31.9 C
Jakarta
Friday, December 27, 2024

Buntut Kematian George Floyd, Massa dari Luar Negara Bagian Ikut Rusuh

Aksi gelombang protes pasca kematian pria
kulit hitam George Floyd di Amerika Serikat semakin tak terbendung. Isu rasisme
dan diskriminasi kini justru semakin memanas menjadi aksi kerusuhan, penjarahan
dan pembakaran. Massa marah karena Floyd tewas setelah lehernya diinjak polisi
kulit putih.

Gubernur Minnesota Tim Waoz mengatakan, pada
hari Sabtu (30/5), ternyata saat ini massa yang datang semakin bias. Sebab
bukan lagi berasal dari negara bagian, melainkan dari luar negara bagian ikut
bergabung. Pihaknya akan sepenuhnya memobilisasi pasukan mengatasi massa yang
marah. Menurutnya, aksi itu tak lagi tentang kematian George Floyd tetapi lebih
merupakan serangan pada masyarakat sipil oleh orang-orang yang tidak berasal
dari komunitas.

“Situasi di Minnesota tidak lagi berkaitan
dengan pembunuhan George Floyd. Ini tentang menyerang masyarakat sipil,
menanamkan rasa takut dan mengganggu,” kata Gubernur Tim Walz dalam konferensi
pers pagi seperti dilansir dari USA Today.

Baca Juga :  Kim Jong Un Ancam Hukum Mati Warganya yang Jadi Fans K-Pop

Para pengunjuk rasa diyakini bukan penduduk
Minneapolis sesuai klaim para pejabat. Walz mengatakan bahwa dia memperkirakan
20 persen pengunjuk rasa dari Minnesota, sementara sekitar 80 persen berasal
dari luar negara bagian.

“Kami mulai mengetahui siapa sebagian dari
orang-orang ini,” kata Walz.

Komisioner Keselamatan Publik Departemen
Minneapolis, John Harrington mengatakan, departemen tersebut mulai melakukan
pelacakan kontrak siapa saja identitas mereka yang ikut unjuk rasa. Semuanya
akan dilacak apa tujuannya ikut menciptakan kerusuhan.

Harrington mempertanyakan apakah para
pengunjuk rasa adalah bagian dari jaringan atau organisasi kriminal
terorganisir. Wali Kota Minneapolis Jacob Frey mengatakan, protes di kota itu
diawali dengan damai. Namun dinamika telah berubah selama beberapa hari
terakhir.

“Orang-orang yang melakukan ini bukan penduduk
Minneapolis,” kata Wali Kota Minneapolis Jacob Frey.

Baca Juga :  Ratusan Ribu Warga Jepang Teken Petisi Tolak Olimpiade

“Setiap orang yang ditangkap di St. Paul-nya
pada Jumat malam berasal dari luar negara bagian. Bukan orang-orang sini. Kami
tak kenal” kata Wali Kota Melvin Carter.

Hingga kini belum disebutkan secara rinci
berapa orang yang sudah ditangkap. Para pejabat tidak mengatakan berapa banyak
penangkapan yang dilakukan.

Floyd, adalah pria kulit hitam berusia 46
tahun yang tewas pada Senin (25/5) setelah seorang perwira polisi kulit putih
Minneapolis menyerang dengan lututnya ditekan ke leher Floyd selama lebih dari
delapan menit. Di seluruh negeri, pengunjuk rasa turun ke jalan selama 4 hari
berturut-turut.

Empat polisi sudah dipecat akibat kejadian tersebut.
Namun pengunjuk rasa meminta polisi itu ditangkap. FBI pun sedang
menginvestigasi kasus ini.
 

·        
 

 

Aksi gelombang protes pasca kematian pria
kulit hitam George Floyd di Amerika Serikat semakin tak terbendung. Isu rasisme
dan diskriminasi kini justru semakin memanas menjadi aksi kerusuhan, penjarahan
dan pembakaran. Massa marah karena Floyd tewas setelah lehernya diinjak polisi
kulit putih.

Gubernur Minnesota Tim Waoz mengatakan, pada
hari Sabtu (30/5), ternyata saat ini massa yang datang semakin bias. Sebab
bukan lagi berasal dari negara bagian, melainkan dari luar negara bagian ikut
bergabung. Pihaknya akan sepenuhnya memobilisasi pasukan mengatasi massa yang
marah. Menurutnya, aksi itu tak lagi tentang kematian George Floyd tetapi lebih
merupakan serangan pada masyarakat sipil oleh orang-orang yang tidak berasal
dari komunitas.

“Situasi di Minnesota tidak lagi berkaitan
dengan pembunuhan George Floyd. Ini tentang menyerang masyarakat sipil,
menanamkan rasa takut dan mengganggu,” kata Gubernur Tim Walz dalam konferensi
pers pagi seperti dilansir dari USA Today.

Baca Juga :  Kim Jong Un Ancam Hukum Mati Warganya yang Jadi Fans K-Pop

Para pengunjuk rasa diyakini bukan penduduk
Minneapolis sesuai klaim para pejabat. Walz mengatakan bahwa dia memperkirakan
20 persen pengunjuk rasa dari Minnesota, sementara sekitar 80 persen berasal
dari luar negara bagian.

“Kami mulai mengetahui siapa sebagian dari
orang-orang ini,” kata Walz.

Komisioner Keselamatan Publik Departemen
Minneapolis, John Harrington mengatakan, departemen tersebut mulai melakukan
pelacakan kontrak siapa saja identitas mereka yang ikut unjuk rasa. Semuanya
akan dilacak apa tujuannya ikut menciptakan kerusuhan.

Harrington mempertanyakan apakah para
pengunjuk rasa adalah bagian dari jaringan atau organisasi kriminal
terorganisir. Wali Kota Minneapolis Jacob Frey mengatakan, protes di kota itu
diawali dengan damai. Namun dinamika telah berubah selama beberapa hari
terakhir.

“Orang-orang yang melakukan ini bukan penduduk
Minneapolis,” kata Wali Kota Minneapolis Jacob Frey.

Baca Juga :  Ratusan Ribu Warga Jepang Teken Petisi Tolak Olimpiade

“Setiap orang yang ditangkap di St. Paul-nya
pada Jumat malam berasal dari luar negara bagian. Bukan orang-orang sini. Kami
tak kenal” kata Wali Kota Melvin Carter.

Hingga kini belum disebutkan secara rinci
berapa orang yang sudah ditangkap. Para pejabat tidak mengatakan berapa banyak
penangkapan yang dilakukan.

Floyd, adalah pria kulit hitam berusia 46
tahun yang tewas pada Senin (25/5) setelah seorang perwira polisi kulit putih
Minneapolis menyerang dengan lututnya ditekan ke leher Floyd selama lebih dari
delapan menit. Di seluruh negeri, pengunjuk rasa turun ke jalan selama 4 hari
berturut-turut.

Empat polisi sudah dipecat akibat kejadian tersebut.
Namun pengunjuk rasa meminta polisi itu ditangkap. FBI pun sedang
menginvestigasi kasus ini.
 

·        
 

 

Terpopuler

Artikel Terbaru