30 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Batasi Konsumsi Minuman Berkafein agar Tidak Memicu Migrain

Minuman berkafein seperti kopi bisa dinikmati untuk meredakan sakit kepala migrain. Namun di sisi lain jika konsumsinya berlebihan, justru bisa memicu migrain.

Menurut dr. Resthie Rachmanta Putri, M.Epid, dari KlikDokter, migrain didasari oleh pelebaran pembuluh darah di otak, yang mengakibatkan rasa sakit berdenyut. Dikatakannya, kafein punya efek menyempitkan pembuluh darah, sehingga dapat mengurangi nyeri sakit kepala.

Mayoritas penderita migrain tahu apa yang bisa memicu gejalanya. Mulai dari cuaca, kualitas tidur, stres, hormonal, efek samping obat-obatan, olahraga, dan pola makan.

Dilansir dari Medical News Today, American Migraine Foundation melaporkan bahwa beberapa orang mengaku jumlah kecil kafein bisa menghentikan nyeri migrain, sedangkan beberapa lainnya justru mengalami migrain akibat konsumsi secara rutin.

Studi yang baru-baru ini dipublikasikan di jurnal medis “The American Journal of Medicine” mencoba mengungkap teka-teki di balik migrain. Studi yang dilakukan oleh Harvard T. H. Chan School of Public Health, Amerika Serikat, tersebut mencoba meneliti apakah konsumsi kafein berhubungan dengan timbulnya migrain.

Jumlah minuman berkafein yang bisa picu migrain

Tim peneliti merekrut 98 sukarelawan yang kerap mengalami migrain, dengan atau tanpa aura. Partisipan studi tersebut menulis jurnal tiap pagi dan malam selama 6 minggu. Pada jurnal tersebut, mereka mencatat beragam faktor, termasuk olahraga, kafein, konsumsi alkohol, stres, kualitas tidur, dan sakit kepala.

Baca Juga :  Kabar dari WHO: Hewan Peliharaan Tidak Menularkan Virus Corona

Secara spesifik, tim peneliti menanyakan pastisipan tentang total asupan kafein harian dari kopi, teh, minuman bersoda, atau minuman berenergi. Lalu, tim peneliti membandingkan bagaimana kecenderungan partisipan mengalami migrain pada hari mereka mengonsumsi kafein, dan kemungkinan pada hari ketika mereka tidak mengonsumsinya.

Dengan menggunakan model statistik, tim peneliti mengestimasi bawa meminum satu atau dua minuman berkafein tidak mengubah kemungkinan timbulnya migrain pada hari yang sama. Namun, ketika partisipan mengonsumsi tiga atau lebih minuman yang mengandung kafein, kemungkinannya secara signifikan lebih tinggi.

Saat peneliti menganalisis ulang data untuk mengetahui asupan alkohol, stres, kualitas tidur, olahraga, dan siklus menstruasi pada partisipan wanita, hasil yang didapat serupa.

Tim peneliti juga melihat potensi kausalitas terbalik, artinya partisipan mungkin mengonsumsi lebih banyak minuman berkafein untuk meredakan gejala migrain. Meski begitu, data menunjukkan bahwa mereka yang minum tiga atau lebih minuman berkafein, punya kemungkinan lebih tinggi mengalami sakit kepala keesokan harinya. Artinya, jumlah konsumsi kafein tersebut tidak menghentikan migrain.

Meski demikian, studi ini tidak meneliti hubungan non linear antara minuman berkafein dan kemungkinan migrain pada hari yang sama. Ini menunjukkan bahwa asupan minuman berkafein yang terlalu banyak mungkin adalah pemicu migrain pada hari itu. Masih dibutuhkan studi lanjutan yang mengonfirmasi hubungan antara migrain dan kafein.

Baca Juga :  Bolehkah Pasien Kanker Divaksinasi Covid-19, Ini Kata Ahli Onkologi

Batasan konsumsi kafein yang aman

Dokter Resthie juga mengatakan bahwa ada beberapa studi yang menyebut bahwa konsumsi kafein terlalu banyak atau terlalu sering, bisa memunculkan efek rebound.

“Artinya, saat konsumsi kafein dihentikan, justru akan timbul sakit kepala lebih berat dan lebih sering dibandingkan sebelumnya. Agar ini tak terjadi, kafein disarankan untuk dikonsumsi selama 1 atau 2 hari saja saat migrain menyerang,” terangnya.

Melihat sisi baik dan buruk kafein, para peneliti dan praktisi medis merekomendasikan Anda untuk mengonsumsi kafein sebanyak 200-300 mg per hari. Misalnya pada kopi, jumlah tersebut setara dengan 2-3 cangkir.

Ingat, kafein bukan satu-satunya hal yang dapat meredakan migrain. Keluhan juga bisa diatasi dengan istirahat cukup, perbanyak minum air putih, konsumsi makanan bergizi seimbang, dan melakukan aktivitas fisik harian.

Minuman berkafein, misalnya kopi, memang terbukti bisa redakan migrain. Namun, studi mengatakan bahwa lebih dari tiga minuman berkafein mungkin malah bisa memicu migrain. Selain itu, waspadai pula efek samping rebound kafein bisa dirasakan lebih buruk. Prioritaskan pola hidup sehat, istirahat cukup, dan jauhi stres. Jika Anda tak bisa melewati hari tanpa kopi misalnya, hindari konsumsi yang melebihi batas maksimalnya.(RVS/klikdokter)

Minuman berkafein seperti kopi bisa dinikmati untuk meredakan sakit kepala migrain. Namun di sisi lain jika konsumsinya berlebihan, justru bisa memicu migrain.

Menurut dr. Resthie Rachmanta Putri, M.Epid, dari KlikDokter, migrain didasari oleh pelebaran pembuluh darah di otak, yang mengakibatkan rasa sakit berdenyut. Dikatakannya, kafein punya efek menyempitkan pembuluh darah, sehingga dapat mengurangi nyeri sakit kepala.

Mayoritas penderita migrain tahu apa yang bisa memicu gejalanya. Mulai dari cuaca, kualitas tidur, stres, hormonal, efek samping obat-obatan, olahraga, dan pola makan.

Dilansir dari Medical News Today, American Migraine Foundation melaporkan bahwa beberapa orang mengaku jumlah kecil kafein bisa menghentikan nyeri migrain, sedangkan beberapa lainnya justru mengalami migrain akibat konsumsi secara rutin.

Studi yang baru-baru ini dipublikasikan di jurnal medis “The American Journal of Medicine” mencoba mengungkap teka-teki di balik migrain. Studi yang dilakukan oleh Harvard T. H. Chan School of Public Health, Amerika Serikat, tersebut mencoba meneliti apakah konsumsi kafein berhubungan dengan timbulnya migrain.

Jumlah minuman berkafein yang bisa picu migrain

Tim peneliti merekrut 98 sukarelawan yang kerap mengalami migrain, dengan atau tanpa aura. Partisipan studi tersebut menulis jurnal tiap pagi dan malam selama 6 minggu. Pada jurnal tersebut, mereka mencatat beragam faktor, termasuk olahraga, kafein, konsumsi alkohol, stres, kualitas tidur, dan sakit kepala.

Baca Juga :  Kabar dari WHO: Hewan Peliharaan Tidak Menularkan Virus Corona

Secara spesifik, tim peneliti menanyakan pastisipan tentang total asupan kafein harian dari kopi, teh, minuman bersoda, atau minuman berenergi. Lalu, tim peneliti membandingkan bagaimana kecenderungan partisipan mengalami migrain pada hari mereka mengonsumsi kafein, dan kemungkinan pada hari ketika mereka tidak mengonsumsinya.

Dengan menggunakan model statistik, tim peneliti mengestimasi bawa meminum satu atau dua minuman berkafein tidak mengubah kemungkinan timbulnya migrain pada hari yang sama. Namun, ketika partisipan mengonsumsi tiga atau lebih minuman yang mengandung kafein, kemungkinannya secara signifikan lebih tinggi.

Saat peneliti menganalisis ulang data untuk mengetahui asupan alkohol, stres, kualitas tidur, olahraga, dan siklus menstruasi pada partisipan wanita, hasil yang didapat serupa.

Tim peneliti juga melihat potensi kausalitas terbalik, artinya partisipan mungkin mengonsumsi lebih banyak minuman berkafein untuk meredakan gejala migrain. Meski begitu, data menunjukkan bahwa mereka yang minum tiga atau lebih minuman berkafein, punya kemungkinan lebih tinggi mengalami sakit kepala keesokan harinya. Artinya, jumlah konsumsi kafein tersebut tidak menghentikan migrain.

Meski demikian, studi ini tidak meneliti hubungan non linear antara minuman berkafein dan kemungkinan migrain pada hari yang sama. Ini menunjukkan bahwa asupan minuman berkafein yang terlalu banyak mungkin adalah pemicu migrain pada hari itu. Masih dibutuhkan studi lanjutan yang mengonfirmasi hubungan antara migrain dan kafein.

Baca Juga :  Bolehkah Pasien Kanker Divaksinasi Covid-19, Ini Kata Ahli Onkologi

Batasan konsumsi kafein yang aman

Dokter Resthie juga mengatakan bahwa ada beberapa studi yang menyebut bahwa konsumsi kafein terlalu banyak atau terlalu sering, bisa memunculkan efek rebound.

“Artinya, saat konsumsi kafein dihentikan, justru akan timbul sakit kepala lebih berat dan lebih sering dibandingkan sebelumnya. Agar ini tak terjadi, kafein disarankan untuk dikonsumsi selama 1 atau 2 hari saja saat migrain menyerang,” terangnya.

Melihat sisi baik dan buruk kafein, para peneliti dan praktisi medis merekomendasikan Anda untuk mengonsumsi kafein sebanyak 200-300 mg per hari. Misalnya pada kopi, jumlah tersebut setara dengan 2-3 cangkir.

Ingat, kafein bukan satu-satunya hal yang dapat meredakan migrain. Keluhan juga bisa diatasi dengan istirahat cukup, perbanyak minum air putih, konsumsi makanan bergizi seimbang, dan melakukan aktivitas fisik harian.

Minuman berkafein, misalnya kopi, memang terbukti bisa redakan migrain. Namun, studi mengatakan bahwa lebih dari tiga minuman berkafein mungkin malah bisa memicu migrain. Selain itu, waspadai pula efek samping rebound kafein bisa dirasakan lebih buruk. Prioritaskan pola hidup sehat, istirahat cukup, dan jauhi stres. Jika Anda tak bisa melewati hari tanpa kopi misalnya, hindari konsumsi yang melebihi batas maksimalnya.(RVS/klikdokter)

Terpopuler

Artikel Terbaru