26.6 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Potensi Karhutla Masih Tinggi

PALANGKA RAYA – Polda
Kalteng sudah menaikkan status PT Gawi Bahandep Sawit Mekar (GBSM) dari
penyelidikan ke penyidikan. Saat ini penyidik masih menunggu hasil laboratorium
atas sampel yang sudah diambil.

Pihak
PT GBSM memberikan penjelasan melalui rilisnya yang diterima redaksi Kalteng
Pos. Kebakaran yang terjadi di konsesi PT GBSM di Seruyan Hilir bukanlah karena
kesengajaan atau kelalaian. Menurut mereka itu sebuah musibah.

Sebelumnya,
19-22 Agustus lalu telah terjadi kebakaran masif di sekitar area konsesi.
Kebakaran itu sudah dapat dipadamkan bersama Muspika Seruyan Hilir dan
masyarakat. Tim Penegakan Hukum Kementerian Lingkungan Hidup melakukan
kunjungan ke GBSM pada 24-25 Agustus 2019, untuk melihat langsung area lahan
terbakar yang berada di luar konsesi. Kesimpulannya, tidak ada kebakaran di
dalam area akonsesi.  

Aka
tetapi, pada 9 September, api yang lebih besar kembali muncul di lokasi luar
konsesi. Mendekat secara cepat. Pihak perusahaan telah mengerahkan seluruh
sumber daya untuk mengantisipasi kebakaran merambat masuk area konsesi. Namun,
kondisi angin yang sangat kencang membuat bunga api mudah meloncat. Melewati
sekat bakar maupun kanal air yang cukup lebar.

Meski
sudah melakukan pencegahan secara optimal dan sesuai prosedur, pada 13
September, api tidak mampu dicegah.

“Loncatan
bunga api yang terbang sejauh sekitar 300 meter membuat api mulai masuk di
dalam area konsesi,” ujar Head of Sustainability PT GBSM, Rudy Prasetya,
kemarin (27/9).

Dalam
penanganan kebakaran lahan tersebut, koordinasi dengan pemerintah daerah juga
telah dilakukan pihak perusahaan. Pada 14 September, GBSM segera menyampaikan
laporan tertulis kepada kepolisian, yakni Polres Seruyan, melalui Surat Nomor 02/SHE
GBSM/Karla/09/19. Tim Polres Seruyan melakukan kunjungan lapangan pada 16-17
September, dan disusul dengan kunjungan tim Polda Kalteng pada 18 September
2019.

Baca Juga :  Tiga Kabupaten Ini, Tingkatkan Kerawanan Karhutla Paling Tinggi

“Dari
kronologi tersebut di atas, dapat dilihat bahwa kebakaran yang dialami oleh
GBSM lebih merupakan sebuah musibah yang tidak dapat dihindari. Fakta
menunjukkan bahwa GBSM telah mengerahkan seluruh sumber daya untuk
menanggulangi rembetan api yang berasal dari area luar konsesi,” terangnya.

Peran
PT GBSM dalam mengantisipasi dan menganggulangi karhutla tak perlu diragukan
lagi. PT GBSM membantu masyarakat sekitar seperti Desa Muara Dua, Jahitan, dan
Baung dalam upaya pemadaman di wilayah mereka, melalui pemberian bantuan sarana
prasarana pemadaman. Perusahaan juga melakukan bakti sosial pemeriksaan dan
pengobatan gratis kepada masyarakat yang terdampak asap kebakaran hutan maupun
lahan.

HOTSPOT DI PALANGKA RAYA BERKURANG

Karhutla
di Kota Palangka Raya semakin meluas. Kali ini menyasar daerah Kecamatan
Rakumpit, kawasan Bukit Baru. Luas lahan terbakar sekitar 3,5 hektare. Ini terjadi
dalam dua hari terakhir.

“Dalam
dua hari ini sekitar ada 3,5 hektare yang terbakar dan puluhan hektare lahan
yang terpapar,” ucap Kepala Plt BPBD Kota Palangka Raya Supriyanto melalui
Kabid Penanggulangan Bencana Henora Koffeno N, saat dikonfimasi Kalteng Pos,
kemarin.

Henora
mengatakan, melihat kondisi puncak kemarau yang terjadi saat ini, sangat
mungkin wilayah kota mengalami kebakaran. Meski demikian, sampai saat ini
pihaknya terus berupaya memandamkan api dengan mengerahkan seluruh personel.

“Pemadaman
memang terus kami lakukan, karena potensi karhutla masih tinggi, mengingat saat
ini puncaknya musim kering,” terangnya.

Dibeberkannya,
asapa yang menyelimuti wilayah Kota Palangka Raya selain merupakan dampak dari
kebakaran di wilayah ini, juga disebabkan oleh asap kiriman dari daerah lain.
Sebab, hingga saat ini masih terjadi kebakaran sepanjang daerah Taruna, Tumbang
Nusa, Pulang Pisau, hingga Kapuas.

Baca Juga :  Kabut Asap Kian Parah, Ratusan ASN dan Ormas Islam Gelar Salat Minta H

“Selama
daerah itu menghasilkan asap, maka kabut asap di kota pun tetap akan ada, selain
memang kebakaran yang terjadi di wilayah ini,” tuturnya.

Walaupun
ada beberapa sekat kanal yang dibangun di daerah Rakumpit dan sekitarnya,
ternyata itu belum mampu untuk membantu pemadaman lahan di sekitar, termasuk untuk
proses pembasahan lahan.

“Dengan
adanya musim kemarau ini, otomatis ketersediaan air menjadi sulit. Dengan
jumlah luasan terbakar yang cukup besar saat ini, keberadaan sekat kanal tak terlalu
membantu dalam upaya memadamkan api di sekitar lokasi,” bebernya.

Selain
itu, upaya pemadaman melalui jalur darat dan udara tetap dioptimalkan petugas
pemadaman.  Apalagi saat ini diberlakukan
peningkatan status karhutla dari siaga menjadi tanggap darurat. Untuk menyokong
upaya pemadaman, teknik modifikasi cuaca (TMC) pun dilakukan demi mempercepat
turunnya hujan.

“Intinya
dengan prediksi hujan normal di pertengahan sampai akhir Oktober, maka terus
diupayakan penanggulangannya, khususnya di wilayah kota maupun Kalteng secara
keseluruhan,” kata Veno.

Berdasarkan
laporan Pusdalops BPBD Kalteng, terhitung hingga tanggal 27 September, hotspot
di Kalteng berjumlah 470 titik. Jumlah titik api terbanyak berada di wilayah
Kapuas, yakni mencapai 110 titik. Menyusul Seruyan dengan 71 titik, Barsel 55
titik, Kotim 48 titik, dan Sukamara 36 titik. Sementara wilayah Kota Palangka
Raya tercatat memiliki 10 titik saja. Hal ini berarti ada penurunan hotspot di
wilayah ibu kota provinsi ini jika dibandingkan dengan jumlah beberapa waktu
lalu. (ari/ce/ram/CTK) 

PALANGKA RAYA – Polda
Kalteng sudah menaikkan status PT Gawi Bahandep Sawit Mekar (GBSM) dari
penyelidikan ke penyidikan. Saat ini penyidik masih menunggu hasil laboratorium
atas sampel yang sudah diambil.

Pihak
PT GBSM memberikan penjelasan melalui rilisnya yang diterima redaksi Kalteng
Pos. Kebakaran yang terjadi di konsesi PT GBSM di Seruyan Hilir bukanlah karena
kesengajaan atau kelalaian. Menurut mereka itu sebuah musibah.

Sebelumnya,
19-22 Agustus lalu telah terjadi kebakaran masif di sekitar area konsesi.
Kebakaran itu sudah dapat dipadamkan bersama Muspika Seruyan Hilir dan
masyarakat. Tim Penegakan Hukum Kementerian Lingkungan Hidup melakukan
kunjungan ke GBSM pada 24-25 Agustus 2019, untuk melihat langsung area lahan
terbakar yang berada di luar konsesi. Kesimpulannya, tidak ada kebakaran di
dalam area akonsesi.  

Aka
tetapi, pada 9 September, api yang lebih besar kembali muncul di lokasi luar
konsesi. Mendekat secara cepat. Pihak perusahaan telah mengerahkan seluruh
sumber daya untuk mengantisipasi kebakaran merambat masuk area konsesi. Namun,
kondisi angin yang sangat kencang membuat bunga api mudah meloncat. Melewati
sekat bakar maupun kanal air yang cukup lebar.

Meski
sudah melakukan pencegahan secara optimal dan sesuai prosedur, pada 13
September, api tidak mampu dicegah.

“Loncatan
bunga api yang terbang sejauh sekitar 300 meter membuat api mulai masuk di
dalam area konsesi,” ujar Head of Sustainability PT GBSM, Rudy Prasetya,
kemarin (27/9).

Dalam
penanganan kebakaran lahan tersebut, koordinasi dengan pemerintah daerah juga
telah dilakukan pihak perusahaan. Pada 14 September, GBSM segera menyampaikan
laporan tertulis kepada kepolisian, yakni Polres Seruyan, melalui Surat Nomor 02/SHE
GBSM/Karla/09/19. Tim Polres Seruyan melakukan kunjungan lapangan pada 16-17
September, dan disusul dengan kunjungan tim Polda Kalteng pada 18 September
2019.

Baca Juga :  Tiga Kabupaten Ini, Tingkatkan Kerawanan Karhutla Paling Tinggi

“Dari
kronologi tersebut di atas, dapat dilihat bahwa kebakaran yang dialami oleh
GBSM lebih merupakan sebuah musibah yang tidak dapat dihindari. Fakta
menunjukkan bahwa GBSM telah mengerahkan seluruh sumber daya untuk
menanggulangi rembetan api yang berasal dari area luar konsesi,” terangnya.

Peran
PT GBSM dalam mengantisipasi dan menganggulangi karhutla tak perlu diragukan
lagi. PT GBSM membantu masyarakat sekitar seperti Desa Muara Dua, Jahitan, dan
Baung dalam upaya pemadaman di wilayah mereka, melalui pemberian bantuan sarana
prasarana pemadaman. Perusahaan juga melakukan bakti sosial pemeriksaan dan
pengobatan gratis kepada masyarakat yang terdampak asap kebakaran hutan maupun
lahan.

HOTSPOT DI PALANGKA RAYA BERKURANG

Karhutla
di Kota Palangka Raya semakin meluas. Kali ini menyasar daerah Kecamatan
Rakumpit, kawasan Bukit Baru. Luas lahan terbakar sekitar 3,5 hektare. Ini terjadi
dalam dua hari terakhir.

“Dalam
dua hari ini sekitar ada 3,5 hektare yang terbakar dan puluhan hektare lahan
yang terpapar,” ucap Kepala Plt BPBD Kota Palangka Raya Supriyanto melalui
Kabid Penanggulangan Bencana Henora Koffeno N, saat dikonfimasi Kalteng Pos,
kemarin.

Henora
mengatakan, melihat kondisi puncak kemarau yang terjadi saat ini, sangat
mungkin wilayah kota mengalami kebakaran. Meski demikian, sampai saat ini
pihaknya terus berupaya memandamkan api dengan mengerahkan seluruh personel.

“Pemadaman
memang terus kami lakukan, karena potensi karhutla masih tinggi, mengingat saat
ini puncaknya musim kering,” terangnya.

Dibeberkannya,
asapa yang menyelimuti wilayah Kota Palangka Raya selain merupakan dampak dari
kebakaran di wilayah ini, juga disebabkan oleh asap kiriman dari daerah lain.
Sebab, hingga saat ini masih terjadi kebakaran sepanjang daerah Taruna, Tumbang
Nusa, Pulang Pisau, hingga Kapuas.

Baca Juga :  Kabut Asap Kian Parah, Ratusan ASN dan Ormas Islam Gelar Salat Minta H

“Selama
daerah itu menghasilkan asap, maka kabut asap di kota pun tetap akan ada, selain
memang kebakaran yang terjadi di wilayah ini,” tuturnya.

Walaupun
ada beberapa sekat kanal yang dibangun di daerah Rakumpit dan sekitarnya,
ternyata itu belum mampu untuk membantu pemadaman lahan di sekitar, termasuk untuk
proses pembasahan lahan.

“Dengan
adanya musim kemarau ini, otomatis ketersediaan air menjadi sulit. Dengan
jumlah luasan terbakar yang cukup besar saat ini, keberadaan sekat kanal tak terlalu
membantu dalam upaya memadamkan api di sekitar lokasi,” bebernya.

Selain
itu, upaya pemadaman melalui jalur darat dan udara tetap dioptimalkan petugas
pemadaman.  Apalagi saat ini diberlakukan
peningkatan status karhutla dari siaga menjadi tanggap darurat. Untuk menyokong
upaya pemadaman, teknik modifikasi cuaca (TMC) pun dilakukan demi mempercepat
turunnya hujan.

“Intinya
dengan prediksi hujan normal di pertengahan sampai akhir Oktober, maka terus
diupayakan penanggulangannya, khususnya di wilayah kota maupun Kalteng secara
keseluruhan,” kata Veno.

Berdasarkan
laporan Pusdalops BPBD Kalteng, terhitung hingga tanggal 27 September, hotspot
di Kalteng berjumlah 470 titik. Jumlah titik api terbanyak berada di wilayah
Kapuas, yakni mencapai 110 titik. Menyusul Seruyan dengan 71 titik, Barsel 55
titik, Kotim 48 titik, dan Sukamara 36 titik. Sementara wilayah Kota Palangka
Raya tercatat memiliki 10 titik saja. Hal ini berarti ada penurunan hotspot di
wilayah ibu kota provinsi ini jika dibandingkan dengan jumlah beberapa waktu
lalu. (ari/ce/ram/CTK) 

Terpopuler

Artikel Terbaru