33.2 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Mengenal HIV-AIDS di Hari AIDS Sedunia

HARI AIDS Sedunia diperingati setiap tanggal 1 Desember tahun ini.
Hari AIDS Sedunia jatuh pada Selasa, 1 Desember 2020. Peringatan Hari AIDS
Sedunia dilakukan meningkatkan kesadaran masyarakat soal HIV/AIDS.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
mencatat sekitar 38 juta orang hidup dengan HIV/AIDS hingga tahun 2019. HIV
(Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan
tubuh yang selanjutnya melemahkan kemampuan tubuh melawan infeksi dan penyakit.
Infeksi HIV yang tidak segera ditangani akan berkembang menjadi kondisi serius
yang disebut AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome). AIDS adalah stadium
akhir dari infeksi virus HIV. Pada tahap ini, kemampuan tubuh untuk melawan
infeksi sudah hilang sepenuhnya.

Untuk mengakhiri epidemi HIV/AIDS
pada 2030, Kementerian Kesehatan mewujudkan three zero yaitu tidak ada kasus
baru HIV/AIDS, tidak ada kematian HIV/AIDS, dan tidak ada stigma dan
diskriminasi pada ODHA (Orang Dengan HIV-AIDS).

Tidak ada kasus kematian HIV/AIDS
bisa diwujudkan dengan menekan pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak.
Infeksi selama masa kehamilan bisa terjadi pada usia kehamilan 0-14 minggu
sebesar 1%, usia kehamilan 14-36 minggu sebesar 4% dan 36 minggu sampai
kelahiran sebesar 12%. Dapat disimpulkan bahwa semakin besar usia kehamilan
maka semakin besar penularan HIV-AIDS ke janin. Sehingga pemberian terapi ARV
(Anti RetroViral) dapat diberikan bagi ODHA hamil. Selama persalinanpun dapat
menularkan sebesar 8% sehingga jika ibu hamil sudah mengetahui status HIV-nya
maka bisa direncanakan untuk prosedur bedah sesar elektif pada usia gestasi 38
minggu. Karena risiko penularan bagi persalinan normal lebih tinggi
dibandingkan operasi sesar.

Baca Juga :  Pernikahan Dini pada Masa Pandemi

Selain itu setelah melahirkanpun
ibu masih bisa menularkan ke anak sebesar 7% melalui pemberian ASI (Air Susu
Ibu) sebesar 15-25% sehingga disarankan untuk pemberian susu formula dengan
mempertimbangkan banyak aspek. Jika ibu tidak mampu secara ekonomi untuk
membeli susu formula maka dapat dipertimbangkan pemberian ASI ekslusif 6 bulan tetapi
tidak boleh dicampur dengan susu formula karena jika dicampur maka bisa
meningkatkan penularan HIV-AIDS kepada bayi.

Selain itu bayi yang lahir dari
ibu dengan ODHA juga harus diberikan ARV profilaksus sesuai gestasi sebaiknya
mulai diberikan pada usia 6-12 jam setelah lahir atau setidaknya kurang dari
usia 72 jam. Sehingga setiap ibu hamil di Indonesia harus dilakukan skrening
HIV di trimester pertama. Hal ini mengingat perlunya perancanaan yang
komprehensif jika ibu dengan ODHA hamil.

Baca Juga :  Sumpah Pemuda di Era Bisnis Digital

Selain itu bagi yang sudah usia
subur dianjurkan untuk mengikuti rumus ABCDE yang selalu disosialisasikan untuk
mencegah HIV/AIDS. A (Abstinace) adalah tidak berhubungan seks diluar nikah. B
(Be faithful) adalah saling setia pada pasangan. C (Condom) yakni pengunaan
kondom saat berhubungan seksual. D (Don’t use drugs) yakni tidak memakai
narkoba karena pengunaan narkoba suntikan secara bergantian bisa menularkan
HIV-AIDS dan terakhir adalah E (Equipment) yang artinya adalah peralatan
steril, misal jika mau akupuntur atau membuat tato harus pakai jarum sendiri
dan steril. Dengan menerapkan ABCDE tersebut maka bisa mengurangi penularan HIV
AIDS.

Selain itu stigma dan
diskriminasi masyarakat terhadap ODHA hal ini dikarenakan banyaknya masyarakat
kita yang tidak mengetahui tentang HIV-AIDS. Misal penularan HIV-AIDS tidak
bisa ditularkan melalui jabatan tangan sehingga tidak perlu takut berjabat
tangan dengan ODHA. Penularan HIV-AIDS ditularkan melalui darah, hubungan seks
tanpa pengaman dan berganti-ganti pasangan dan melalui air susu ibu. Sehingga
tidak perlu diskriminasi dan menjauhi secara berlebihan orang dengan HIV-AIDS.***

(dr. WAHYU ADHITYA
PRAWIRASATRA.
Dokter Umum di RSUD Kuala Pembuang,
Kabupaten Seruyan)

HARI AIDS Sedunia diperingati setiap tanggal 1 Desember tahun ini.
Hari AIDS Sedunia jatuh pada Selasa, 1 Desember 2020. Peringatan Hari AIDS
Sedunia dilakukan meningkatkan kesadaran masyarakat soal HIV/AIDS.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
mencatat sekitar 38 juta orang hidup dengan HIV/AIDS hingga tahun 2019. HIV
(Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan
tubuh yang selanjutnya melemahkan kemampuan tubuh melawan infeksi dan penyakit.
Infeksi HIV yang tidak segera ditangani akan berkembang menjadi kondisi serius
yang disebut AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome). AIDS adalah stadium
akhir dari infeksi virus HIV. Pada tahap ini, kemampuan tubuh untuk melawan
infeksi sudah hilang sepenuhnya.

Untuk mengakhiri epidemi HIV/AIDS
pada 2030, Kementerian Kesehatan mewujudkan three zero yaitu tidak ada kasus
baru HIV/AIDS, tidak ada kematian HIV/AIDS, dan tidak ada stigma dan
diskriminasi pada ODHA (Orang Dengan HIV-AIDS).

Tidak ada kasus kematian HIV/AIDS
bisa diwujudkan dengan menekan pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak.
Infeksi selama masa kehamilan bisa terjadi pada usia kehamilan 0-14 minggu
sebesar 1%, usia kehamilan 14-36 minggu sebesar 4% dan 36 minggu sampai
kelahiran sebesar 12%. Dapat disimpulkan bahwa semakin besar usia kehamilan
maka semakin besar penularan HIV-AIDS ke janin. Sehingga pemberian terapi ARV
(Anti RetroViral) dapat diberikan bagi ODHA hamil. Selama persalinanpun dapat
menularkan sebesar 8% sehingga jika ibu hamil sudah mengetahui status HIV-nya
maka bisa direncanakan untuk prosedur bedah sesar elektif pada usia gestasi 38
minggu. Karena risiko penularan bagi persalinan normal lebih tinggi
dibandingkan operasi sesar.

Baca Juga :  Pernikahan Dini pada Masa Pandemi

Selain itu setelah melahirkanpun
ibu masih bisa menularkan ke anak sebesar 7% melalui pemberian ASI (Air Susu
Ibu) sebesar 15-25% sehingga disarankan untuk pemberian susu formula dengan
mempertimbangkan banyak aspek. Jika ibu tidak mampu secara ekonomi untuk
membeli susu formula maka dapat dipertimbangkan pemberian ASI ekslusif 6 bulan tetapi
tidak boleh dicampur dengan susu formula karena jika dicampur maka bisa
meningkatkan penularan HIV-AIDS kepada bayi.

Selain itu bayi yang lahir dari
ibu dengan ODHA juga harus diberikan ARV profilaksus sesuai gestasi sebaiknya
mulai diberikan pada usia 6-12 jam setelah lahir atau setidaknya kurang dari
usia 72 jam. Sehingga setiap ibu hamil di Indonesia harus dilakukan skrening
HIV di trimester pertama. Hal ini mengingat perlunya perancanaan yang
komprehensif jika ibu dengan ODHA hamil.

Baca Juga :  Sumpah Pemuda di Era Bisnis Digital

Selain itu bagi yang sudah usia
subur dianjurkan untuk mengikuti rumus ABCDE yang selalu disosialisasikan untuk
mencegah HIV/AIDS. A (Abstinace) adalah tidak berhubungan seks diluar nikah. B
(Be faithful) adalah saling setia pada pasangan. C (Condom) yakni pengunaan
kondom saat berhubungan seksual. D (Don’t use drugs) yakni tidak memakai
narkoba karena pengunaan narkoba suntikan secara bergantian bisa menularkan
HIV-AIDS dan terakhir adalah E (Equipment) yang artinya adalah peralatan
steril, misal jika mau akupuntur atau membuat tato harus pakai jarum sendiri
dan steril. Dengan menerapkan ABCDE tersebut maka bisa mengurangi penularan HIV
AIDS.

Selain itu stigma dan
diskriminasi masyarakat terhadap ODHA hal ini dikarenakan banyaknya masyarakat
kita yang tidak mengetahui tentang HIV-AIDS. Misal penularan HIV-AIDS tidak
bisa ditularkan melalui jabatan tangan sehingga tidak perlu takut berjabat
tangan dengan ODHA. Penularan HIV-AIDS ditularkan melalui darah, hubungan seks
tanpa pengaman dan berganti-ganti pasangan dan melalui air susu ibu. Sehingga
tidak perlu diskriminasi dan menjauhi secara berlebihan orang dengan HIV-AIDS.***

(dr. WAHYU ADHITYA
PRAWIRASATRA.
Dokter Umum di RSUD Kuala Pembuang,
Kabupaten Seruyan)

Terpopuler

Artikel Terbaru