31.7 C
Jakarta
Saturday, April 27, 2024

Protokol Kesehatan Bisa Bikin Pengeluaran Klub Membengkak

PSSI belum memutuskan kapan kompetisi
berlanjut dan bagaimana formatnya. Namun, jika kompetisi berlanjut, protokol
kesehatan yang ketat akan diterapkan. Protokol kesehatan itulah yang bakal
memakan anggaran cukup besar. Hal tersebut berpotensi memicu pembengkakan biaya
operasional klub dalam setiap pertandingan. Itu pula yang dirasakan manajemen
Persela Lamongan.

’’Melihat
konsep yang sudah kita terima, tentu memakan biaya yang tidak sedikit di setiap
pertandingan,’’ tutur Manajer Persela Edy Yunan Achmadi kepada Jawa Pos Radar
Lamongan kemarin (10/6).

Salah satu
anggaran terbesar adalah kewajiban seluruh pelatih, pemain, dan personel tim
untuk melakukan rapid test seminggu sekali. Padahal, biaya rapid test untuk
satu orang lebih dari Rp 300 ribu.

Baca Juga :  Jika Ingin Kembali Hadapi Khabib, McGregor Harus Penuhi Syarat Ini

’’Ada sekitar
31 pertandingan yang masih harus dimainkan. Jadi, biaya yang dikeluarkan tentu
cukup besar,’’ ujar pria yang juga menjabat Kabag Pembangunan Pemkab Lamongan
tersebut.

Selain
itu, manajemen klub berjuluk Laskar Joko Tingkir tersebut harus mempersiapkan sejumlah
perlengkapan sesuai dengan protokol yang dibuat PSSI. Karena itu, beban
operasional klub bakal membengkak. ’’Jadi, perlu ada pembahasan lebih lanjut
sehingga klub tidak terlalu terbebani,’’ ucap Yunan.

Apalagi,
manajemen Persela kini tidak memiliki pemasukan sama sekali. Ketika laga
ditunda, tidak ada pemasukan dari penjualan tiket maupun sponsor. Bahkan,
pengurus tim biru muda itu kelimpungan mencari pinjaman untuk penggajian.
Hingga akhirnya tertutupi ketika dana kontribusi dari PT Liga Indonesia Baru
(LIB) cair bulan lalu. ’’Belum lagi gaji pelatih, pemain, dan ofisial masih
berjalan,’’ katanya.

Baca Juga :  Kisruh Musorprovlub KONI Kalteng, Sancho Resmi Ajukan Gugatan ke BAORI

Meski
begitu, Yunan mengaku bahwa draf protokol kesehatan saat kompetisi lalu hanya
sebagai gambaran awal untuk klub. Dia berharap ada diskusi untuk mematangkan
seluruhnya. ’’Kemarin kan masih konsep awal. Jadi, perlu ada pembahasan lebih
lanjut untuk mematangkan,’’ ujarnya.

Yunan
menjelaskan, biaya protokol kesehatan belum dibicarakan di internal pengurus.
Sebab, hingga kini belum ada keputusan resmi dari PSSI terkait dengan kepastian
bergulirnya kembali kompetisi Liga 1. ’’Kita tunggu keputusan resminya dulu,
baru bisa melangkah lebih lanjut,’’ katanya.

PSSI belum memutuskan kapan kompetisi
berlanjut dan bagaimana formatnya. Namun, jika kompetisi berlanjut, protokol
kesehatan yang ketat akan diterapkan. Protokol kesehatan itulah yang bakal
memakan anggaran cukup besar. Hal tersebut berpotensi memicu pembengkakan biaya
operasional klub dalam setiap pertandingan. Itu pula yang dirasakan manajemen
Persela Lamongan.

’’Melihat
konsep yang sudah kita terima, tentu memakan biaya yang tidak sedikit di setiap
pertandingan,’’ tutur Manajer Persela Edy Yunan Achmadi kepada Jawa Pos Radar
Lamongan kemarin (10/6).

Salah satu
anggaran terbesar adalah kewajiban seluruh pelatih, pemain, dan personel tim
untuk melakukan rapid test seminggu sekali. Padahal, biaya rapid test untuk
satu orang lebih dari Rp 300 ribu.

Baca Juga :  Jika Ingin Kembali Hadapi Khabib, McGregor Harus Penuhi Syarat Ini

’’Ada sekitar
31 pertandingan yang masih harus dimainkan. Jadi, biaya yang dikeluarkan tentu
cukup besar,’’ ujar pria yang juga menjabat Kabag Pembangunan Pemkab Lamongan
tersebut.

Selain
itu, manajemen klub berjuluk Laskar Joko Tingkir tersebut harus mempersiapkan sejumlah
perlengkapan sesuai dengan protokol yang dibuat PSSI. Karena itu, beban
operasional klub bakal membengkak. ’’Jadi, perlu ada pembahasan lebih lanjut
sehingga klub tidak terlalu terbebani,’’ ucap Yunan.

Apalagi,
manajemen Persela kini tidak memiliki pemasukan sama sekali. Ketika laga
ditunda, tidak ada pemasukan dari penjualan tiket maupun sponsor. Bahkan,
pengurus tim biru muda itu kelimpungan mencari pinjaman untuk penggajian.
Hingga akhirnya tertutupi ketika dana kontribusi dari PT Liga Indonesia Baru
(LIB) cair bulan lalu. ’’Belum lagi gaji pelatih, pemain, dan ofisial masih
berjalan,’’ katanya.

Baca Juga :  Kisruh Musorprovlub KONI Kalteng, Sancho Resmi Ajukan Gugatan ke BAORI

Meski
begitu, Yunan mengaku bahwa draf protokol kesehatan saat kompetisi lalu hanya
sebagai gambaran awal untuk klub. Dia berharap ada diskusi untuk mematangkan
seluruhnya. ’’Kemarin kan masih konsep awal. Jadi, perlu ada pembahasan lebih
lanjut untuk mematangkan,’’ ujarnya.

Yunan
menjelaskan, biaya protokol kesehatan belum dibicarakan di internal pengurus.
Sebab, hingga kini belum ada keputusan resmi dari PSSI terkait dengan kepastian
bergulirnya kembali kompetisi Liga 1. ’’Kita tunggu keputusan resminya dulu,
baru bisa melangkah lebih lanjut,’’ katanya.

Terpopuler

Artikel Terbaru