28.9 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Covid-19 Punya Efek Jangka Panjang

EFEK jangka
panjang yang dialami penyintas Covid-19 ternyata bisa memengaruhi sejumlah
organ tubuh. Salah satunya paru-paru. Sehingga ketika pasien sudah dinyatakan
sembuh, sejumlah penyintas masih mengeluhkan gejala lainnya.

Hal itu diketahui
dengan alat teknologi pemindaian mutakhir yang telah menemukan hubungan antara
Covid-19 dan kerusakan paru-paru tiga bulan setelah pulih dari kondisi
tersebut. Sebuah uji coba, yang melibatkan 10 orang berusia antara 19 dan 69
tahun dengan teknik pemindaian perintis. Lalu dilakukan untuk menentukan apakah
kondisi tersebut berdampak pada paru-paru setelah orang tersebut pulih.

Dilansir dari
diabetes.co.uk, Rabu (16/12), tiga bulan setelah terserang virus Korona, 8 dari
10 partisipan masih mengalami sesak napas dan kelelahan meski belum ada yang
dirawat intensif. Selain itu, pemindaian konvensional tidak menemukan masalah
pada paru-paru mereka.

Jadi, tim dari
Universitas Oxford dan Universitas Sheffield memutuskan untuk menggunakan gas
xenon hiperpolarisasi dengan pemindaian MRI untuk mengidentifikasi dampak pada
fungsi paru-paru, menjadi yang pertama di Eropa yang mencoba metode ini.
Pendekatan dengan teknologi terbaru itu berhasil dan benar-benar mengungkap
masalah pada mereka yang masih mengalami gejala.

Baca Juga :  Covid-19 itu Penipu Ulung, Virusnya Bisa Nempel di Saluran Pencernaan

Alat itu bekerja dengan
menyoroti area di mana udara tidak mengalir dengan mudah ke dalam darah
sehingga menunjukkan kerusakan organ. Uji coba yang lebih besar untuk
menyelidiki penelitian lebih lanjut temuan tersebut sekarang sedang
direncanakan.

“Kami mungkin
mendapatkan gambaran tentang mengapa beberapa pasien memiliki gejala setelah
mereka meninggalkan rumah sakit,” kata Peneliti utama Profesor Fergus Gleeson,
Konsultan Radiologi di Rumah Sakit Universitas Oxford NHS Foundation Trust dan
Kepala Radiologi Akademik Universitas Oxford.

 

“Ini dapat membantu
kami mengidentifikasi pasien yang mungkin mendapat manfaat dari pengobatan
bahkan setelah sembuh misalnya dengan steroid atau terapi lain,” tambahnya.

Kepala Pencitraan dan
Profesor Riset NIHR untuk Fisika Resonansi Magnetik di Universitas Sheffield
Profesor Jim Wild mengatakan MRI xenon hiperpolaris menawarkan cara unik untuk
melihat gangguan pencitraan pada pengambilan oksigen di paru-paru yang
disebabkan oleh infeksi Covid-19 dan efek sampingnya. Peneliti berharap temuan itu
dapat membantu memahami gangguan pada paru-paru terkait Covid-19.

Baca Juga :  Jerman Mulai Studi Antibodi Covid-19 dengan 34.000 sukarelawan

“Temuan ini dapat
menjelaskan mengapa beberapa orang terus mengalami kelelahan ekstrim dan sesak
napas berbulan-bulan setelah sembuh dari Covid-19,” katanya.

Uji coba tersebut didanai oleh National
Consortium of Intelligent Medical Imaging (NCIMI). Chief Executive Officer
NCIMI dr. Claire Bloomfield menjelaskan temuan itu penting untuk memahami lebih
banyak tentang dampak jangka panjang Covid-19, untuk memastikan pasien bisa
mendapatkan terapi terbaik.

EFEK jangka
panjang yang dialami penyintas Covid-19 ternyata bisa memengaruhi sejumlah
organ tubuh. Salah satunya paru-paru. Sehingga ketika pasien sudah dinyatakan
sembuh, sejumlah penyintas masih mengeluhkan gejala lainnya.

Hal itu diketahui
dengan alat teknologi pemindaian mutakhir yang telah menemukan hubungan antara
Covid-19 dan kerusakan paru-paru tiga bulan setelah pulih dari kondisi
tersebut. Sebuah uji coba, yang melibatkan 10 orang berusia antara 19 dan 69
tahun dengan teknik pemindaian perintis. Lalu dilakukan untuk menentukan apakah
kondisi tersebut berdampak pada paru-paru setelah orang tersebut pulih.

Dilansir dari
diabetes.co.uk, Rabu (16/12), tiga bulan setelah terserang virus Korona, 8 dari
10 partisipan masih mengalami sesak napas dan kelelahan meski belum ada yang
dirawat intensif. Selain itu, pemindaian konvensional tidak menemukan masalah
pada paru-paru mereka.

Jadi, tim dari
Universitas Oxford dan Universitas Sheffield memutuskan untuk menggunakan gas
xenon hiperpolarisasi dengan pemindaian MRI untuk mengidentifikasi dampak pada
fungsi paru-paru, menjadi yang pertama di Eropa yang mencoba metode ini.
Pendekatan dengan teknologi terbaru itu berhasil dan benar-benar mengungkap
masalah pada mereka yang masih mengalami gejala.

Baca Juga :  Covid-19 itu Penipu Ulung, Virusnya Bisa Nempel di Saluran Pencernaan

Alat itu bekerja dengan
menyoroti area di mana udara tidak mengalir dengan mudah ke dalam darah
sehingga menunjukkan kerusakan organ. Uji coba yang lebih besar untuk
menyelidiki penelitian lebih lanjut temuan tersebut sekarang sedang
direncanakan.

“Kami mungkin
mendapatkan gambaran tentang mengapa beberapa pasien memiliki gejala setelah
mereka meninggalkan rumah sakit,” kata Peneliti utama Profesor Fergus Gleeson,
Konsultan Radiologi di Rumah Sakit Universitas Oxford NHS Foundation Trust dan
Kepala Radiologi Akademik Universitas Oxford.

 

“Ini dapat membantu
kami mengidentifikasi pasien yang mungkin mendapat manfaat dari pengobatan
bahkan setelah sembuh misalnya dengan steroid atau terapi lain,” tambahnya.

Kepala Pencitraan dan
Profesor Riset NIHR untuk Fisika Resonansi Magnetik di Universitas Sheffield
Profesor Jim Wild mengatakan MRI xenon hiperpolaris menawarkan cara unik untuk
melihat gangguan pencitraan pada pengambilan oksigen di paru-paru yang
disebabkan oleh infeksi Covid-19 dan efek sampingnya. Peneliti berharap temuan itu
dapat membantu memahami gangguan pada paru-paru terkait Covid-19.

Baca Juga :  Jerman Mulai Studi Antibodi Covid-19 dengan 34.000 sukarelawan

“Temuan ini dapat
menjelaskan mengapa beberapa orang terus mengalami kelelahan ekstrim dan sesak
napas berbulan-bulan setelah sembuh dari Covid-19,” katanya.

Uji coba tersebut didanai oleh National
Consortium of Intelligent Medical Imaging (NCIMI). Chief Executive Officer
NCIMI dr. Claire Bloomfield menjelaskan temuan itu penting untuk memahami lebih
banyak tentang dampak jangka panjang Covid-19, untuk memastikan pasien bisa
mendapatkan terapi terbaik.

Terpopuler

Artikel Terbaru