26.3 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Masa Pandemi Covid-19, Pasien Tiroid Tunda Operasi

Masa
pandemi Covid-19, jumlah pasien tiroid yang menjalani operasi tiroid di RSUD dr
Soetomo menurun. Dalam sebulan, setidaknya ada sekitar 10 pasien yang
memutuskan menunda operasi. Padahal, jumlah kasus terus meningkat.

Dokter
spesialis bedah kepala leher RSUD dr Soetomo dr Urip Murtedjo SpB (K) KL
mengatakan, dalam kondisi pandemi setiap individu harus menjaga kesehatan
dengan baik. Tidak terkecuali bagi penderita tiroid. ”Sebenarnya, tidak ada
pengaruhnya antara Covid-19 dan tiroid. Meski begitu, tetap harus menjaga
kesehatan dan mematuhi protokol seperti yang dianjurkan pemerintah,” katanya.

Yang
terpenting dalam pengobatan tiroid di rumah sakit menerapkan protokol
kesehatan. Jika ada kasus yang harus menjalani operasi, serangkaian prosedur
ketat pun dilakukan. Salah satunya, tes swab. ”Di semua rumah sakit sudah
melakukan protokol yang sama,” ucapnya.

Baca Juga :  Khasiat Buah Plum untuk Kesehatan Tubuh

Urip
menyebut, jumlah kasus tiroid saat ini semakin meningkat. Namun, adanya
pembatasan pelaksanaan operasi selama pandemi membuat jumlah pasien yang akan
mengambil tindakan operasi menurun. ”Kamar operasinya ada pembatasan. Jadi,
kami memprioritaskan yang lebih penting,” ujarnya.

Karena
itu, banyak jadwal operasi pasien struma atau kanker tiroid yang akhirnya harus
ditunda. Kadang, justru pasien sendiri yang meminta menunda operasi. ”Mereka
memilih safety. Sebab, mekanisme operasi saat ini sangat berbeda ketika di
situasi normal,” tuturnya.

Di
RSUD dr Soetomo rata-rata ada 10 pasien yang menunda operasi dalam sebulan. Yang
terpenting, lanjut dia, para penderita tiroid saat pandemi harus menjalankan
protokol kesehatan. Minum obat teratur, menghindari makanan kubis dan brokoli,
hindari stres, serta tidak emosional.

Baca Juga :  Akibat Stres, Kondisi Pasien Saluran Cerna Memburuk Selama Pandemi

Urip
menjelaskan, ada beberapa macam kasus tiroid. Pertama, struma atau hanya
kelainan eutiroid (kadar gondoknya normal). Pada umumnya, pasien tidak memiliki
masalah sama sekali. ”Itu disebut struma nodusa nontoksik atau normal,”
tuturnya.

Baca
Juga: Patuhi WHO, Wiku: Tak Ada Rencana Ubah Definisi Kematian Covid-19

Kedua,
ada kasus struma nodusa yang kadar gondoknya rendah atau hipotiroid. Kondisi
tersebut umumnya tidak masalah dalam situasi pandemi. Hipotiroid biasanya
disebabkan gangguan nutrisi.

Kemudian,
ketiga adalah struma hipertiroid atau kadar gondoknya tinggi. Biasanya penyakit
tersebut sering disebut grave disease. Banyak kelainan yang dialami penderita
hipertiroid.

Masa
pandemi Covid-19, jumlah pasien tiroid yang menjalani operasi tiroid di RSUD dr
Soetomo menurun. Dalam sebulan, setidaknya ada sekitar 10 pasien yang
memutuskan menunda operasi. Padahal, jumlah kasus terus meningkat.

Dokter
spesialis bedah kepala leher RSUD dr Soetomo dr Urip Murtedjo SpB (K) KL
mengatakan, dalam kondisi pandemi setiap individu harus menjaga kesehatan
dengan baik. Tidak terkecuali bagi penderita tiroid. ”Sebenarnya, tidak ada
pengaruhnya antara Covid-19 dan tiroid. Meski begitu, tetap harus menjaga
kesehatan dan mematuhi protokol seperti yang dianjurkan pemerintah,” katanya.

Yang
terpenting dalam pengobatan tiroid di rumah sakit menerapkan protokol
kesehatan. Jika ada kasus yang harus menjalani operasi, serangkaian prosedur
ketat pun dilakukan. Salah satunya, tes swab. ”Di semua rumah sakit sudah
melakukan protokol yang sama,” ucapnya.

Baca Juga :  Khasiat Buah Plum untuk Kesehatan Tubuh

Urip
menyebut, jumlah kasus tiroid saat ini semakin meningkat. Namun, adanya
pembatasan pelaksanaan operasi selama pandemi membuat jumlah pasien yang akan
mengambil tindakan operasi menurun. ”Kamar operasinya ada pembatasan. Jadi,
kami memprioritaskan yang lebih penting,” ujarnya.

Karena
itu, banyak jadwal operasi pasien struma atau kanker tiroid yang akhirnya harus
ditunda. Kadang, justru pasien sendiri yang meminta menunda operasi. ”Mereka
memilih safety. Sebab, mekanisme operasi saat ini sangat berbeda ketika di
situasi normal,” tuturnya.

Di
RSUD dr Soetomo rata-rata ada 10 pasien yang menunda operasi dalam sebulan. Yang
terpenting, lanjut dia, para penderita tiroid saat pandemi harus menjalankan
protokol kesehatan. Minum obat teratur, menghindari makanan kubis dan brokoli,
hindari stres, serta tidak emosional.

Baca Juga :  Akibat Stres, Kondisi Pasien Saluran Cerna Memburuk Selama Pandemi

Urip
menjelaskan, ada beberapa macam kasus tiroid. Pertama, struma atau hanya
kelainan eutiroid (kadar gondoknya normal). Pada umumnya, pasien tidak memiliki
masalah sama sekali. ”Itu disebut struma nodusa nontoksik atau normal,”
tuturnya.

Baca
Juga: Patuhi WHO, Wiku: Tak Ada Rencana Ubah Definisi Kematian Covid-19

Kedua,
ada kasus struma nodusa yang kadar gondoknya rendah atau hipotiroid. Kondisi
tersebut umumnya tidak masalah dalam situasi pandemi. Hipotiroid biasanya
disebabkan gangguan nutrisi.

Kemudian,
ketiga adalah struma hipertiroid atau kadar gondoknya tinggi. Biasanya penyakit
tersebut sering disebut grave disease. Banyak kelainan yang dialami penderita
hipertiroid.

Terpopuler

Artikel Terbaru