26.7 C
Jakarta
Saturday, September 21, 2024

32 Orang Tewas dalam Rusuh di Wamena Papua

DEMO rusuh di Wamena, Papua, yang terjadi pada Senin (23/9) telah
menelan puluhan korban jiwa. Jumlah korban meninggal dunia mencapai 32 orang.
Sebagian lagi masih dalam perawatan medis lantaran terluka.

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
Papua, Aloysius Giyai, menyebutkan, terdapat 23 orang pasien korban demo rusuh
di Wamena yang dirujuk ke Jayapura.

“Dari 23 pasien itu, 12 pasien
dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Jayapura, dua pasien dirawat di RSUD
Abepura, empat pasien dirawat di RSUD Youwari, Sentani Kabupaten Jayapura, dan
lima pasien dirawat di Rumah Sakit Marthen Indey Jayapura,” kata Aloysius di
Jayapura, Sabtu (28/9/2019).

Data terkait pasien yang dirujuk
dan rawat inap serta yang meninggal dunia diperoleh dari RSUD Wamena, Lanud
Jayapura, KKP Jayapura, Kasdam XVII, Kodim Wamena, Polres Wamena, Posko Wamena
dan Dinas Kesehatan Papua. “Data ini yang disampaikan kepada Gubernur Papua
Lukas Enembe,” ujarnya.

Baca Juga :  Klaim JHT Kembali ke Aturan Lama, Tak Perlu Tunggu Umur 56 Tahun

Sementara itu, Kabidhumas Polda Papua Kombespol A.M. Kamal
mengungkapkan bahwa pelayanan umum di Wamena berangsur normal. Tidak ada lagi
mobilisasi massa. Menurut dia, jumlah pengungsi lebih dari 8 ribu orang. ”Itu
pengungsi yang karena rumahnya terbakar atau sebagainya,” ucap dia.

Menurut Kamal, kerusuhan terjadi
karena adanya sekelompok orang berseragam sekolah yang mencoba masuk ke SMA
PGRI Wamena. Namun, usia mereka diperkirakan lebih dari 25 tahun. ”Mereka
mengajak demonstrasi dan melakukan aksi kekerasan,” ujarnya. Hingga akhirnya
kerusuhan di Wamena pun pecah.

Polda Papua memiliki saksi
seorang siswa yang dipukuli karena menolak ikut demonstrasi. ”Memang ada
kemungkinan kelompok ini KKB (kelompok kriminal bersenjata) dan mereka menyebar
hoaks guru rasis di SMA tersebut,” katanya.

Baca Juga :  551 Pasien Covid-19 Sembuh dalam Sehari, Totalnya Capai 9.441 Orang

Terkait kasus kerusuhan itu,
Polda Papua telah menetapkan tiga tersangka. Mereka diduga terlibat dalam aksi
kerusuhan yang mengakibatkan 31 warga meninggal dunia. ”Tapi, kalau gembongnya
belum ya,” ucap Kamal.

Polda Papua kini berfokus
mencegah adanya kelompok tertentu yang memanfaatkan isu rasisme untuk membuat
kerusuhan. Pertemuan dengan 90 tokoh adat dan gereja digelar. ”Tujuannya untuk
meminta agar masyarakat menahan diri bila mendapatkan informasi rasisme
kembali,” imbuhnya.

(jpn/jpc/kpc)

DEMO rusuh di Wamena, Papua, yang terjadi pada Senin (23/9) telah
menelan puluhan korban jiwa. Jumlah korban meninggal dunia mencapai 32 orang.
Sebagian lagi masih dalam perawatan medis lantaran terluka.

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
Papua, Aloysius Giyai, menyebutkan, terdapat 23 orang pasien korban demo rusuh
di Wamena yang dirujuk ke Jayapura.

“Dari 23 pasien itu, 12 pasien
dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Jayapura, dua pasien dirawat di RSUD
Abepura, empat pasien dirawat di RSUD Youwari, Sentani Kabupaten Jayapura, dan
lima pasien dirawat di Rumah Sakit Marthen Indey Jayapura,” kata Aloysius di
Jayapura, Sabtu (28/9/2019).

Data terkait pasien yang dirujuk
dan rawat inap serta yang meninggal dunia diperoleh dari RSUD Wamena, Lanud
Jayapura, KKP Jayapura, Kasdam XVII, Kodim Wamena, Polres Wamena, Posko Wamena
dan Dinas Kesehatan Papua. “Data ini yang disampaikan kepada Gubernur Papua
Lukas Enembe,” ujarnya.

Baca Juga :  Klaim JHT Kembali ke Aturan Lama, Tak Perlu Tunggu Umur 56 Tahun

Sementara itu, Kabidhumas Polda Papua Kombespol A.M. Kamal
mengungkapkan bahwa pelayanan umum di Wamena berangsur normal. Tidak ada lagi
mobilisasi massa. Menurut dia, jumlah pengungsi lebih dari 8 ribu orang. ”Itu
pengungsi yang karena rumahnya terbakar atau sebagainya,” ucap dia.

Menurut Kamal, kerusuhan terjadi
karena adanya sekelompok orang berseragam sekolah yang mencoba masuk ke SMA
PGRI Wamena. Namun, usia mereka diperkirakan lebih dari 25 tahun. ”Mereka
mengajak demonstrasi dan melakukan aksi kekerasan,” ujarnya. Hingga akhirnya
kerusuhan di Wamena pun pecah.

Polda Papua memiliki saksi
seorang siswa yang dipukuli karena menolak ikut demonstrasi. ”Memang ada
kemungkinan kelompok ini KKB (kelompok kriminal bersenjata) dan mereka menyebar
hoaks guru rasis di SMA tersebut,” katanya.

Baca Juga :  551 Pasien Covid-19 Sembuh dalam Sehari, Totalnya Capai 9.441 Orang

Terkait kasus kerusuhan itu,
Polda Papua telah menetapkan tiga tersangka. Mereka diduga terlibat dalam aksi
kerusuhan yang mengakibatkan 31 warga meninggal dunia. ”Tapi, kalau gembongnya
belum ya,” ucap Kamal.

Polda Papua kini berfokus
mencegah adanya kelompok tertentu yang memanfaatkan isu rasisme untuk membuat
kerusuhan. Pertemuan dengan 90 tokoh adat dan gereja digelar. ”Tujuannya untuk
meminta agar masyarakat menahan diri bila mendapatkan informasi rasisme
kembali,” imbuhnya.

(jpn/jpc/kpc)

Terpopuler

Artikel Terbaru