25.2 C
Jakarta
Sunday, November 24, 2024

Ajak Anak Naik Gunung Bareng Backpacker

SIAPA bilang ngajak anak
untuk camping atau bahkan naik gunung itu sulit? Yup, memiliki anak bukanlah
halangan bagi para orang tua untuk tetap berkumpul dan mendirikan tenda bareng
para backpacker lainnya. Bahkan, kecintaan terhadap alam bisa ditularkan sejak
dini guna melatih kepekaan dan kasih terhadap sekitarnya.

“Tidak ada yang sulit
sebenarnya, karena anak itu fisiknya sudah terlatih. Kalau orang tua bilang
jangan atau takut pasti anak akan seperti itu (takut), tapi kalau bilang ayo,
anaknya akan ikut. Tentu dengan pengetahuan yang mumpuni,” ujar Yohanes,
seorang backpacker dari Regional Jogjakarta saat mengikuti Gathering Nasional
(Gatnas) Backpacker Indonesia (BPI) ke IV di Bumi Perkemahan Ragunan, 30-31
Maret 2019.

Ketika memutuskan mengajak
anak ke berkemah atau naik gunung, sebagai orang tua pasti sudah tahu batasan
fisik dan kesehatan sang anak. Bahkan, tanpa disadari, cara bermain anak
sehari-hari saja itu sudah menjadi latihan fisik yang cukup ketika ingin naik
gunung.

Kalau ditanya lebih repot
membawa anak berkemah atau naik gunung, Yohanes mengakui itu sangat manusiawi.
Misalnya, saat membawa anak pergi ke gunung tapi ia tidak terbiasa buang air
kecil di alam terbuka. Biasanya menyiasati anak yang rewel, sebagai orang tua
harus belajar memberikan pemahaman. Bisa juga menggunakan ‘jurus’ jitu lainnya
lewat mainan atau video.

Baca Juga :  Ganti View Tiap Pagi

“Setelah kesehatan dan fisik
anak, si orang tua harus paham bagaimana kondisi gunung. Dan mereka yang paling
tahu tentang anaknya. Sejauh ini anak-anak sangat menyukai alam terbuka,”
sambungnya.

Sementara Indy, seorang
Backpacker Indonesia (BPI) Jabodetabek, pun pernah membawa anaknya yang berusia
2,5 tahun naik gunung. “Waktu itu sih cuma ke gunung Bunder. Tapi tetap saja
mengenalkan anak pada alam,” ujar Indy di acara yang sama.

Indy memang berkomitmen
ingin mengenalkan alam pada anaknya sejak dini. Namun, disamping pertimbangan
fisik dan kesehatan si anak, ia memastikan kalau anaknya sudah bisa diajak
berkomunikasi dengan baik.

Dalam arti, sang anak mampu
mengutarakan apa yang ia rasakan selama perjalanan hingga ke gunung. “Kalau dia
sudah bisa bicara dengan jelas, ketika rewel maka kami bisa tahu apa yabg
diinginkannya, apakah laper atau kedinginan,” tukasnya.

Kalau urusan makanan, memang
harus dipersiapkan secara khusus. Apalagi untuk anak di bawah lima tahun
seperti bubur sop. Tentunya siapkan sepatu dan baju hangat yang membuat si anak
tetap nyaman bergerak.

Temu Kangen yang Mengenal
Budaya Indonesia Ala Backpacker

Gathering Nasional (Gatnas)
Backpacker Indonesia (BPI) ke IV bukan hanya sekadar temu kangen dan berbagi
cerita perjalanan bareng backpacker. Acara yang diadakan di Bumi Perkemahan
Ragunan itu membawa pesan keberagaman budaya dari masing-masing daerah.

Baca Juga :  Manfaatkan Hutan Menjadi Wisata Taman Tematik dan Spot Selfi e

“Tujuan utama kami
memang kumpul bareng lagi sesama backpacker. Tapi sesuai tema
Gatnasnya Cintai Budaya Indonesia, kami juga membawa semangat mengenal
nilai budaya daerah masing-masing,” ujar Iman selaku Ketua Pelaksana Gathering
Nasional Backpacker Indonesia ke IV pada JawaPos.com, Sabtu (30/3).

Rencananya, akan ada
festival budaya. Nantinya, tiap regional Backpacker Indonesia akan mengenalkan
ciri khas atau budaya dari daerahnya. Sehingga diharapkan, ketika pulang,
mereka tak hanya membawa segudang cerita bareng teman-teman backpacker, tapi
juga membawa pengetahuan tentang budaya saudaranya yang berasal dari daerah
lain atau bahkan seberang pulau.

Selain itu, Gatnas kali ini
menghadirkan penulis Irfan Ramdhani, yang juga seorang disabilitas yang tetap
mendaki gunung. Iman mengungkapkan, perjalanan dan pengalaman Irfan dianggap
bisa jadi motivasi untuk para backpacker. Bagaimana melawan keterbatasan dan
menjadikannya sebuah peluang untuk lebih baik.

Gatnas Backpacker Indonesia
ke IV diakui memang sangat dirindukan setelah 4 tahun tak diadakan. Terakhir,
ungkap Iman, Gatnas diadakan di Jogjakarta tahun 2015. “Syukurnya Gatnas kali
ini ada 17 regional dari 24 regional yang hadir dengan 150 peserta. Dan kami
harapkan keutuhan ini akan terus berlanjut,” sambung Iman.

Gathering Nasional (Gatnas)
Backpacker Indonesia (BPI) ke IV merupakan ajang kumpul tahunan. Kali ini
diadakan di Bumi Perkemahan Ragunan dengan BPI Jabodetabek sebagai tuan rumah.
(nur/JPC)

SIAPA bilang ngajak anak
untuk camping atau bahkan naik gunung itu sulit? Yup, memiliki anak bukanlah
halangan bagi para orang tua untuk tetap berkumpul dan mendirikan tenda bareng
para backpacker lainnya. Bahkan, kecintaan terhadap alam bisa ditularkan sejak
dini guna melatih kepekaan dan kasih terhadap sekitarnya.

“Tidak ada yang sulit
sebenarnya, karena anak itu fisiknya sudah terlatih. Kalau orang tua bilang
jangan atau takut pasti anak akan seperti itu (takut), tapi kalau bilang ayo,
anaknya akan ikut. Tentu dengan pengetahuan yang mumpuni,” ujar Yohanes,
seorang backpacker dari Regional Jogjakarta saat mengikuti Gathering Nasional
(Gatnas) Backpacker Indonesia (BPI) ke IV di Bumi Perkemahan Ragunan, 30-31
Maret 2019.

Ketika memutuskan mengajak
anak ke berkemah atau naik gunung, sebagai orang tua pasti sudah tahu batasan
fisik dan kesehatan sang anak. Bahkan, tanpa disadari, cara bermain anak
sehari-hari saja itu sudah menjadi latihan fisik yang cukup ketika ingin naik
gunung.

Kalau ditanya lebih repot
membawa anak berkemah atau naik gunung, Yohanes mengakui itu sangat manusiawi.
Misalnya, saat membawa anak pergi ke gunung tapi ia tidak terbiasa buang air
kecil di alam terbuka. Biasanya menyiasati anak yang rewel, sebagai orang tua
harus belajar memberikan pemahaman. Bisa juga menggunakan ‘jurus’ jitu lainnya
lewat mainan atau video.

Baca Juga :  Ganti View Tiap Pagi

“Setelah kesehatan dan fisik
anak, si orang tua harus paham bagaimana kondisi gunung. Dan mereka yang paling
tahu tentang anaknya. Sejauh ini anak-anak sangat menyukai alam terbuka,”
sambungnya.

Sementara Indy, seorang
Backpacker Indonesia (BPI) Jabodetabek, pun pernah membawa anaknya yang berusia
2,5 tahun naik gunung. “Waktu itu sih cuma ke gunung Bunder. Tapi tetap saja
mengenalkan anak pada alam,” ujar Indy di acara yang sama.

Indy memang berkomitmen
ingin mengenalkan alam pada anaknya sejak dini. Namun, disamping pertimbangan
fisik dan kesehatan si anak, ia memastikan kalau anaknya sudah bisa diajak
berkomunikasi dengan baik.

Dalam arti, sang anak mampu
mengutarakan apa yang ia rasakan selama perjalanan hingga ke gunung. “Kalau dia
sudah bisa bicara dengan jelas, ketika rewel maka kami bisa tahu apa yabg
diinginkannya, apakah laper atau kedinginan,” tukasnya.

Kalau urusan makanan, memang
harus dipersiapkan secara khusus. Apalagi untuk anak di bawah lima tahun
seperti bubur sop. Tentunya siapkan sepatu dan baju hangat yang membuat si anak
tetap nyaman bergerak.

Temu Kangen yang Mengenal
Budaya Indonesia Ala Backpacker

Gathering Nasional (Gatnas)
Backpacker Indonesia (BPI) ke IV bukan hanya sekadar temu kangen dan berbagi
cerita perjalanan bareng backpacker. Acara yang diadakan di Bumi Perkemahan
Ragunan itu membawa pesan keberagaman budaya dari masing-masing daerah.

Baca Juga :  Manfaatkan Hutan Menjadi Wisata Taman Tematik dan Spot Selfi e

“Tujuan utama kami
memang kumpul bareng lagi sesama backpacker. Tapi sesuai tema
Gatnasnya Cintai Budaya Indonesia, kami juga membawa semangat mengenal
nilai budaya daerah masing-masing,” ujar Iman selaku Ketua Pelaksana Gathering
Nasional Backpacker Indonesia ke IV pada JawaPos.com, Sabtu (30/3).

Rencananya, akan ada
festival budaya. Nantinya, tiap regional Backpacker Indonesia akan mengenalkan
ciri khas atau budaya dari daerahnya. Sehingga diharapkan, ketika pulang,
mereka tak hanya membawa segudang cerita bareng teman-teman backpacker, tapi
juga membawa pengetahuan tentang budaya saudaranya yang berasal dari daerah
lain atau bahkan seberang pulau.

Selain itu, Gatnas kali ini
menghadirkan penulis Irfan Ramdhani, yang juga seorang disabilitas yang tetap
mendaki gunung. Iman mengungkapkan, perjalanan dan pengalaman Irfan dianggap
bisa jadi motivasi untuk para backpacker. Bagaimana melawan keterbatasan dan
menjadikannya sebuah peluang untuk lebih baik.

Gatnas Backpacker Indonesia
ke IV diakui memang sangat dirindukan setelah 4 tahun tak diadakan. Terakhir,
ungkap Iman, Gatnas diadakan di Jogjakarta tahun 2015. “Syukurnya Gatnas kali
ini ada 17 regional dari 24 regional yang hadir dengan 150 peserta. Dan kami
harapkan keutuhan ini akan terus berlanjut,” sambung Iman.

Gathering Nasional (Gatnas)
Backpacker Indonesia (BPI) ke IV merupakan ajang kumpul tahunan. Kali ini
diadakan di Bumi Perkemahan Ragunan dengan BPI Jabodetabek sebagai tuan rumah.
(nur/JPC)

Terpopuler

Artikel Terbaru