30 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Ini Penjelasan Manfaat Plasma Konvalesen Bagi Pasien Covid-19

PROKALTENG.CO – Donor plasma konvalesen makin populer untuk
penyembuhan pasien Covid-19. Terapi ini awalnya disumbangkan oleh para
penyintas Covid-19 yang mendonorkan plasma darahnya.

Donor plasma konvalesen adalah
terapi yang dilakukan dengan memberikan plasma atau bagian darah yang
mengandung antibodi dari orang yang telah sembuh (survivor atau penyintas)
kepada pasien yang sakit.

Wakil Ketua Satgas Penanganan
Covid-19 Sub Bidang Supportif dan Terapi Plasma Konvalesen dr. Linda Lukitari
mengatakan bahwa metode terapi plasma konvalesen dapat memperbaiki sistem
kekebalan tubuh pada orang-orang yang positif virus Korona. Selain itu terapi
ini sangat dibutuhkan mengingat jumlah pasien yang terinfeksi Covid-19 terus
meningkat.

“Meningkatnya kasus Covid-19
membuat tenaga kesehatan mencari-cari pengobatan yang tepat untuk mengatasi
infeksi yang disebabkan oleh virus ini. Dan plasma konvalesen menjadi pilihan.
Mengingat plasma konvalesen dapat memperbaiki sistem kekebalan tubuh pada
orang-orang yang positif virus Korona,” kata dr Linda yang bekerja sama dengan
Perempuan Jenggala untuk menyosialisasikan.

Para pendonor harus melalui
tahapan skrining oleh petugas PMI guna mengetahui perkembangan kesehatan
mereka. Sehingga proses donor dapat berlangsung dengan aman dan sehat.

Plasma konvalesen adalah plasma
darah yang diambil dari pasien yang terdiagnosa Covid-19 dan sudah 14 hari
dinyatakan sembuh dari infeksi Covid-19. Plasma konvalesen diberikan kepada
pasien Covid-19 dengan gejala berat dan mengancam jiwa.

Bekerjasama dengan Palang Merah
Indonesia dan 9 organisasi mitra, Gerakan Donor Darah Perempuan Indonesia
(GDDPI) menggelar acara donor darah reguler dan pre-screening plasma
konvalesen. “Upaya membantu penggalangan plasma konvalesen yang menjadi
alternatif penyembuhan Covid-19. Selain itu donor darah reguler juga bagian
dari men-support Palang Merah Indonesia dalam memenuhi stok darah yang sejak
pandemik berkurang drastis,” kata Ketua Pelaksana GDDPI Vicky W Kartiwa secara
virtual baru-baru ini.

Baca Juga :  Ketahui Manfaat Terapi Alam Bebas untuk Kesehatan Anda

Tingkat kesembuhan pasien
Covid-19 yang menjalani terapi plasma konvalesen terbilang tinggi. Rumah Sakit
Umum Daerah dr Saiful Anwar (biasa disingkat RSSA) Malang, Jawa Timur, telah
meneliti dan membuktikan hal itu. Sejak April lalu tim RSSA Malang melakukan
penelitian terkait terapi plasma konvalesen. Sebulan lalu penelitian tersebut
selesai.

Ketua tim peneliti terapi plasma
konvalesen Dr Putu Moda Arsana SpPD K-EMD FINASIM menjelaskan, selama
penelitian berlangsung, ada 48 pasien positif Covid-19 yang diberi terapi dengan
donor plasma konvalesen.

Hasilnya, untuk pasien dengan
gejala berat, tingkat keberhasilan sembuhnya mencapai 90 persen. Sedangkan
untuk pasien yang kritis, tingkat keberhasilannya adalah 50 persen.

Namun menurut Putu, hingga saat
ini untuk mendapatka pendonor plasma konvaselen masih cukup sulit. Salah satu
penyebabnya adalah calon pendonor harus memenuhi berbagai kriteria. Antara lain
harus dinyatakan sembuh dan negatif Covid-19, memiliki golongan darah yang
cocok dengan resipien atau penerima donor, serta punya antibodi yang tinggi.

Dokter yang juga ketua Konsil
Kedokteran Indonesia (KKI) itu menjelaskan, antibodi yang tinggi ini biasanya
dimiliki seseorang yang saat terkonfirmasi positif Covid-19 memiliki gejala
yang sedang. ”Untuk pasien yang dulunya gejalanya ringan ya bisa saja donor,
tapi antibodinya sedikit,” ujar dia.

Putu menerangkan, selama
penelitian berlangsung, kebanyakan pendonor plasma konvalesen datang dari
tenaga kesehatan. Karena itu, pihaknya berharap masyarakat yang telah sembuh
dari Covid-19 mau mendonorkan antibodinya melalui donor plasma konvalesen.

Baca Juga :  Tensi Tinggi, Waspada Preeklamsia saat Hamil Memasuki Usia 20 Minggu

”Sesuai penelitian tim RSSA,
pasien yang mendonorkan plasmanya, antibodinya akan lebih lama bertahan dalam
tubuh. Jadi, perlindungan pada virus makin bagus,” jelas dia.

Hal itu sama dengan donor darah.
Setelah seseorang mendonorkan darah, tubuhnya akan memproduksi darah lagi.

Berdasar panduan resmi dari Unit
Donor Darah (UDD) Palang Merah Indonesia (PMI) Pusat, donor plasma adalah
pengambilan darah plasma dari penyintas Covid-19. Kemudian, plasma itu
diberikan sebagai terapi kepada pasien Covid-19 yang sedang dirawat.

Syarat untuk bisa donor plasma
konvalesen adalah sudah dinyatakan sembuh dari Covid-19 yang dibuktikan dengan
hasil swab/PCR. Kemudian, kondisi badan harus sehat. Pendonor juga harus bebas
gejala setelah 14 hari sembuh dari Covid-19.

Berat badan pendonor tidak boleh
kurang dari 55 kg, berusia 18–60 tahun, dan disarankan laki-laki. Perempuan
juga bisa menjadi pendonor asalkan belum pernah hamil. Pendonor juga tidak
boleh memiliki penyakit-penyakit yang berat.

Sementara ibu hamil, tidak bisa
mendonorkan plasma karena dikhawatirkan mengandung antibodi anti-HLA dan
anti-HPA dalam tubuhnya.

Para penyintas yang memenuhi
syarat itu bisa menghubungi UDD PMI untuk mengatur jadwal pengambilan plasma
darah.

Satu pendonor biasanya dapat
memberikan 600–800 cc plasma darah, bergantung berat badannya. Satu kantong
darah berisi 200 cc. Artinya, satu pendonor bisa menghasilkan tiga hingga empat
kantong. Rata-rata, satu pasien Covid-19 membutuhkan satu hingga dua kantong.
”Jadi, satu kali donor bisa menyelamatkan sampai tiga nyawa,” jelasnya.

PROKALTENG.CO – Donor plasma konvalesen makin populer untuk
penyembuhan pasien Covid-19. Terapi ini awalnya disumbangkan oleh para
penyintas Covid-19 yang mendonorkan plasma darahnya.

Donor plasma konvalesen adalah
terapi yang dilakukan dengan memberikan plasma atau bagian darah yang
mengandung antibodi dari orang yang telah sembuh (survivor atau penyintas)
kepada pasien yang sakit.

Wakil Ketua Satgas Penanganan
Covid-19 Sub Bidang Supportif dan Terapi Plasma Konvalesen dr. Linda Lukitari
mengatakan bahwa metode terapi plasma konvalesen dapat memperbaiki sistem
kekebalan tubuh pada orang-orang yang positif virus Korona. Selain itu terapi
ini sangat dibutuhkan mengingat jumlah pasien yang terinfeksi Covid-19 terus
meningkat.

“Meningkatnya kasus Covid-19
membuat tenaga kesehatan mencari-cari pengobatan yang tepat untuk mengatasi
infeksi yang disebabkan oleh virus ini. Dan plasma konvalesen menjadi pilihan.
Mengingat plasma konvalesen dapat memperbaiki sistem kekebalan tubuh pada
orang-orang yang positif virus Korona,” kata dr Linda yang bekerja sama dengan
Perempuan Jenggala untuk menyosialisasikan.

Para pendonor harus melalui
tahapan skrining oleh petugas PMI guna mengetahui perkembangan kesehatan
mereka. Sehingga proses donor dapat berlangsung dengan aman dan sehat.

Plasma konvalesen adalah plasma
darah yang diambil dari pasien yang terdiagnosa Covid-19 dan sudah 14 hari
dinyatakan sembuh dari infeksi Covid-19. Plasma konvalesen diberikan kepada
pasien Covid-19 dengan gejala berat dan mengancam jiwa.

Bekerjasama dengan Palang Merah
Indonesia dan 9 organisasi mitra, Gerakan Donor Darah Perempuan Indonesia
(GDDPI) menggelar acara donor darah reguler dan pre-screening plasma
konvalesen. “Upaya membantu penggalangan plasma konvalesen yang menjadi
alternatif penyembuhan Covid-19. Selain itu donor darah reguler juga bagian
dari men-support Palang Merah Indonesia dalam memenuhi stok darah yang sejak
pandemik berkurang drastis,” kata Ketua Pelaksana GDDPI Vicky W Kartiwa secara
virtual baru-baru ini.

Baca Juga :  Ketahui Manfaat Terapi Alam Bebas untuk Kesehatan Anda

Tingkat kesembuhan pasien
Covid-19 yang menjalani terapi plasma konvalesen terbilang tinggi. Rumah Sakit
Umum Daerah dr Saiful Anwar (biasa disingkat RSSA) Malang, Jawa Timur, telah
meneliti dan membuktikan hal itu. Sejak April lalu tim RSSA Malang melakukan
penelitian terkait terapi plasma konvalesen. Sebulan lalu penelitian tersebut
selesai.

Ketua tim peneliti terapi plasma
konvalesen Dr Putu Moda Arsana SpPD K-EMD FINASIM menjelaskan, selama
penelitian berlangsung, ada 48 pasien positif Covid-19 yang diberi terapi dengan
donor plasma konvalesen.

Hasilnya, untuk pasien dengan
gejala berat, tingkat keberhasilan sembuhnya mencapai 90 persen. Sedangkan
untuk pasien yang kritis, tingkat keberhasilannya adalah 50 persen.

Namun menurut Putu, hingga saat
ini untuk mendapatka pendonor plasma konvaselen masih cukup sulit. Salah satu
penyebabnya adalah calon pendonor harus memenuhi berbagai kriteria. Antara lain
harus dinyatakan sembuh dan negatif Covid-19, memiliki golongan darah yang
cocok dengan resipien atau penerima donor, serta punya antibodi yang tinggi.

Dokter yang juga ketua Konsil
Kedokteran Indonesia (KKI) itu menjelaskan, antibodi yang tinggi ini biasanya
dimiliki seseorang yang saat terkonfirmasi positif Covid-19 memiliki gejala
yang sedang. ”Untuk pasien yang dulunya gejalanya ringan ya bisa saja donor,
tapi antibodinya sedikit,” ujar dia.

Putu menerangkan, selama
penelitian berlangsung, kebanyakan pendonor plasma konvalesen datang dari
tenaga kesehatan. Karena itu, pihaknya berharap masyarakat yang telah sembuh
dari Covid-19 mau mendonorkan antibodinya melalui donor plasma konvalesen.

Baca Juga :  Tensi Tinggi, Waspada Preeklamsia saat Hamil Memasuki Usia 20 Minggu

”Sesuai penelitian tim RSSA,
pasien yang mendonorkan plasmanya, antibodinya akan lebih lama bertahan dalam
tubuh. Jadi, perlindungan pada virus makin bagus,” jelas dia.

Hal itu sama dengan donor darah.
Setelah seseorang mendonorkan darah, tubuhnya akan memproduksi darah lagi.

Berdasar panduan resmi dari Unit
Donor Darah (UDD) Palang Merah Indonesia (PMI) Pusat, donor plasma adalah
pengambilan darah plasma dari penyintas Covid-19. Kemudian, plasma itu
diberikan sebagai terapi kepada pasien Covid-19 yang sedang dirawat.

Syarat untuk bisa donor plasma
konvalesen adalah sudah dinyatakan sembuh dari Covid-19 yang dibuktikan dengan
hasil swab/PCR. Kemudian, kondisi badan harus sehat. Pendonor juga harus bebas
gejala setelah 14 hari sembuh dari Covid-19.

Berat badan pendonor tidak boleh
kurang dari 55 kg, berusia 18–60 tahun, dan disarankan laki-laki. Perempuan
juga bisa menjadi pendonor asalkan belum pernah hamil. Pendonor juga tidak
boleh memiliki penyakit-penyakit yang berat.

Sementara ibu hamil, tidak bisa
mendonorkan plasma karena dikhawatirkan mengandung antibodi anti-HLA dan
anti-HPA dalam tubuhnya.

Para penyintas yang memenuhi
syarat itu bisa menghubungi UDD PMI untuk mengatur jadwal pengambilan plasma
darah.

Satu pendonor biasanya dapat
memberikan 600–800 cc plasma darah, bergantung berat badannya. Satu kantong
darah berisi 200 cc. Artinya, satu pendonor bisa menghasilkan tiga hingga empat
kantong. Rata-rata, satu pasien Covid-19 membutuhkan satu hingga dua kantong.
”Jadi, satu kali donor bisa menyelamatkan sampai tiga nyawa,” jelasnya.

Terpopuler

Artikel Terbaru