28.3 C
Jakarta
Monday, April 29, 2024

Sama-Sama dari Barsel, Emban Tugas Memartabatkan Bahasa Indonesia di M

Malam
penobatan Duta Bahasa Kalteng 2019, Sabtu (12/5), menjadi malam yang tak bisa
dilupakan bagi Muhammad Noor Fazri dan Norhalisa. Dimulai malam itulah, mereka
menerima selempang menjadi Duta Bahasa Kalteng 2019. Lantas apa yang memotivasi
mereka ikut dalam ajang bergengsi bagi generasi muda ini?

 

GILANG
RAHMAWATI,
Palangka Raya

 

TEPUK tangan
terdengar riuh saat disebutkan nama mereka berdua menjadi Terbaik I Duta Bahasa
Kalteng 2019. Sekelebat rasa gembira dan bangga membuncah, meski setelah itu
mereka terpikir akan menerima tugas baru ke depannya.

Menyandang gelar Duta
Bahasa Kalteng bukan perkara mudah. Keduanya harus menyisihkan puluhan peserta
dari kabupaten dan kota yang ada di Bumi Tambun Bungai (julukan bagi Kalteng,
red) ini, dengan melewati proses seleksi oleh dewan juri.

Untuk diketahui,
pasangan Duta Bahasa Kalteng tahun ini sama-sama berasal dari Kabupaten Barito
Selatan (Barsel). Kepada Kalteng Pos, keduanya berbagi cerita mengenai
perjuangan hingga motivasi mengikuti ajang ini.

Muhammad Noor Fazri
atau yang biasa disapa Fazri bercerita, ia mengikuti ajang ini karena memiliki
ketertarikan di bidang kebahasaan. Ia merasa prihatin dengan rendahnya
kebanggaan berbahasa Indonesia di kalangan generasi milenial karena pengaruh
media massa.

Cowok yang hobi desain
grafis ini pun merasa yakin bisa menjalankan amanah dengan baik, memartabatkan
bahasa Indonesia tersebut. Duta Bahasa, ujarnya, punya tugas sama seperti
slogan ‘
utamakan bahasa Indonesia, lestarikan bahasa daerah,
dan kuasai bahasa asing
’.

Baca Juga :  Mansyah Korban Terakhir Ditemukan, Total 7 Orang Tewas, Ini Daftarnya

“Dalam
mengutamakan bahasa Indonesia
, tidak mesti juga saya
harus berbahasa Indonesia secara baku. Akan tetapi, dituntut untuk berbahasa
Indonesia secara baik dan benar
, dalam artian harus sesuai
dengan lawan bicara,”
tutur anak dari Edison dan Siti Fatimah ini.

Mahasiswa Universitas
Muhammadiyah Palangka Raya ini, di malam penobatan itu mendapat pertanyaan
mengenai
cara menerapkan pengembangan dan
pembinaan dalam pe
ningkatan bahasa daerah di Kalteng.

Jawaban yang diberikan Fazri
pun
sangat sederhana, yakni menerapkan Peraturan
Pemerintah
Nomor
57
Tahun
2014 tentang Pengembangan, Pembinaan
, dan Perlindungan Bahasa
dan Sastra serta Peningkatan Fungsi Bahasa Indonesia.

“Saya
menga
takan
akan bekerja

sama dengan pemerintah dan organisasi kepemudaan untuk melaksanakan program
pelestarian bahasa daerah,”
ucap Fazri.

Hal yang sama diamini
oleh Norhalisa. Sebagai Duta Bahasa, katanya, mereka akan
menyebarkan
pengutamaan bahasa Indonesia
dan memartabatkannya
di kalangan masyarakat Kalteng.
 

Sebagai Duta Bahasa
mereka tak hanya fokus pada Bahasa Indonesia, tetapi juga melestarikan bahasa
daerah dan menguasai bahasa asing. Soal keahlian tiga bahasa itu juga yang
menjadi penilaian di malam penobatan.

Baca Juga :  Kadinkes Sebut Ada Tambahan Pasien Positif Covid-19

Apalagi kebetulan
Norhalisa, anak dari Abdul Rahman dan Jumirah ini, mendapatkan pertanyaan dari
dewan juri mengenai arti dari “Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung.

“Saya
mengatakan makna dari hal tersebut yaitu di mana kita berada
, kita harus menjunjung dan menghargai serta melestarikan
bahasa
atau
budaya yang ada. Misalnya
, seperti saat ini saya berada di
Kalteng,
maka saya harus menjunjung, menghargai
, dan melestarikan bahasa
dan budaya Kalteng,”
ucap mahasiswi Institut Agama Islam Negeri Palangka Raya
ini.

Selama mengikuti ajang
ini, keduanya mendapatkan dukungan penuh dari orang tua. Fazri yang kini
menjadi pribadi lebih percaya diri, bercerita soal dukungan yang diberikan orang
tuanya. Dikatakannya, dukungan itu terlihat jelas saat ia dibantu ayahnya
memikirkan ide untuk unjuk bakat. Sementara Norhalisa, perempuan yang memiliki
segudang prestasi ini, terus berkirim pesan dengan ibunya yang berada jauh di
Kota Buntok, Barsel.

Ketika ditanya mengenai
saingan terberat dalam ajang ini, keduanya kompak menjawab. Semua adalah
saingan berat. Proficiat dan selamat mengemban tugas sebagai Duta Bahasa
Kalteng. Setelah malam penobatan itu, Muhammad Noor Fazri dan Norhalisa mempersiapkan
diri menuju pemilihan Duta Bahasa tingkat nasional di Jakarta pada Agustus
mendatang. (*/ce)

Malam
penobatan Duta Bahasa Kalteng 2019, Sabtu (12/5), menjadi malam yang tak bisa
dilupakan bagi Muhammad Noor Fazri dan Norhalisa. Dimulai malam itulah, mereka
menerima selempang menjadi Duta Bahasa Kalteng 2019. Lantas apa yang memotivasi
mereka ikut dalam ajang bergengsi bagi generasi muda ini?

 

GILANG
RAHMAWATI,
Palangka Raya

 

TEPUK tangan
terdengar riuh saat disebutkan nama mereka berdua menjadi Terbaik I Duta Bahasa
Kalteng 2019. Sekelebat rasa gembira dan bangga membuncah, meski setelah itu
mereka terpikir akan menerima tugas baru ke depannya.

Menyandang gelar Duta
Bahasa Kalteng bukan perkara mudah. Keduanya harus menyisihkan puluhan peserta
dari kabupaten dan kota yang ada di Bumi Tambun Bungai (julukan bagi Kalteng,
red) ini, dengan melewati proses seleksi oleh dewan juri.

Untuk diketahui,
pasangan Duta Bahasa Kalteng tahun ini sama-sama berasal dari Kabupaten Barito
Selatan (Barsel). Kepada Kalteng Pos, keduanya berbagi cerita mengenai
perjuangan hingga motivasi mengikuti ajang ini.

Muhammad Noor Fazri
atau yang biasa disapa Fazri bercerita, ia mengikuti ajang ini karena memiliki
ketertarikan di bidang kebahasaan. Ia merasa prihatin dengan rendahnya
kebanggaan berbahasa Indonesia di kalangan generasi milenial karena pengaruh
media massa.

Cowok yang hobi desain
grafis ini pun merasa yakin bisa menjalankan amanah dengan baik, memartabatkan
bahasa Indonesia tersebut. Duta Bahasa, ujarnya, punya tugas sama seperti
slogan ‘
utamakan bahasa Indonesia, lestarikan bahasa daerah,
dan kuasai bahasa asing
’.

Baca Juga :  Mansyah Korban Terakhir Ditemukan, Total 7 Orang Tewas, Ini Daftarnya

“Dalam
mengutamakan bahasa Indonesia
, tidak mesti juga saya
harus berbahasa Indonesia secara baku. Akan tetapi, dituntut untuk berbahasa
Indonesia secara baik dan benar
, dalam artian harus sesuai
dengan lawan bicara,”
tutur anak dari Edison dan Siti Fatimah ini.

Mahasiswa Universitas
Muhammadiyah Palangka Raya ini, di malam penobatan itu mendapat pertanyaan
mengenai
cara menerapkan pengembangan dan
pembinaan dalam pe
ningkatan bahasa daerah di Kalteng.

Jawaban yang diberikan Fazri
pun
sangat sederhana, yakni menerapkan Peraturan
Pemerintah
Nomor
57
Tahun
2014 tentang Pengembangan, Pembinaan
, dan Perlindungan Bahasa
dan Sastra serta Peningkatan Fungsi Bahasa Indonesia.

“Saya
menga
takan
akan bekerja

sama dengan pemerintah dan organisasi kepemudaan untuk melaksanakan program
pelestarian bahasa daerah,”
ucap Fazri.

Hal yang sama diamini
oleh Norhalisa. Sebagai Duta Bahasa, katanya, mereka akan
menyebarkan
pengutamaan bahasa Indonesia
dan memartabatkannya
di kalangan masyarakat Kalteng.
 

Sebagai Duta Bahasa
mereka tak hanya fokus pada Bahasa Indonesia, tetapi juga melestarikan bahasa
daerah dan menguasai bahasa asing. Soal keahlian tiga bahasa itu juga yang
menjadi penilaian di malam penobatan.

Baca Juga :  Kadinkes Sebut Ada Tambahan Pasien Positif Covid-19

Apalagi kebetulan
Norhalisa, anak dari Abdul Rahman dan Jumirah ini, mendapatkan pertanyaan dari
dewan juri mengenai arti dari “Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung.

“Saya
mengatakan makna dari hal tersebut yaitu di mana kita berada
, kita harus menjunjung dan menghargai serta melestarikan
bahasa
atau
budaya yang ada. Misalnya
, seperti saat ini saya berada di
Kalteng,
maka saya harus menjunjung, menghargai
, dan melestarikan bahasa
dan budaya Kalteng,”
ucap mahasiswi Institut Agama Islam Negeri Palangka Raya
ini.

Selama mengikuti ajang
ini, keduanya mendapatkan dukungan penuh dari orang tua. Fazri yang kini
menjadi pribadi lebih percaya diri, bercerita soal dukungan yang diberikan orang
tuanya. Dikatakannya, dukungan itu terlihat jelas saat ia dibantu ayahnya
memikirkan ide untuk unjuk bakat. Sementara Norhalisa, perempuan yang memiliki
segudang prestasi ini, terus berkirim pesan dengan ibunya yang berada jauh di
Kota Buntok, Barsel.

Ketika ditanya mengenai
saingan terberat dalam ajang ini, keduanya kompak menjawab. Semua adalah
saingan berat. Proficiat dan selamat mengemban tugas sebagai Duta Bahasa
Kalteng. Setelah malam penobatan itu, Muhammad Noor Fazri dan Norhalisa mempersiapkan
diri menuju pemilihan Duta Bahasa tingkat nasional di Jakarta pada Agustus
mendatang. (*/ce)

Terpopuler

Artikel Terbaru