26 C
Jakarta
Saturday, April 26, 2025

Festival Palangka Raya 2025 Hadirkan Lomba Tradisi Lawang Sakepeng

Pemutusan Talilawai untuk Menghilangkan Hal yang Tidak Baik Dalam Kehidupan Rumah Tangga

PALANGKA RAYA, PROKALTENG.CO – Perhelatan Festival Palangka Raya 2025 berlangsung meriah. Salah satunya Lomba Lawang Sakepeng yang digelar di halaman Kantor Wali Kota Palangka Raya pada Sabtu (26/4/2025).

Lawang Sakepeng sendiri merupakan tradisi penting bagi masyarakat Dayak, khususnya dalam rangkaian ritual pernikahan. Menurut Rudi A., salah satu juri lomba, Lawang Sakepeng berfungsi sebagai simbol penyucian dan pemutus segala rintangan buruk yang mungkin menghalangi kehidupan pasangan yang hendak menikah.

Dalam tradisi ini, terdapat unsur tali lawai yang harus diputuskan sebagai bagian dari prosesi.

“Talilawai itu seperti benang yang menjadi simbol dalam adat. Pemutusan talilawai memiliki tujuan untuk menghilangkan segala hal yang tidak baik dalam kehidupan rumah tangga yang akan dibangun oleh mempelai,tradisi ini tidak hanya sekadar upacara, melainkan juga sebuah bentuk pelestarian budaya,” jelas Rudi saat diwawancarai awak media seusai menilai perlombaan, Sabtu (26/4).

Baca Juga :  Hera Nugrahayu Tekankan Kesiapsiagaan Damkar dan Relawan

Dalam perlombaan Lawang Sakepeng, aspek penilaian menjadi perhatian penting bagi para peserta. Roni Hunyung M. Tongkoy, Koordinator Juri, menjelaskan bahwa estetika gerakan, etika sopan santun, stamina, serta kejelasan setiap gerakan menjadi faktor utama dalam menilai para peserta. Selain itu, pemahaman terhadap makna filosofis dalam setiap gerakan turut menentukan penilaian.

“Yang memainkan pertama kali adalah pihak perempuan, lalu laki-laki memutuskan tali lawai tersebut. Setiap tali punya makna khusus. Tali pertama untuk memutuskan segala rintangan buruk, tali kedua untuk menegaskan kesepakatan bersama antara keluarga, dan tali ketiga untuk menjaga martabat keluarga Dayak,” terang Roni.

Peserta lomba tahun ini datang dari berbagai kecamatan di Palangka Raya, mewakili sanggar seni dan komunitas budaya masing-masing. Bahkan ada peserta dari daerah terjauh seperti Rakumpit dan Bukit Batu, yang menambah semarak kompetisi tradisional ini.

Baca Juga :  Pemko Palangka Raya Gelar Rapat Persiapan Jamkesda

Tidak hanya menonjolkan keindahan gerakan, Lawang Sakepeng juga menuntut kemampuan batin yang kuat dari para pesertanya.

“Ini bukan sekadar adu fisik, tetapi juga perang batin. Ada nilai-nilai mitos dan spiritual dalam setiap jurus yang ditampilkan,” ungkap Roni,

Melalui ajang seperti ini, Festival Palangka Raya 2025 tidak hanya menjadi hiburan rakyat. Tetapi juga menjadi sarana penting untuk melestarikan dan memperkenalkan seni bela diri serta tradisi luhur masyarakat Dayak kepada generasi muda. Pemerintah Kota Palangka Raya berharap tradisi seperti Lawang Sakepeng ini akan terus hidup dan berkembang di tengah modernisasi zaman. (ndo)

PALANGKA RAYA, PROKALTENG.CO – Perhelatan Festival Palangka Raya 2025 berlangsung meriah. Salah satunya Lomba Lawang Sakepeng yang digelar di halaman Kantor Wali Kota Palangka Raya pada Sabtu (26/4/2025).

Lawang Sakepeng sendiri merupakan tradisi penting bagi masyarakat Dayak, khususnya dalam rangkaian ritual pernikahan. Menurut Rudi A., salah satu juri lomba, Lawang Sakepeng berfungsi sebagai simbol penyucian dan pemutus segala rintangan buruk yang mungkin menghalangi kehidupan pasangan yang hendak menikah.

Dalam tradisi ini, terdapat unsur tali lawai yang harus diputuskan sebagai bagian dari prosesi.

“Talilawai itu seperti benang yang menjadi simbol dalam adat. Pemutusan talilawai memiliki tujuan untuk menghilangkan segala hal yang tidak baik dalam kehidupan rumah tangga yang akan dibangun oleh mempelai,tradisi ini tidak hanya sekadar upacara, melainkan juga sebuah bentuk pelestarian budaya,” jelas Rudi saat diwawancarai awak media seusai menilai perlombaan, Sabtu (26/4).

Baca Juga :  Hera Nugrahayu Tekankan Kesiapsiagaan Damkar dan Relawan

Dalam perlombaan Lawang Sakepeng, aspek penilaian menjadi perhatian penting bagi para peserta. Roni Hunyung M. Tongkoy, Koordinator Juri, menjelaskan bahwa estetika gerakan, etika sopan santun, stamina, serta kejelasan setiap gerakan menjadi faktor utama dalam menilai para peserta. Selain itu, pemahaman terhadap makna filosofis dalam setiap gerakan turut menentukan penilaian.

“Yang memainkan pertama kali adalah pihak perempuan, lalu laki-laki memutuskan tali lawai tersebut. Setiap tali punya makna khusus. Tali pertama untuk memutuskan segala rintangan buruk, tali kedua untuk menegaskan kesepakatan bersama antara keluarga, dan tali ketiga untuk menjaga martabat keluarga Dayak,” terang Roni.

Peserta lomba tahun ini datang dari berbagai kecamatan di Palangka Raya, mewakili sanggar seni dan komunitas budaya masing-masing. Bahkan ada peserta dari daerah terjauh seperti Rakumpit dan Bukit Batu, yang menambah semarak kompetisi tradisional ini.

Baca Juga :  Pemko Palangka Raya Gelar Rapat Persiapan Jamkesda

Tidak hanya menonjolkan keindahan gerakan, Lawang Sakepeng juga menuntut kemampuan batin yang kuat dari para pesertanya.

“Ini bukan sekadar adu fisik, tetapi juga perang batin. Ada nilai-nilai mitos dan spiritual dalam setiap jurus yang ditampilkan,” ungkap Roni,

Melalui ajang seperti ini, Festival Palangka Raya 2025 tidak hanya menjadi hiburan rakyat. Tetapi juga menjadi sarana penting untuk melestarikan dan memperkenalkan seni bela diri serta tradisi luhur masyarakat Dayak kepada generasi muda. Pemerintah Kota Palangka Raya berharap tradisi seperti Lawang Sakepeng ini akan terus hidup dan berkembang di tengah modernisasi zaman. (ndo)

Terpopuler

Artikel Terbaru

/