30.8 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Permasalahan Kesehatan dan Gizi Memengaruhi Kualitas Kesehatan

SAMPIT, PROKALTENG.CO– Permasalahan kesehatan dan gizi akan mempengaruhi kualitas kesehatan terhadap masa depan anak, termasuk munculnya masalah stunting, maka untuk itu perlu perhatian semua pihak dalam membantu upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat, termasuk penanganan stunting.

Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) sangat mengapresiasi kiprah para ahli gizi yang tergabung pada Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi) di daerah ini dalam membantu meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat khususnya penaganan stunting di Kabupaten ini agar lebih optimal.

“Kami sangat mengpresiasi dan penghargaan setinggi-tingginya kepada Persagi Kabupaten Kotim yang selama ini membantu pemerintah daerah, dan berharap peran serta mereka dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, khususnya terkait penanggulangan stunting di daerah ini agar dapat lebih optimal lagi,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kotawaringin Timur Umar Kaderi saat menyampaikan sambutan Bupati pada puncak peringatan peringatan Hari Gizi Nasional ke-62, Jumat (11/2).

Dirinya juga mengatakan arah pembangunan kesehatan dititik beratkan pada upaya promotif dan preventif karena dapat memberikan dampak yang lebih luas dan kesehatan lebih efisien dari sisi ekonomi.

Baca Juga :  Membandel, Pengunjung Wisata Sungai Batu Dibubarkan

“Untuk perbaikan gizi masyarakat yang difokuskan pada 1.000 hari pertama kehidupan dan usia remaja menjadi komponen utama pembangunan kesehatan yang berkelanjutan sebagai investasi dalam pembangunan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas dan berdaya saing,” ucap Umar Kaderi

Ia juga mengatakan permasalahan kesehatan dan gizi remaja akan mempengaruhi kualitas hidup pada usia produktif dan usia selanjutnya. Bahkan mengacu pada RPJMN 2020-2024,  percepatan penurunan stunting menjadi 14 persen dan wasting menjadi 7 persen pada tahun 2024 menjadi salah satu tujuan pembangunan kesehatan.

“Untuk dapat mencapai target tersebut perlu dilakukan penguatan intervensi spesifik dan sensitif yang dilaksanakan secara terintegrasi dengan fokus pada sasaran dari intervensi gizi spesifik sebagaimana diatur pada Perpres 72 Tahun 2021 yaitu remaja, calon pengantin, ibu hamil, ibu menyusui dan anak berusia 0-59 bulan,” ujar Umar Kaderi

Baca Juga :  4 Desa di Kecamatan Tualan Hulu Kembali Dilanda Banjir

Dan untuk upaya pencegahan anemia pada remaja melalui tablet tambah darah pada remaja putri merupakan intervensi spesifik yang sangat strategis, untuk mempersiapkan calon ibu yang sehat dan melahirkan generasi penerus yang berkualitas.

“Kita ketahui tahun 2019 Kabupaten Kotim ditetapkan sebagai salah satu kabupaten lokus penanganan stunting dengan angka yang cukup tinggi yaitu 48,84 persen yang dihasilkan oleh Riskesdas tahun 2018, tertinggi di Kalteng,” terangnya.

Dirinya juga mengatakan Dinas Kesehatan sangat menyambut baik koordinasi yang selama ini terjalin dalam penanganan stunting. Dia berharap semakin banyak pihak yang peduli membantu penanganan stunting, maka peningkatan derajat kesehatan masyarakat di daerah ini akan lebih baik.

“Ada dua intervensi perlu dilakukan yaitu intervensi spesifik melalui makanan tambahan, dan intervensi sensitif yaitu melibatkan semua pemangku kepentingan. Hanya sekitar 30 persen ranah Dinas Kesehatan, sedangkan 70 persen itu perlu instansi lain seperti Dinas Pendidikan dan lainnya,” jelasnya (bah)

SAMPIT, PROKALTENG.CO– Permasalahan kesehatan dan gizi akan mempengaruhi kualitas kesehatan terhadap masa depan anak, termasuk munculnya masalah stunting, maka untuk itu perlu perhatian semua pihak dalam membantu upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat, termasuk penanganan stunting.

Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) sangat mengapresiasi kiprah para ahli gizi yang tergabung pada Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi) di daerah ini dalam membantu meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat khususnya penaganan stunting di Kabupaten ini agar lebih optimal.

“Kami sangat mengpresiasi dan penghargaan setinggi-tingginya kepada Persagi Kabupaten Kotim yang selama ini membantu pemerintah daerah, dan berharap peran serta mereka dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, khususnya terkait penanggulangan stunting di daerah ini agar dapat lebih optimal lagi,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kotawaringin Timur Umar Kaderi saat menyampaikan sambutan Bupati pada puncak peringatan peringatan Hari Gizi Nasional ke-62, Jumat (11/2).

Dirinya juga mengatakan arah pembangunan kesehatan dititik beratkan pada upaya promotif dan preventif karena dapat memberikan dampak yang lebih luas dan kesehatan lebih efisien dari sisi ekonomi.

Baca Juga :  Membandel, Pengunjung Wisata Sungai Batu Dibubarkan

“Untuk perbaikan gizi masyarakat yang difokuskan pada 1.000 hari pertama kehidupan dan usia remaja menjadi komponen utama pembangunan kesehatan yang berkelanjutan sebagai investasi dalam pembangunan sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas dan berdaya saing,” ucap Umar Kaderi

Ia juga mengatakan permasalahan kesehatan dan gizi remaja akan mempengaruhi kualitas hidup pada usia produktif dan usia selanjutnya. Bahkan mengacu pada RPJMN 2020-2024,  percepatan penurunan stunting menjadi 14 persen dan wasting menjadi 7 persen pada tahun 2024 menjadi salah satu tujuan pembangunan kesehatan.

“Untuk dapat mencapai target tersebut perlu dilakukan penguatan intervensi spesifik dan sensitif yang dilaksanakan secara terintegrasi dengan fokus pada sasaran dari intervensi gizi spesifik sebagaimana diatur pada Perpres 72 Tahun 2021 yaitu remaja, calon pengantin, ibu hamil, ibu menyusui dan anak berusia 0-59 bulan,” ujar Umar Kaderi

Baca Juga :  4 Desa di Kecamatan Tualan Hulu Kembali Dilanda Banjir

Dan untuk upaya pencegahan anemia pada remaja melalui tablet tambah darah pada remaja putri merupakan intervensi spesifik yang sangat strategis, untuk mempersiapkan calon ibu yang sehat dan melahirkan generasi penerus yang berkualitas.

“Kita ketahui tahun 2019 Kabupaten Kotim ditetapkan sebagai salah satu kabupaten lokus penanganan stunting dengan angka yang cukup tinggi yaitu 48,84 persen yang dihasilkan oleh Riskesdas tahun 2018, tertinggi di Kalteng,” terangnya.

Dirinya juga mengatakan Dinas Kesehatan sangat menyambut baik koordinasi yang selama ini terjalin dalam penanganan stunting. Dia berharap semakin banyak pihak yang peduli membantu penanganan stunting, maka peningkatan derajat kesehatan masyarakat di daerah ini akan lebih baik.

“Ada dua intervensi perlu dilakukan yaitu intervensi spesifik melalui makanan tambahan, dan intervensi sensitif yaitu melibatkan semua pemangku kepentingan. Hanya sekitar 30 persen ranah Dinas Kesehatan, sedangkan 70 persen itu perlu instansi lain seperti Dinas Pendidikan dan lainnya,” jelasnya (bah)

Terpopuler

Artikel Terbaru