28.3 C
Jakarta
Monday, April 29, 2024

Medali Emas Bonus Beasiswa 100 Persen di Malaysia

PALANGKA RAYA- Banyak yang
berlomba-lomba untuk mendapatkan beasiswa, khususnya untuk studi ke luar
negeri. Tiga anak muda Kalteng, secara cuma-cuma mendapatkannya. Prestasi yang dicetak
mereka membuat Kampus SEGi College di Subang Jaya, Malaysia memberikan beasiswa
100 persen. Siapakah mereka yang beruntung itu?

Datang ke Malaysia mengikuti
lomba dalam ajang World Invention Kompetition And Exhibition (WICE) pada 2-6
Okotber 2019 lalu. Tiga siswa SMAN 2 (Smada) Palangka Raya malah mendapatkan
beasiswa. Mereka adalah Juanita Grania Gabriella, Johevin Blesstowi, dan Ricky
Maheswara Harianto.

Ketiganya berhasil meraih
medali emas dalam perlombaan di bidang lingkungan. Tiga generasi muda ini berhasil
menciptakan pembasmi hama tanaman cabai dengan menggunakan buah bintaro. Inovasi
ini mendapat sambutan luar biasa dari pihak penyelenggara, Kampus SEGi College,
Malaysia.

Produk pembasmi hama
ini diciptakan mereka dengan memanfaatkan buah dan daun bintaro yang selama ini
dianggap berbahaya bagi manusia karena racunnya. Justru karena beracun, mendorong
anak-anak Smada ini ingin memanfaatkan sebagai membasmi hama.

“Selama ini pohon
bintaro yang digunakan untuk penghijauan, dikenal sebagai pohon beracun. Kami
pun berpikir bahwa pohon beracun ini akan sangat bermanfaat bila diolah menjadi
produk pembasmi hama,” kata Juanita Grania Gabriella.

Perempuan yang akrab
disapa Gaby ini menyebut, produk yang diciptakan terdiri atas dua macam, yakni
serbuk dan spray. Cara membuatnya pun mudah dan bisa dipraktikkan oleh para
petani yang ingin membasmi hama pada cabai. “Kami sudah melakukan percobaan
pada cabai milik warga. Hasilnya memang bisa mencegah dan membasmi hama,”
katanya saat dibincangi di Smada, belum lama ini.

Buah dan daun bintaro dicuci
bersih lalu dikeringkan. Selanjutnya ditumbuk hingga halus. Pembasmi hama
dengan bubuk ini bisa digunakan untuk pencegahan.

Baca Juga :  Disperkimtan Akui Ada Pembongkaran Makam Pasien Covid, Tapi...

“Jadi pengaplikasiannya
yakni dengan menaburkan bubuk bintaro di sekitar tumbuhan cabai. Dengan begitu hama
tidak akan datang,” katanya.

Sementara itu, untuk
pembasmi dalam bentuk spray, hanya perlu menambahkan air pada bubuk bintaro.
Saring bubuk yang tercampur air itu dan ambil ekstraknya sebagai spray.

“Jenis spray ini
digunakan sebagai pembasmi, bukan untuk pencegahan,” jelas perempuan kelahiran
Kota Palangka Raya, 20 Juni 2003 ini.

Khusus spray, lanjutnya,
proses mematikan hama pada tumbuhan cabai kurang lebih 30 menit.

Sementara itu, Ricky
Maheswara Harianto, salah satu anggota tim tersebut mengaku tidak percaya bahwa
ia dan dua rekannya bisa raih medali emas, sekaligus mendapat beasiswa 100
persen dari SEGi College.

“Dari sekian banyak peserta,
tim kami yang terpilih mendapat beasiswa 100 persen,” ucapnya senang.

Padahal, lanjut pria
yang kerap dipanggil Ricky ini, siswa dari daerah lain yang mendapatkan
prestasi juga mendapat beasiswa, tapi hanya 75 persen saja. “Tidak penuh,
sedangkan tim kami mendapatkan beasiswa 100 persen secara cuma-cuma,” tegasnya
lagi.

Tidak hanya tim ini
saja yang meraih medali emas. Tim lainnya di bidang lingkungan juga berhasil
menyabet medali emas. Produk yang dilombakan dari bahan yang sama, yakni buah
bintaro. Namun, produk yang diciptakan oleh Christian Suan Fernando Tarigan dan
Rizka Annisa Putri tersebut digunakan untuk membasmi tikus.

“Perbedaannya, jika
hama bisa dimatikan secara langsung, tapi untuk tikus tidak. Ia muncul seketika,
terkadang tanpa diketahui oleh manusia,” kisah Christian.

Baca Juga :  Prioritaskan ASUH dalam Mengonsumsi Daging

Untuk itu, lanjutnya,
perlu menipu si tikus agar terperangkap dalam jebakanyang dipasang. Cara yang
mereka gunakan pun cukup unik. Membuat permen yang pada umumnya disukai tikus.
Akan tetapi bukan sembarang permen. Di dalam permen tersebut mengandung buah
bintaro yang mematikan.

“Jadi kami menutupi
racun (buah bintaro) dengan perasa manis,” sebutnya.

Bagaimana cara
membuatnya? Awalnya buah bintaro dipotong lalu dimasak. Kemudian balut air
bintaro bersama tepung, gula, pewarna makanan, dan perasa strawberry.
Selanjutnya bentuk balutan tersebut menjadi dadu bak permen. Menggairahkan dan
memancing si tikus untuk memakannya.

“Jika diukur
berdasarkan penelitian kami, tiga milliliter (mL) sari buah bintaro dapat
mematikan tikus dalam jangka waktu 30-300 menit,” tegas remaja 16 tahun ini.

Tentu, keberhasilan
anak-anak muda Kalteng ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi Kepala Smada
Mi’razulhaidi. Ia berharap agar lebih banyak lagi medali yang bisa didapatkan anak
anak Kalteng, khususnya siswa-siswi Smada.

“Kami juga mengucapkan
terima kasih atas dukungan Pemprov Kalteng, khususnya Dinas Pendidikan (Disdik)
Kalteng, dalam hal peningkatkan kompetensi guru dan siswa,” katanya.

Dengan demikian,
anak-anak di Smada diberikan kesempatan mengikuti berbagai ajang perlombaan di
luar negeri dan telah membuktikan bahwa mereka (anak-anak, red) memiliki
keunggulan. Mampu berdaya saing dengan anak-anak dari daerah baik di kancah
nasional maupun internasional.

Apresiasi juga datang dari Plt Kadisdik Kalteng
Suyuti Syamsul. Bahwasannya prestasi anak-anak Kalteng tak hanya pada level nasional,
tapi juga merambah hingga kancah internasional. “Saya berharap tidak hanya
Smada yang demikian, tapi anak-anak di sekolah-sekolah lain se-Kalteng dapat
berkembang dan maju,” pungkasnya. (abw/ce/ram)

PALANGKA RAYA- Banyak yang
berlomba-lomba untuk mendapatkan beasiswa, khususnya untuk studi ke luar
negeri. Tiga anak muda Kalteng, secara cuma-cuma mendapatkannya. Prestasi yang dicetak
mereka membuat Kampus SEGi College di Subang Jaya, Malaysia memberikan beasiswa
100 persen. Siapakah mereka yang beruntung itu?

Datang ke Malaysia mengikuti
lomba dalam ajang World Invention Kompetition And Exhibition (WICE) pada 2-6
Okotber 2019 lalu. Tiga siswa SMAN 2 (Smada) Palangka Raya malah mendapatkan
beasiswa. Mereka adalah Juanita Grania Gabriella, Johevin Blesstowi, dan Ricky
Maheswara Harianto.

Ketiganya berhasil meraih
medali emas dalam perlombaan di bidang lingkungan. Tiga generasi muda ini berhasil
menciptakan pembasmi hama tanaman cabai dengan menggunakan buah bintaro. Inovasi
ini mendapat sambutan luar biasa dari pihak penyelenggara, Kampus SEGi College,
Malaysia.

Produk pembasmi hama
ini diciptakan mereka dengan memanfaatkan buah dan daun bintaro yang selama ini
dianggap berbahaya bagi manusia karena racunnya. Justru karena beracun, mendorong
anak-anak Smada ini ingin memanfaatkan sebagai membasmi hama.

“Selama ini pohon
bintaro yang digunakan untuk penghijauan, dikenal sebagai pohon beracun. Kami
pun berpikir bahwa pohon beracun ini akan sangat bermanfaat bila diolah menjadi
produk pembasmi hama,” kata Juanita Grania Gabriella.

Perempuan yang akrab
disapa Gaby ini menyebut, produk yang diciptakan terdiri atas dua macam, yakni
serbuk dan spray. Cara membuatnya pun mudah dan bisa dipraktikkan oleh para
petani yang ingin membasmi hama pada cabai. “Kami sudah melakukan percobaan
pada cabai milik warga. Hasilnya memang bisa mencegah dan membasmi hama,”
katanya saat dibincangi di Smada, belum lama ini.

Buah dan daun bintaro dicuci
bersih lalu dikeringkan. Selanjutnya ditumbuk hingga halus. Pembasmi hama
dengan bubuk ini bisa digunakan untuk pencegahan.

Baca Juga :  Disperkimtan Akui Ada Pembongkaran Makam Pasien Covid, Tapi...

“Jadi pengaplikasiannya
yakni dengan menaburkan bubuk bintaro di sekitar tumbuhan cabai. Dengan begitu hama
tidak akan datang,” katanya.

Sementara itu, untuk
pembasmi dalam bentuk spray, hanya perlu menambahkan air pada bubuk bintaro.
Saring bubuk yang tercampur air itu dan ambil ekstraknya sebagai spray.

“Jenis spray ini
digunakan sebagai pembasmi, bukan untuk pencegahan,” jelas perempuan kelahiran
Kota Palangka Raya, 20 Juni 2003 ini.

Khusus spray, lanjutnya,
proses mematikan hama pada tumbuhan cabai kurang lebih 30 menit.

Sementara itu, Ricky
Maheswara Harianto, salah satu anggota tim tersebut mengaku tidak percaya bahwa
ia dan dua rekannya bisa raih medali emas, sekaligus mendapat beasiswa 100
persen dari SEGi College.

“Dari sekian banyak peserta,
tim kami yang terpilih mendapat beasiswa 100 persen,” ucapnya senang.

Padahal, lanjut pria
yang kerap dipanggil Ricky ini, siswa dari daerah lain yang mendapatkan
prestasi juga mendapat beasiswa, tapi hanya 75 persen saja. “Tidak penuh,
sedangkan tim kami mendapatkan beasiswa 100 persen secara cuma-cuma,” tegasnya
lagi.

Tidak hanya tim ini
saja yang meraih medali emas. Tim lainnya di bidang lingkungan juga berhasil
menyabet medali emas. Produk yang dilombakan dari bahan yang sama, yakni buah
bintaro. Namun, produk yang diciptakan oleh Christian Suan Fernando Tarigan dan
Rizka Annisa Putri tersebut digunakan untuk membasmi tikus.

“Perbedaannya, jika
hama bisa dimatikan secara langsung, tapi untuk tikus tidak. Ia muncul seketika,
terkadang tanpa diketahui oleh manusia,” kisah Christian.

Baca Juga :  Prioritaskan ASUH dalam Mengonsumsi Daging

Untuk itu, lanjutnya,
perlu menipu si tikus agar terperangkap dalam jebakanyang dipasang. Cara yang
mereka gunakan pun cukup unik. Membuat permen yang pada umumnya disukai tikus.
Akan tetapi bukan sembarang permen. Di dalam permen tersebut mengandung buah
bintaro yang mematikan.

“Jadi kami menutupi
racun (buah bintaro) dengan perasa manis,” sebutnya.

Bagaimana cara
membuatnya? Awalnya buah bintaro dipotong lalu dimasak. Kemudian balut air
bintaro bersama tepung, gula, pewarna makanan, dan perasa strawberry.
Selanjutnya bentuk balutan tersebut menjadi dadu bak permen. Menggairahkan dan
memancing si tikus untuk memakannya.

“Jika diukur
berdasarkan penelitian kami, tiga milliliter (mL) sari buah bintaro dapat
mematikan tikus dalam jangka waktu 30-300 menit,” tegas remaja 16 tahun ini.

Tentu, keberhasilan
anak-anak muda Kalteng ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi Kepala Smada
Mi’razulhaidi. Ia berharap agar lebih banyak lagi medali yang bisa didapatkan anak
anak Kalteng, khususnya siswa-siswi Smada.

“Kami juga mengucapkan
terima kasih atas dukungan Pemprov Kalteng, khususnya Dinas Pendidikan (Disdik)
Kalteng, dalam hal peningkatkan kompetensi guru dan siswa,” katanya.

Dengan demikian,
anak-anak di Smada diberikan kesempatan mengikuti berbagai ajang perlombaan di
luar negeri dan telah membuktikan bahwa mereka (anak-anak, red) memiliki
keunggulan. Mampu berdaya saing dengan anak-anak dari daerah baik di kancah
nasional maupun internasional.

Apresiasi juga datang dari Plt Kadisdik Kalteng
Suyuti Syamsul. Bahwasannya prestasi anak-anak Kalteng tak hanya pada level nasional,
tapi juga merambah hingga kancah internasional. “Saya berharap tidak hanya
Smada yang demikian, tapi anak-anak di sekolah-sekolah lain se-Kalteng dapat
berkembang dan maju,” pungkasnya. (abw/ce/ram)

Terpopuler

Artikel Terbaru