26.3 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Pernah Raih Emas Cabor Boccia, Tahun Depan ke Eropa

Terlahir menjadi
penyandang disabilitas, bukan berarti statusnya dibeda-bedakan. Meski terkadang
kaum disabilitas terlihat berbeda, mereka juga memiliki keunggulan layaknya manusia
normal pada umumnya.

 

 

ANISA B WAHDAH, Palangka
Raya

 

SIAPA yang tidak
bangga memiliki buah hati yang membanggakan. Siapa yang tidak bahagia melihat
anaknya sukses? Tentunya semua orang tua menginginkan buah hati tumbuh menjadi
sosok yang membanggakan, bukan hanya untuk keluarga, tapi juga menjadi kebanggaan
orang banyak.

Faranisa Puput Citra
merupakan difabel yang masih berusia 15 tahun. Meski usianya terbilang muda,
tapi ia telah mampu mengharumkan nama Kalteng di tingkat nasional. Puput –panggilan
akrabnya– pada Agustus lalu berhasil menyabet medali emas tingkat nasional. Ia
pun dipercayakan untuk mewakili Indonesia untuk kejuaraan internasional yang
akan digelar di Jerman. Kemungkinan akan berlangsung pada 2020 mendatang.

Sebagai tunagrahita
bukan berarti ia tak bisa meraih kesuksesan. Kemampuannya dalam berolahraga
ternyata menjadi keistimewaannya. Puput terkenal jago di cabang olahraga (cabor)
boccia. Cabor ini merupakan olahraga ketepatan yang didesain untuk penyandang
disabilitas celebral palsy.

“Nama saya Puput, rumah
saya di Jalan Kencana I, Rajawali, Kota Palangka Raya,” ucapnya penuh semangat
menjawab pertanyaan dari beberapa awak media.

Puput terkenal sebagai
difabel yang periang. Ia memiliki cita-cita dan harapan ke depan. Kekurangan
yang dimilikinya tak membuatnya minder.

Baca Juga :  Diikuti Ratusan Peserta, Tim Asal Kobar dan Palangka Raya Bakal Wakili

“Puput kelas 2 SMP di
SLBN 2 Palangka Raya. Puput suka main play
station,”
jawabnya dengan tertawa.

Gadis kelahiran 8
September 2004 ini memiliki cita-cita layaknya anak-anak pada umumnya. Ia
(puput, red) ingin menjadi polisi seperti kakaknya.

“Cita-cita ingin
menjadi polisi seperti abang, karena jadi polisi itu cakep,” ucapnya lagi.

Puput juga bercerita
bahwa ia pernah menyabet medali emas dalam pertandingan bola boccia tingkat
nasional. “Alhamdulillah, Puput hebat. Semoga dapat uang yang banyak buat beli
mobil sport,” katanya.

Sementara, sebagai
orang tua, Roro Candra Wulan Setyowati Marheni tidak merasa kesulitan selama 15
tahun merawat putri kesayangannya itu. Sejak lahir hingga saat ini, Puput tumbuh
menjadi putri yang pintar.

“Saya tidak pernah membedakan
antara kedua anak saya. Bagi saya, Puput sama saja dengan yang lainnya, dia
pintar,” kata Wulan saat dibincangi Kalteng Pos.

“Puput sayang mama,”
tiba-tiba Puput mencium pipi kanan ibunya. Seolah-olah membenarkan yang
dikatakan ibunya, sekaligus membuktikan kasih sayang ibunya tidak hanya
dikatakan kepada media, tetapi memang ia (Puput, red) rasakan setiap hari.

Sungguh momen yang
mengharukan. Tak hanya sekali. Beberapa kali Puput mencium ibunya di tengah-tengah
perbincangan dengan media.

Baca Juga :  UNGGUL KUALITAS

Pada dasarnya Wulan sudah
mengetahui kondisi Puput selama putrinya masih di dalam kandungan. Berawal dari
pendarahan yang dialami Wulan saat mengandung Puput. Dua kali masuk rumah sakit
(RS) demi mencoba mempertahankan kandungannya itu, meskipun ia sebenarnya tahu
kondisi janin yang dikandungnya.

“Kami sudah dua kali
mencoba mempertahankan kandungan agar janin kami tetap lahir. Saat kandungan berusia
tujuh bulan, berat Puput sudah mencapai 3,5 kilogram. Karena itu dokter terpaksa
melakukan operasi sesar,” beber Wulan.

Ditambahkan Wulan, ia
pernah menyekolahkan putrinya itu di sekolah umum. Akan tetapi, para guru
mengaku kewalahan mendidik Puput. Semenjak dipindahkan ke SLBN 2 Palangka Raya,
pendidikan Puput berjalan lancar. Segala kebutuhan putrinya terpenuhi di
sekolah itu. Sebagai contoh, sekolah menyediakan fasilitas latihan untuk Puput
jelang lomba boccia di Jerman tahun depan.

Sementara itu, Kepala
Dinas Sosial (Dinsos) Kalteng Suhaemi mengaku, sebanyak 2.822 difabel yang
sudah di-input. Sementara, 7.730 belum di-input. Selama ini, lanjutnya, pihaknya
sudah melakukan berbagai pembinaan kepada difabel yang dinilai masih memiliki
kemampuan untuk mengembangkan bakat.

“Bagi difabel yang masih memiliki kemampuan
bekerja, diberikan modal usaha ekonomi produktif (UEP). Terkecuali bagi difabel
total, dibantu secara keseluruhan,” pungkasnya. (abw/ce/ram)

Terlahir menjadi
penyandang disabilitas, bukan berarti statusnya dibeda-bedakan. Meski terkadang
kaum disabilitas terlihat berbeda, mereka juga memiliki keunggulan layaknya manusia
normal pada umumnya.

 

 

ANISA B WAHDAH, Palangka
Raya

 

SIAPA yang tidak
bangga memiliki buah hati yang membanggakan. Siapa yang tidak bahagia melihat
anaknya sukses? Tentunya semua orang tua menginginkan buah hati tumbuh menjadi
sosok yang membanggakan, bukan hanya untuk keluarga, tapi juga menjadi kebanggaan
orang banyak.

Faranisa Puput Citra
merupakan difabel yang masih berusia 15 tahun. Meski usianya terbilang muda,
tapi ia telah mampu mengharumkan nama Kalteng di tingkat nasional. Puput –panggilan
akrabnya– pada Agustus lalu berhasil menyabet medali emas tingkat nasional. Ia
pun dipercayakan untuk mewakili Indonesia untuk kejuaraan internasional yang
akan digelar di Jerman. Kemungkinan akan berlangsung pada 2020 mendatang.

Sebagai tunagrahita
bukan berarti ia tak bisa meraih kesuksesan. Kemampuannya dalam berolahraga
ternyata menjadi keistimewaannya. Puput terkenal jago di cabang olahraga (cabor)
boccia. Cabor ini merupakan olahraga ketepatan yang didesain untuk penyandang
disabilitas celebral palsy.

“Nama saya Puput, rumah
saya di Jalan Kencana I, Rajawali, Kota Palangka Raya,” ucapnya penuh semangat
menjawab pertanyaan dari beberapa awak media.

Puput terkenal sebagai
difabel yang periang. Ia memiliki cita-cita dan harapan ke depan. Kekurangan
yang dimilikinya tak membuatnya minder.

Baca Juga :  Diikuti Ratusan Peserta, Tim Asal Kobar dan Palangka Raya Bakal Wakili

“Puput kelas 2 SMP di
SLBN 2 Palangka Raya. Puput suka main play
station,”
jawabnya dengan tertawa.

Gadis kelahiran 8
September 2004 ini memiliki cita-cita layaknya anak-anak pada umumnya. Ia
(puput, red) ingin menjadi polisi seperti kakaknya.

“Cita-cita ingin
menjadi polisi seperti abang, karena jadi polisi itu cakep,” ucapnya lagi.

Puput juga bercerita
bahwa ia pernah menyabet medali emas dalam pertandingan bola boccia tingkat
nasional. “Alhamdulillah, Puput hebat. Semoga dapat uang yang banyak buat beli
mobil sport,” katanya.

Sementara, sebagai
orang tua, Roro Candra Wulan Setyowati Marheni tidak merasa kesulitan selama 15
tahun merawat putri kesayangannya itu. Sejak lahir hingga saat ini, Puput tumbuh
menjadi putri yang pintar.

“Saya tidak pernah membedakan
antara kedua anak saya. Bagi saya, Puput sama saja dengan yang lainnya, dia
pintar,” kata Wulan saat dibincangi Kalteng Pos.

“Puput sayang mama,”
tiba-tiba Puput mencium pipi kanan ibunya. Seolah-olah membenarkan yang
dikatakan ibunya, sekaligus membuktikan kasih sayang ibunya tidak hanya
dikatakan kepada media, tetapi memang ia (Puput, red) rasakan setiap hari.

Sungguh momen yang
mengharukan. Tak hanya sekali. Beberapa kali Puput mencium ibunya di tengah-tengah
perbincangan dengan media.

Baca Juga :  UNGGUL KUALITAS

Pada dasarnya Wulan sudah
mengetahui kondisi Puput selama putrinya masih di dalam kandungan. Berawal dari
pendarahan yang dialami Wulan saat mengandung Puput. Dua kali masuk rumah sakit
(RS) demi mencoba mempertahankan kandungannya itu, meskipun ia sebenarnya tahu
kondisi janin yang dikandungnya.

“Kami sudah dua kali
mencoba mempertahankan kandungan agar janin kami tetap lahir. Saat kandungan berusia
tujuh bulan, berat Puput sudah mencapai 3,5 kilogram. Karena itu dokter terpaksa
melakukan operasi sesar,” beber Wulan.

Ditambahkan Wulan, ia
pernah menyekolahkan putrinya itu di sekolah umum. Akan tetapi, para guru
mengaku kewalahan mendidik Puput. Semenjak dipindahkan ke SLBN 2 Palangka Raya,
pendidikan Puput berjalan lancar. Segala kebutuhan putrinya terpenuhi di
sekolah itu. Sebagai contoh, sekolah menyediakan fasilitas latihan untuk Puput
jelang lomba boccia di Jerman tahun depan.

Sementara itu, Kepala
Dinas Sosial (Dinsos) Kalteng Suhaemi mengaku, sebanyak 2.822 difabel yang
sudah di-input. Sementara, 7.730 belum di-input. Selama ini, lanjutnya, pihaknya
sudah melakukan berbagai pembinaan kepada difabel yang dinilai masih memiliki
kemampuan untuk mengembangkan bakat.

“Bagi difabel yang masih memiliki kemampuan
bekerja, diberikan modal usaha ekonomi produktif (UEP). Terkecuali bagi difabel
total, dibantu secara keseluruhan,” pungkasnya. (abw/ce/ram)

Terpopuler

Artikel Terbaru