26.3 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

27 Persen Balita ke Sekolah dengan Perut Kosong, Dapat Pengaruhi Gizi

Foodbank
of Indonesia (FOI) hari ini (28/10) merilis hasil survei menarik soal gizi dan
asupan makanan pada balita dan anak-anak. Diantaranya adalah sebanyak 27 persen
balita pergi ke sekolah dengan kondisi perut kosong dan tidak makan sampai
siang hari. Bahkan di daerah perkotaan angkanya naik sampai 50 persen.

Kondisi
tersebut tentu berpengaruh pada kondisi gizi balita tersebut. Bunda Pendidikan
Anak Usia Dini (PAUD) sekaligus kader atau relawan FOI Nurholis Sukmawati
menyampaikan semua pihak harus bergerak memberikan gizi atau sarapan ada
anak-anak.

“Banyak
kita jumpai balita atau anak-anak pergi ke sekolah dalam keadaan perut kosong.
Belum sarapan,” katanya dalam bincang media secara virtual Rabu (28/10).
Diantaranya penyebabnya adalah waktu yang mepet. Kemudian kesibukan orang tua.

Baca Juga :  Terlalu Banyak Minum Air Kelapa? Ini 4 Dampak Buruknya

Para
orang tua banyak yang merasa sudah cukup dengan memberikan uang saku. Padahal ketika
anak itu jajan dengan uang saku tersebut, belum tentu makanan yang dibeli
memiliki nutrisi atau kandungan gizi baik. Bisa jadi anak itu membeli jajanan
yang tidak bergizi sama sekali. Menurut dia asupan gizi paling baik tetap
sarapan di rumah.

Lebih
lanjut Nurholis mengatakan dirinya juga tergerak sosialisasi tentang sumber
pangan lokal. Mulai dari kegunaan, kandungan gizi, sampai pengolahan. Menurut
dia tanaman lokal juga menjadi sumber gizi yang baik buat anak-anak. Dia juga
berbagi tips ketika ada anak yang susah makan sayur.

“Saya
sering tekankan supaya minimal dicicipi dahulu,” jelasnya. Dengan begitu otak
menyimpan memori soal rasa sayur tersebut. Sehingga di kemudian hari mulut
tidak langsung tertutup ketika dihadapkan dengan sayur-sayuran.

Baca Juga :  Kaki Bengkak, Perut Membesar, Awas Gangguan Liver

Pendiri
FOI Hendro Utomo menuturkan kebiasaan jajan pada balita atau anak-anak di semua
daerah sama. “Di perkotaan maupun di pedesaan,” katanya. Dia mengatakan gizi
adalah hak anak. Sehingga orang tua tidak cukup hanya memberikan uang saku
saja.

Kemudian
Hendro mengatakan pandemi Covid-19 ini juga berdampak pada gizi anak-anak atau
masyarakat secara umum. Dia bahkan mengatakan bangsa Indonesia berpotensi
kehilangan satu generasi akibat persoalan gizi di tengah pandemi. Untuk itu
urusan asupan gizi harus tetap diperhatikan pada masa pandemi seperti sekarang.

Foodbank
of Indonesia (FOI) hari ini (28/10) merilis hasil survei menarik soal gizi dan
asupan makanan pada balita dan anak-anak. Diantaranya adalah sebanyak 27 persen
balita pergi ke sekolah dengan kondisi perut kosong dan tidak makan sampai
siang hari. Bahkan di daerah perkotaan angkanya naik sampai 50 persen.

Kondisi
tersebut tentu berpengaruh pada kondisi gizi balita tersebut. Bunda Pendidikan
Anak Usia Dini (PAUD) sekaligus kader atau relawan FOI Nurholis Sukmawati
menyampaikan semua pihak harus bergerak memberikan gizi atau sarapan ada
anak-anak.

“Banyak
kita jumpai balita atau anak-anak pergi ke sekolah dalam keadaan perut kosong.
Belum sarapan,” katanya dalam bincang media secara virtual Rabu (28/10).
Diantaranya penyebabnya adalah waktu yang mepet. Kemudian kesibukan orang tua.

Baca Juga :  Terlalu Banyak Minum Air Kelapa? Ini 4 Dampak Buruknya

Para
orang tua banyak yang merasa sudah cukup dengan memberikan uang saku. Padahal ketika
anak itu jajan dengan uang saku tersebut, belum tentu makanan yang dibeli
memiliki nutrisi atau kandungan gizi baik. Bisa jadi anak itu membeli jajanan
yang tidak bergizi sama sekali. Menurut dia asupan gizi paling baik tetap
sarapan di rumah.

Lebih
lanjut Nurholis mengatakan dirinya juga tergerak sosialisasi tentang sumber
pangan lokal. Mulai dari kegunaan, kandungan gizi, sampai pengolahan. Menurut
dia tanaman lokal juga menjadi sumber gizi yang baik buat anak-anak. Dia juga
berbagi tips ketika ada anak yang susah makan sayur.

“Saya
sering tekankan supaya minimal dicicipi dahulu,” jelasnya. Dengan begitu otak
menyimpan memori soal rasa sayur tersebut. Sehingga di kemudian hari mulut
tidak langsung tertutup ketika dihadapkan dengan sayur-sayuran.

Baca Juga :  Kaki Bengkak, Perut Membesar, Awas Gangguan Liver

Pendiri
FOI Hendro Utomo menuturkan kebiasaan jajan pada balita atau anak-anak di semua
daerah sama. “Di perkotaan maupun di pedesaan,” katanya. Dia mengatakan gizi
adalah hak anak. Sehingga orang tua tidak cukup hanya memberikan uang saku
saja.

Kemudian
Hendro mengatakan pandemi Covid-19 ini juga berdampak pada gizi anak-anak atau
masyarakat secara umum. Dia bahkan mengatakan bangsa Indonesia berpotensi
kehilangan satu generasi akibat persoalan gizi di tengah pandemi. Untuk itu
urusan asupan gizi harus tetap diperhatikan pada masa pandemi seperti sekarang.

Terpopuler

Artikel Terbaru