33.8 C
Jakarta
Monday, April 29, 2024

Pemerintah Dorong Pelaku Usaha Buka Pasar di Cina

JAKARTA – Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan (Kemendag)
mendorong pelaku usaha untuk membuka pasar di Cina. Hal ini terkait neraca
perdagangan Indonesia terhadap Cina defisit cukup lebar, yakni senilai 18,4
triliun dolar Amerika Serikat (AS).

Direktur Kerja Sama Pengembangan
Ekspor Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN), Marolop
Nainggolan menagertkan hingga akhir tahun 2019 pelaku usaha mampu melakukan
transaksi dagang dengan Cina di atas 18 miliar dolar AS.

“Kita harus mengejar adanya gap
yang cukup lebar sebesar 18 miliar dolar AS. Harus dikejar bagaimanapu caranya
harus bisa lebih dari 18 miliar dolar AS dari perdagangan di tahun 2019,” ujar
dia di Jakarta, kemarin (11/7).

Karenanya, lanjut Marolop, pelaku
usaha harus memanfaatkan peluang pada pameran Cina-ASEAN Expo (CAEXPO) yang
akan digelar dalam waktu dekat ini di negaranya. “Pelaku usaha bisa
berbondong-bondong ikut expo ini,” kata Marolop.

Adapun kata Marolop, potensi
produk-produk yang disukai oleh negeri tirai bambu itu mulai dari minuman
herbal seperti jamu hingga obat gosok.

“Pasar Tingkok menyukai produk
kita. Terutama makanan-minuman, produk kesehatan, obat-gosok, dan minuman
herbal,” ucap dia.

Baca Juga :  Banjir di Kalsel Belum Ganggu Harga Kebutuhan Pokok di Palangka Raya

Marolop menjelaskan, saat ini
kesadaran masyarakat Cina terhadap kesehatan terbilang tinggi. Artinya jika
produk-produk kesehatan Indonesia dijual di sana, pasti akan laris manis.

“Masyarakat Tiongkok itu lebih
memperhatikan kesehatan. Kesehatan tubuh sangat diperlukan oleh konsumen
Tiongkok. Saya kira ini bisa jadi salah satu pasar yang cukup besar untuk kita
dengan produk-produk itu,” ungkap dia.

Direktur Pengembangan Pasar dan
Informasi Ekspor Ditjen PEN, Iriana Trimurty Ryacudu menambahkan, dalam expo
yang bakal digelar di Cina itu Indonesia mendapatkan keistimewaan atau lebih
diutamakan dibandingkan negara lainnya.

Untuk itu, dia meminta para
pengusaha Indonesia untuk memasarkan produk-produk-produk ritel yang bisa
menguntungkan secara jangka panjang. “Dengan begitu, neraca perdagangan kita
tidak tidak terjadi defisit, gap yang terlalu lebar dengan Cina,” kata Iriana.

Mengenai siapa saja pengusaha
Indonesia yang akan ikut dalam pameran tersebut. Iriana enggan membocorkannya.

“Nama perusahaannya belum boleh
diberikan, tapi dari berbagai sektor, makanan-minuman, furniture, ada 5 zona,
ada fashion dan aksesoris, ada food and beverage, spa dan herbal, hampir
semua,” ujarnya.

Baca Juga :  OJK Larang Lembaga Keuangan Fasilitasi Kripto

Terpisah, Institute for
Development of Economics and Finance (Indef), Nailul Huda mengatakan, dengan
sisa waktu enam bulan ke depan tidak mudah Indonesia mencapai target transaksi
sebesar 18 miliar dolar AS.

“Saya kira bukan perkara mudah
bagi pemerintah untuk mengekspor produk ke Cina sebesar 18 miliar dolar AS
dalam waktu 6 bulan ke depan,” ujar Huda kepada Fajar Indonesia Network (FIN),
kemarin (11/7).

Namun, menurut Huda, tidak
mustahil akan tercapai target. Mengingat Indonesia dan Cina merupakan mitra
dagang yang saling ketergantungan.

“Tapi hal tersebut juga tidak
mustahil karena Cina merupakan mitra dagang utama Indonesia,” ucap Huda.

Selain itu, saran Huda, Indonesia
harus pandai melihat peluang dari adanya perang dagang Cina-AS yang bisa
memberikan kesempatan produk Indonesia masuk ke China.

“Bukan hanya jamu dan obat gosok
tapi komoditas lainnya diharapkan bisa memberikan nilai ekspor ke Indonesia,”
pungkas Huda. (din/fin/kpc)

JAKARTA – Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan (Kemendag)
mendorong pelaku usaha untuk membuka pasar di Cina. Hal ini terkait neraca
perdagangan Indonesia terhadap Cina defisit cukup lebar, yakni senilai 18,4
triliun dolar Amerika Serikat (AS).

Direktur Kerja Sama Pengembangan
Ekspor Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN), Marolop
Nainggolan menagertkan hingga akhir tahun 2019 pelaku usaha mampu melakukan
transaksi dagang dengan Cina di atas 18 miliar dolar AS.

“Kita harus mengejar adanya gap
yang cukup lebar sebesar 18 miliar dolar AS. Harus dikejar bagaimanapu caranya
harus bisa lebih dari 18 miliar dolar AS dari perdagangan di tahun 2019,” ujar
dia di Jakarta, kemarin (11/7).

Karenanya, lanjut Marolop, pelaku
usaha harus memanfaatkan peluang pada pameran Cina-ASEAN Expo (CAEXPO) yang
akan digelar dalam waktu dekat ini di negaranya. “Pelaku usaha bisa
berbondong-bondong ikut expo ini,” kata Marolop.

Adapun kata Marolop, potensi
produk-produk yang disukai oleh negeri tirai bambu itu mulai dari minuman
herbal seperti jamu hingga obat gosok.

“Pasar Tingkok menyukai produk
kita. Terutama makanan-minuman, produk kesehatan, obat-gosok, dan minuman
herbal,” ucap dia.

Baca Juga :  Banjir di Kalsel Belum Ganggu Harga Kebutuhan Pokok di Palangka Raya

Marolop menjelaskan, saat ini
kesadaran masyarakat Cina terhadap kesehatan terbilang tinggi. Artinya jika
produk-produk kesehatan Indonesia dijual di sana, pasti akan laris manis.

“Masyarakat Tiongkok itu lebih
memperhatikan kesehatan. Kesehatan tubuh sangat diperlukan oleh konsumen
Tiongkok. Saya kira ini bisa jadi salah satu pasar yang cukup besar untuk kita
dengan produk-produk itu,” ungkap dia.

Direktur Pengembangan Pasar dan
Informasi Ekspor Ditjen PEN, Iriana Trimurty Ryacudu menambahkan, dalam expo
yang bakal digelar di Cina itu Indonesia mendapatkan keistimewaan atau lebih
diutamakan dibandingkan negara lainnya.

Untuk itu, dia meminta para
pengusaha Indonesia untuk memasarkan produk-produk-produk ritel yang bisa
menguntungkan secara jangka panjang. “Dengan begitu, neraca perdagangan kita
tidak tidak terjadi defisit, gap yang terlalu lebar dengan Cina,” kata Iriana.

Mengenai siapa saja pengusaha
Indonesia yang akan ikut dalam pameran tersebut. Iriana enggan membocorkannya.

“Nama perusahaannya belum boleh
diberikan, tapi dari berbagai sektor, makanan-minuman, furniture, ada 5 zona,
ada fashion dan aksesoris, ada food and beverage, spa dan herbal, hampir
semua,” ujarnya.

Baca Juga :  OJK Larang Lembaga Keuangan Fasilitasi Kripto

Terpisah, Institute for
Development of Economics and Finance (Indef), Nailul Huda mengatakan, dengan
sisa waktu enam bulan ke depan tidak mudah Indonesia mencapai target transaksi
sebesar 18 miliar dolar AS.

“Saya kira bukan perkara mudah
bagi pemerintah untuk mengekspor produk ke Cina sebesar 18 miliar dolar AS
dalam waktu 6 bulan ke depan,” ujar Huda kepada Fajar Indonesia Network (FIN),
kemarin (11/7).

Namun, menurut Huda, tidak
mustahil akan tercapai target. Mengingat Indonesia dan Cina merupakan mitra
dagang yang saling ketergantungan.

“Tapi hal tersebut juga tidak
mustahil karena Cina merupakan mitra dagang utama Indonesia,” ucap Huda.

Selain itu, saran Huda, Indonesia
harus pandai melihat peluang dari adanya perang dagang Cina-AS yang bisa
memberikan kesempatan produk Indonesia masuk ke China.

“Bukan hanya jamu dan obat gosok
tapi komoditas lainnya diharapkan bisa memberikan nilai ekspor ke Indonesia,”
pungkas Huda. (din/fin/kpc)

Terpopuler

Artikel Terbaru