30.4 C
Jakarta
Monday, April 29, 2024

Karena Ini, Tarif Listrik Kemungkinan Batal Naik Tahun Depan

JAKARTA – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius
Jonan memperkirakan jika kurs rupiah terus menguat dan harga minyak tidak
menurun, maka tarif dasar listrik (TDL) tahun depan tidak jadi naik. Bahkan,
kemungkinan bisa turun.

Mantan direktur utama Kereta Api
Indonesia (KAI) itu menyebutkan listrik tidak naik di tahun ini karena ada dua
indikator yakni kurs rupiah yang menguat atas dolar dibanding asumsi Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Rencana Kerja dan Anggaran Perushaan
(RKAP) PLN yang mencapai Rp15 ribu per dolar Amerika Serikat (AS).

Begitupun listrik tahun depan
tidak naik jika kurs, harga minyak, dan harga batu bara tidak terus bertahan di
posisi aman. Jonan melihat kurs rupiah cenderung terus menguat dan di bawah
Rp15.000 per dolar AS.

Sementara harga minyak masih
bertengger di 61 dolar AS per barel, kemungkinan tahun depan masih di kisaran
yang sama,

Baca Juga :  MUI Haramkan Penggunaan Uang Kripto

Sedangkan harga acuan batu bara
sudah di angka 71 dolar AS per ton, angka ini nyaris sama dengan harga patokan
batu bara kelistrikan 70 dolar AS per ton.

Tak hanya itu, juga harga gas
ditetapkan 8 persen atau maksimum 14,5 persen di pembangkit listrik. Ditambah
lagi adanya efisieni seperti susut jaringan dan operasional keuangan yang
menyusutkan biaya produksi.

“Padangan saya tarif listrik di
tahun depan mudah-mudahan akan tetap sama bahkan sejalan dengan target PLN
bahwa tarif listrik dapat turun khususnya untuk pelanggan industri dan bisnis,”
ujar Jonan dalam keterangan tertulisnya kemarin, (7/7).

Saat ini, kata Jonan, pemerintah
dan DPR masih menggodok rencana perubahan tarif listrik tahun depan. “Hingga
saat ini komisi-komisi terkait serta di Banggar, belum menetapkan rencana
perubahan tarif listrik di 2020,” kata Jonan.

Sementara ekonom INDEF, Ahmad Tauhid
menerangkan, memang salah satu komponen tarif listrik adalah nilai tukar dan
juga harga minyak sehingga pemerintah akan mengajukan penyesuaian harga minyak
sesuai perkembangan tanpa persetujuan DPR, seperti untuk rumah tangga non
subsidi.

Baca Juga :  Hadirkan New Digital Experience Nasabah

“Seperti halnya untuk harga BBM
yang non subsidi. Tarif listrik terakhir kenaikannya pada tahun 2017 dan belum
ada penyesuaian lagi sehingga ada usulan seperti itu,” ujar Ahmad kepada Fajar
Indonesia Network (FIN), kemarin (7/7).

Menurut dia, pelemahan nilai
tukar rupiah dan kenaikan inductively coupled plasma (ICP) telah memperlebar
jarak antara harga keekonomian dan harga jual energi kepada masyarakat.

“Sehingga apabila nilai tukar
menguat dan ICP cenderung turun maka tidak ada alasan bagi pemerintah untuk
menaikkan harga tarif listrik,” ucap dia.

Untuk tahun depan, dia
memproyeksikan harga minyak akan cenderung turun. Sedangkan nilai kurs rupiah
akan temporary. “Saya lihat harga minyak cenderung turun dan nilai tukar tetap
volatile,” pungkasnya. (din/fin/kpc)

JAKARTA – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius
Jonan memperkirakan jika kurs rupiah terus menguat dan harga minyak tidak
menurun, maka tarif dasar listrik (TDL) tahun depan tidak jadi naik. Bahkan,
kemungkinan bisa turun.

Mantan direktur utama Kereta Api
Indonesia (KAI) itu menyebutkan listrik tidak naik di tahun ini karena ada dua
indikator yakni kurs rupiah yang menguat atas dolar dibanding asumsi Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Rencana Kerja dan Anggaran Perushaan
(RKAP) PLN yang mencapai Rp15 ribu per dolar Amerika Serikat (AS).

Begitupun listrik tahun depan
tidak naik jika kurs, harga minyak, dan harga batu bara tidak terus bertahan di
posisi aman. Jonan melihat kurs rupiah cenderung terus menguat dan di bawah
Rp15.000 per dolar AS.

Sementara harga minyak masih
bertengger di 61 dolar AS per barel, kemungkinan tahun depan masih di kisaran
yang sama,

Baca Juga :  MUI Haramkan Penggunaan Uang Kripto

Sedangkan harga acuan batu bara
sudah di angka 71 dolar AS per ton, angka ini nyaris sama dengan harga patokan
batu bara kelistrikan 70 dolar AS per ton.

Tak hanya itu, juga harga gas
ditetapkan 8 persen atau maksimum 14,5 persen di pembangkit listrik. Ditambah
lagi adanya efisieni seperti susut jaringan dan operasional keuangan yang
menyusutkan biaya produksi.

“Padangan saya tarif listrik di
tahun depan mudah-mudahan akan tetap sama bahkan sejalan dengan target PLN
bahwa tarif listrik dapat turun khususnya untuk pelanggan industri dan bisnis,”
ujar Jonan dalam keterangan tertulisnya kemarin, (7/7).

Saat ini, kata Jonan, pemerintah
dan DPR masih menggodok rencana perubahan tarif listrik tahun depan. “Hingga
saat ini komisi-komisi terkait serta di Banggar, belum menetapkan rencana
perubahan tarif listrik di 2020,” kata Jonan.

Sementara ekonom INDEF, Ahmad Tauhid
menerangkan, memang salah satu komponen tarif listrik adalah nilai tukar dan
juga harga minyak sehingga pemerintah akan mengajukan penyesuaian harga minyak
sesuai perkembangan tanpa persetujuan DPR, seperti untuk rumah tangga non
subsidi.

Baca Juga :  Hadirkan New Digital Experience Nasabah

“Seperti halnya untuk harga BBM
yang non subsidi. Tarif listrik terakhir kenaikannya pada tahun 2017 dan belum
ada penyesuaian lagi sehingga ada usulan seperti itu,” ujar Ahmad kepada Fajar
Indonesia Network (FIN), kemarin (7/7).

Menurut dia, pelemahan nilai
tukar rupiah dan kenaikan inductively coupled plasma (ICP) telah memperlebar
jarak antara harga keekonomian dan harga jual energi kepada masyarakat.

“Sehingga apabila nilai tukar
menguat dan ICP cenderung turun maka tidak ada alasan bagi pemerintah untuk
menaikkan harga tarif listrik,” ucap dia.

Untuk tahun depan, dia
memproyeksikan harga minyak akan cenderung turun. Sedangkan nilai kurs rupiah
akan temporary. “Saya lihat harga minyak cenderung turun dan nilai tukar tetap
volatile,” pungkasnya. (din/fin/kpc)

Terpopuler

Artikel Terbaru