kawan saya tidak terpancing emosi. Tahu-tahu saya kena pentung di sini," ucapnya seraya menyuruh penulis meraba bagian kepalanya.
Dan benar, ada benjolan di kepalanya.
Tidak hanya dipentung. Ia juga mengaku sempat ditarik oleh aparat kepolisian. Beruntung ia berhasil lolos.
Kondisi serupa juga dialami Muhamad Hafizh Irfan Syahrin. Mahasiswa Universitas Lambung Mangkurat ini juga dipentung polisi.
Lalu ada Hafiz, mahasiswa Politeknik yang menderita cedera di lengan kanan dan lutut kiri. Menurutnya, itu gara-gara diseret polisi.
"Saya terjatuh ketika kericuhan terjadi. Kemudian saya diseret. Beruntung ada kawan yang melihat, lalu saya diselamatkan," tambahnya.
Koordinator Aksi, Ilham pun merasakannya. Selain dipentung, Presiden Mahasiswa UIN Antasari itu mengaku ditonjok di bagian bawah leher.
"Saya juga sempat diamankan aparat ke halaman gedung DPRD. Tapi kemudian dilepaskan dan bisa kembali bergabung bersama rekan-rekan yang lain," ungkapnya.
Di halaman gedung dewan, ia melihat rekannya yang diamankan ke dalam pos satpam. Belakangan diketahui, rekannya itu juga dilepaskan. Namanya Ananda Febian. Mahasiswa ULM, itu kena pentung di bagian pelipis mata.
Kepada penulis, ia menuturkan saat dibawa ke pos satpam, darah di pelipisnya berceceran. Ia juga diintimidasi oleh caci maki aparat yang mengamankannya. "Saya tidak diobati di situ," ucapnya.
Dikonfirmasi terpisah, Koordinator Wilayah Badan Eksekutif Mahasiwa (BEM) se-Kalimantan, Ahmad Rinaldi mengaku tak mengetahui persis berapa jumlah rekan-rekannya yang cedera dan ditangkap.
Ia menekankan, aksi ini merupakan kelanjutan dari aksi pertama. Awal pekan tadi, mahasiswa menitipkan petisi untuk disampaikan DPRD Kalsel ke Presiden Joko Widodo.
Meski sejumlah perwakilan DPRD telah bertolak ke Kantor Staf Presiden di Jakarta pada Selasa (22/6) lalu, mahasiswa merasa dibohongi.
"Kami merasa wakil rakyat ini tak memiliki sikap yang sama dalam isu pelemahan KPK. Tampak dari penyampaian tuntutan yang sebatas formalitas," cecarnya.
Maka, pada aksi jilid dua ini, mahasiswa meminta DPRD bersikap lebih tegas kepada presiden.
Sayangnya, pembacaan tuntutan dari mahasiswa tak dihadiri langsung oleh ketua dewan. Hingga malam hari, politikus Partai Golkar itu tak terlihat batang hidungnya.
Lantas, bagaimana dengan aksi yang berakhir ricuh itu? Rinaldi menjanjikan bahwa pihaknya akan melaporkan tindakan represif aparat.
Kemudian, Supian HK diberi waktu 1×24 jam untuk bertolak ke Jakarta dan menemui presiden untuk menyampaikan tuntutan mahasiswa.
"Apabila tidak dapat memenuhi tuntutan mereka, Supian HK didesak mundur dari jabatan Ketua DPRD Kalsel," tutupnya.
Mahasiswa sempat bertahan di lokasi meski diguyur hujan deras. Seusai berembuk, beranjak malam hari mereka membubarkan diri. "Bakal ada aksi lanjutan jika dicueki, tunggu saja," ancam Fahriannor, koordinator aksi dari UIN.
Satu Polisi Dilarikan ke Rumah Sakit
KELUAR dari kerumunan demonstran, Aipda Bambang Suherman tampak pucat. Wajah Bhabinkamtibmas Kelurahan Sungai Baru itu lebam dan lecet. "Saya di barisan depan bersama ketika mempertahankan barikade. Pas dorong-mendorong ada salah satu mahasiswa menendang kaki saya. Saya terjatuh dan tertindih kerumanan," ceritanya.
Dua rekannya dari Polsek KPL, Bripka Dedi Hajar dan Bripka Brata yang tergabung dalam Dalmas (Pengendalian Massa) awal juga diserang pendemo. Bahkan dipukul dan diinjak, berbarengan dengan tumbangnya Aipda Bambang.
"Dua rekan di dekat saya turut terjatuh. Terinjak mahasiswa ketika aksi dorong-mendorong," ceritanya sembari ditangani tim medis dari Urkes Polresta Banjarmasin.
Sementara Bripka Dedi dilarikan ke Rumah Sakit Bhayangkara karena kesulitan bernapas. "Alhamdulillah, anggota yang diserang mahasiswa sudah aman. Kendati salah satunya sempat sesak napas," ungkap Kapolresta Banjarmasin, Kombes Pol Rachmat Hendrawan seusai mahasiswa membubarkan diri.
Ada empat personel Dalmas yang terluka saat coba menghalau mahasiswa yang hendak memasuki gedung DPRD Kalsel.
"Personel sempat terinjak-injak saat menghalau serangan dan dorongan pengunjuk rasa. Jadi di sini harus diklarifikasi. Bahwa dalam aksi ini, tak hanya pendemo saja yang terluka, personel kami juga menjadi korban," tegas Rachmat.
Ia tak menampik jika beberapa mahasiswa sempat diamankan. Tetapi mereka sudah dikembalikan setelah suasana mereda.
"Setelah suasana tenang dan kondusif, mereka (empat mahasiswa) yang diamankan itu dikembalikan kepada rekan-rekannya," pungkasnya.
Sementara Ketua DPRD Kalsel, H Supian HK merasa tuntutan mahasiswa sudah dipenuhi. Maka ia menyarankan mahasiswa untuk memilih jalan audiensi.
Baginya, aksi pertama dan kedua tak ada bedanya. "Saya memang menerima surat pemberitahuan aksi, tapi harapan saya audiensi saja," ujarnya.
Menurutnya, dialog akan lebih mudah untuk menjelaskan masalah yang dihadapi dewan. Bahwa menghadapi pusat, daerah memiliki keterbatasan wewenang.
"Pada akhirnya, keputusan berada di tangan pemerintah pusat," tegasnya.