35.1 C
Jakarta
Monday, April 29, 2024

Wow! Milenial Ini Luncurkan Inovasi Tarif Listrik Rp1

JAKARTA – Tarif listrik Rp1 (satu rupiah). Tentu
ini mengejutkan. Inovasi ini dikembangkan anak-anak milenial asal Kota
Tangerang Selatan, Banten. Mereka tergabung dalam Baran Energy.

Langkah ini pun ditanggapi positif oleh mayoritas netizen di dalam akun
resmi media sosial perusahaan tersebut. Hal ini terlihat dari akun resmi
Instagram (IG) baranenergy yang di dalamnya terdapat beragam komentar positif
meskipun ada juga yang tidak percaya dengan tarif listrik semurah itu.

Saat dimintakan kebenaran soal listrik satu rupiah tersebut, pendiri Baran
Energy Victor Wirawan menyatakan untuk menunggu peluncuran inovasi teknologi
ini pada tanggal 18 Juli bertempat di Epicentrum Rasuna Said Jakarta Selatan.

“Tunggu saja launching-nya nanti tanggal 18 Juli di Epicentrum biar lebih
jelas. Tapi, yang pasti teknologi ini sedikit banyaknya bakal mengubah peta
industri energi di Indonesia,” kata Victor.

Beberapa komentar netizen di akun IG baranenergy seperti diposting akun
robb.inc yang menyebutkan,”Generasi muda mileneal ubah penggunaan listrik hanya
Rp1? Oh maan panel surya tidak fair klo disebut cuma Rp1. Biaya investasi awal
masih perlu bertahun-tahun untuk mengembalikan modal instalasi, belum lagi
maintenance jika ada kerusakan”.

Namun, rata- rata netizen sangat menyambut antusias rencana kehadiran
teknologi yang dikembangkan para anak anak milenial lulusan dari berbagai
universitas terbaik di Indonesia ini. “Mantap. Kalau bisa provide ke daerah
saya, mau banget ini sih, min,” timpal akun fadillagolek.

“Surabaya kapan?,” celetuk akun yanu1414 menanggapi rencana roadshow tim
Baran Energy ke berbagai daerah di Indonesia untuk memperkenalkan produk ramah
lingkungan yang disinyalir pemakaiannya bakal masif sama seperti peralihan
minyak tanah ke tabung elpiji, dimana saat ini keberadaan tabung elpiji hampir
di setiap rumah tangga.

Baca Juga :  1500 Pekerja Rentan di Palangka Raya Diberikan Perlindungan Jamsostek

Namun, Victor antusias merespon saat ditanya sumbangsihnya dalam
pengembangan sektor energi di Indonesia, khususnya di bidang energi terbarukan.
“Visi kami adalah mendorong penggunaan energi terbarukan dan mobilitas elektrik
di Indonesia, namun menyediakan teknologinya saja tidaklah cukup. kami berpikir
keras mencari solusi agar, bukan hanya mengembangkan teknologi yang sesuai
dengan market dan kondisi di Indonesia, tetapi juga bagaimana caranya agar
produk ini bisa dimiliki oleh banyak orang, secepat mungkin,” tutur Victor.

Untuk itu, sambung Victor, pihaknya mencoba melakukan inovasi model
kepemilikan, bagaimana supaya teknologi ini menjadi terjangkau, sehingga lebih
banyak lagi orang yang bisa berpindah ke energi terbarukan. “Oleh karena itu,
pada saat peluncuran produk nanti, pihaknya juga akan meluncurkan program Rp1
untuk perpindahan ke energi terbarukan,” ujar dia.

Terpisah, pengamat energi dan pertambangan Universitas Gadjah Mada Fahmy
Radhi mengatakan, belum melihat lebih jauh detail dari konsep yang dikembangkan
dengan listrik bertarif Rp1.

Ditegaskannya, ada tiga variabel yang dijadikan acuan untuk menetapkan
tarif listrik. Yaitu, Indonesian crude price (ICP), inflasi dan kurs rupiah
terhadap dolar AS, serta harga energi primer. “Kalau saat ini tampaknya besaran
semua variabel penentu itu akan menurunkan besaran BPP listrik,” ujarnya.

Baca Juga :  PT SLK Vaksinasi 583 Orang dan Membantu Vaksinator

Kurs tengah rupiah terhadap dolar AS selama Juli 2019 cenderung menguat
mencapai rata-rata Rp14.148 per USD. Angka itu lebih kuat ketimbang asumsi APBN
2019 dan RKAP PLN yang ditetapkan Rp15.000 per USD.

ICP juga cenderung turun pada kisaran USD 61 per barel. Lebih rendah
dibandingkan dengan harga asumsi ICP di APBN yang ditetapkan USD 70 per barel.
Inflasi Juli diprediksi juga rendah hanya 0,12 persen per bulan atau sekitar
3,12 persen (year-on-year) sepanjang 2019.

Selain tiga indikator itu, biaya energi primer yang menentukan HPP (harga
pokok produksi) listrik cenderung tetap. Bahkan, beberapa harga energi primer
mengalami penurunan. Efisiensi yang dilakukan PLN seperti susut jaringan dan
operasional keuangan juga telah menurunkan HPP listrik selama 2019.

Menurut dia, dengan beberapa indikator tersebut, BPP listrik semestinya
mengalami penurunan yang signifikan. “Dengan penurunan BPP listrik itu,
penetapan tarif dengan menggunakan automatic adjustment mestinya akan
menurunkan tarif listrik pada 2020,” terangnya.

Turunnya tarif listrik pada 2020 akan memberikan berbagai manfaat bagi
konsumen dan perekonomian Indonesia. Misalnya, beban pengeluaran konsumen akan
menurun sehingga bisa menaikkan daya beli masyarakat.

Penurunan tarif listrik pun akan menurunkan tingkat inflasi sehingga dapat
menurunkan harga-harga kebutuhan pokok. “Bagi konsumen industri, penurunan
tarif listrik akan menurunkan harga pokok penjualan produk dan jasa sehingga
dapat meningkatkan daya saing produk dan jasa di pasar dalam negeri maupun
pasar ekspor,” urainya. (ful/fin/kpc)

JAKARTA – Tarif listrik Rp1 (satu rupiah). Tentu
ini mengejutkan. Inovasi ini dikembangkan anak-anak milenial asal Kota
Tangerang Selatan, Banten. Mereka tergabung dalam Baran Energy.

Langkah ini pun ditanggapi positif oleh mayoritas netizen di dalam akun
resmi media sosial perusahaan tersebut. Hal ini terlihat dari akun resmi
Instagram (IG) baranenergy yang di dalamnya terdapat beragam komentar positif
meskipun ada juga yang tidak percaya dengan tarif listrik semurah itu.

Saat dimintakan kebenaran soal listrik satu rupiah tersebut, pendiri Baran
Energy Victor Wirawan menyatakan untuk menunggu peluncuran inovasi teknologi
ini pada tanggal 18 Juli bertempat di Epicentrum Rasuna Said Jakarta Selatan.

“Tunggu saja launching-nya nanti tanggal 18 Juli di Epicentrum biar lebih
jelas. Tapi, yang pasti teknologi ini sedikit banyaknya bakal mengubah peta
industri energi di Indonesia,” kata Victor.

Beberapa komentar netizen di akun IG baranenergy seperti diposting akun
robb.inc yang menyebutkan,”Generasi muda mileneal ubah penggunaan listrik hanya
Rp1? Oh maan panel surya tidak fair klo disebut cuma Rp1. Biaya investasi awal
masih perlu bertahun-tahun untuk mengembalikan modal instalasi, belum lagi
maintenance jika ada kerusakan”.

Namun, rata- rata netizen sangat menyambut antusias rencana kehadiran
teknologi yang dikembangkan para anak anak milenial lulusan dari berbagai
universitas terbaik di Indonesia ini. “Mantap. Kalau bisa provide ke daerah
saya, mau banget ini sih, min,” timpal akun fadillagolek.

“Surabaya kapan?,” celetuk akun yanu1414 menanggapi rencana roadshow tim
Baran Energy ke berbagai daerah di Indonesia untuk memperkenalkan produk ramah
lingkungan yang disinyalir pemakaiannya bakal masif sama seperti peralihan
minyak tanah ke tabung elpiji, dimana saat ini keberadaan tabung elpiji hampir
di setiap rumah tangga.

Baca Juga :  1500 Pekerja Rentan di Palangka Raya Diberikan Perlindungan Jamsostek

Namun, Victor antusias merespon saat ditanya sumbangsihnya dalam
pengembangan sektor energi di Indonesia, khususnya di bidang energi terbarukan.
“Visi kami adalah mendorong penggunaan energi terbarukan dan mobilitas elektrik
di Indonesia, namun menyediakan teknologinya saja tidaklah cukup. kami berpikir
keras mencari solusi agar, bukan hanya mengembangkan teknologi yang sesuai
dengan market dan kondisi di Indonesia, tetapi juga bagaimana caranya agar
produk ini bisa dimiliki oleh banyak orang, secepat mungkin,” tutur Victor.

Untuk itu, sambung Victor, pihaknya mencoba melakukan inovasi model
kepemilikan, bagaimana supaya teknologi ini menjadi terjangkau, sehingga lebih
banyak lagi orang yang bisa berpindah ke energi terbarukan. “Oleh karena itu,
pada saat peluncuran produk nanti, pihaknya juga akan meluncurkan program Rp1
untuk perpindahan ke energi terbarukan,” ujar dia.

Terpisah, pengamat energi dan pertambangan Universitas Gadjah Mada Fahmy
Radhi mengatakan, belum melihat lebih jauh detail dari konsep yang dikembangkan
dengan listrik bertarif Rp1.

Ditegaskannya, ada tiga variabel yang dijadikan acuan untuk menetapkan
tarif listrik. Yaitu, Indonesian crude price (ICP), inflasi dan kurs rupiah
terhadap dolar AS, serta harga energi primer. “Kalau saat ini tampaknya besaran
semua variabel penentu itu akan menurunkan besaran BPP listrik,” ujarnya.

Baca Juga :  PT SLK Vaksinasi 583 Orang dan Membantu Vaksinator

Kurs tengah rupiah terhadap dolar AS selama Juli 2019 cenderung menguat
mencapai rata-rata Rp14.148 per USD. Angka itu lebih kuat ketimbang asumsi APBN
2019 dan RKAP PLN yang ditetapkan Rp15.000 per USD.

ICP juga cenderung turun pada kisaran USD 61 per barel. Lebih rendah
dibandingkan dengan harga asumsi ICP di APBN yang ditetapkan USD 70 per barel.
Inflasi Juli diprediksi juga rendah hanya 0,12 persen per bulan atau sekitar
3,12 persen (year-on-year) sepanjang 2019.

Selain tiga indikator itu, biaya energi primer yang menentukan HPP (harga
pokok produksi) listrik cenderung tetap. Bahkan, beberapa harga energi primer
mengalami penurunan. Efisiensi yang dilakukan PLN seperti susut jaringan dan
operasional keuangan juga telah menurunkan HPP listrik selama 2019.

Menurut dia, dengan beberapa indikator tersebut, BPP listrik semestinya
mengalami penurunan yang signifikan. “Dengan penurunan BPP listrik itu,
penetapan tarif dengan menggunakan automatic adjustment mestinya akan
menurunkan tarif listrik pada 2020,” terangnya.

Turunnya tarif listrik pada 2020 akan memberikan berbagai manfaat bagi
konsumen dan perekonomian Indonesia. Misalnya, beban pengeluaran konsumen akan
menurun sehingga bisa menaikkan daya beli masyarakat.

Penurunan tarif listrik pun akan menurunkan tingkat inflasi sehingga dapat
menurunkan harga-harga kebutuhan pokok. “Bagi konsumen industri, penurunan
tarif listrik akan menurunkan harga pokok penjualan produk dan jasa sehingga
dapat meningkatkan daya saing produk dan jasa di pasar dalam negeri maupun
pasar ekspor,” urainya. (ful/fin/kpc)

Terpopuler

Artikel Terbaru