28.4 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Pendidikan untuk Indonesia Emas 2045

GURU dan orang tua adalah arsitek
pembelajaran dalam mendidik anak bangsa yang senantiasa perlu memastikan bahwa
anak bangsa di seluruh Indonesia mampu mengakses konten-konten pembelajaran.
Lebih-lebih di tengah krisis multidimensi yang menghantam Indonesia akhir-akhir
ini tentu tangan-tangan dingin guru dan orang tua sebagai pembentuk karakter
peserta didik sangat dirindukan. Pendidik anak bangsa yang sejati adalah para
guru dan orang tua yang mampu mengokohkan ikatan persatuan dan kesatuan,
menumbuhkan empati sosial dan menanamkan nilai-nilai kebaikan kepada peserta
didik. 

Optimisme untuk mencerdaskan anak bangsa
dalam pembelajaran dapat diwujudkan dengan selalu mengaitkan hal-hal yang
dipelajari dengan dunia nyata yang ada di luar sekolah. Kreativitas dan
imajinasi anak bangsa yang dikonstruksikan dengan pendidikan budi pekerti serta
semangat toleransi akan menguatkan bahtera pendidikan Indonesia di tengah
gelombang sebesar apapun. Tantangan yang siap menghadang di depan mata seperti
materi PISA (Programme for International
Student Assessment
) dan TIMSS (Trends
in International Mathematics and Science Study
) serta globalisasi seperti
APEC (Asia-Pasific Economic Cooperation)
, AFTA (ASEAN Free Trade Area) ,
ASEAN Community dan WTO (The World Trade
Organization
) perlu dihadapi dengan optimis tanpa ada kata berhenti atau
menyerah

Kita menyadari bahwa learning being a journey not a destination yaitu pembelajaran  adalah sebuah proses dan bukan sekadar
tujuan. Sebagai sebuah proses maka pembelajaran harus dilakukan secara
terus-menerus dan sebenarnya tidak akan pernah berhenti selama kita masih
hidup  (Bilveer Singh, 2004). Sebagaimana
sokongan pemerintah kepada dunia pendidikan tak pernah berhenti mengalir seperti
lewat upaya penyaluran Kartu Indonesia Pintar (KIP), pembangunan unit sekolah
baru dan ruang kelas baru, peningkatan sarana dan prasarana, program gizi anak
sekolah (progas), program revitalisasi SMK, program Satu Desa Satu Pendidikan
Anak Usia Dini, pemberian tunjangan profesi guru, dana riset Lembaga Pengelola
Dana Pendidikan (LPDP), Bidik Misi, Bantuan Operasional Sekolah (BOS), afirmasi
untuk memajukan pendidikan di Papua dan Papua Barat dan lain sebagainya.

Dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) hadir berkesinambungan untuk satuan pendidikan yang membutuhkan.
Bahkan investasi besar-besaran yaitu seperlima anggaran negara dalam 10 tahun
terakhir untuk pendidikan terus meningkat di tengah strategi pembangunan yang
telah bergeser dari pembangunan infrastruktur fisik menjadi pembangunan sumber
daya manusia (SDM) sesuai komitmen Presiden Jokowi. Hal ini bertujuan agar
pembangunan manusia Indonesia berhasil dengan kualitas yang nyata, kian
kompetitif dan  menghindari jangan sampai
ada lagi anak bangsa yang tertinggal dalam hal pendidikan atau putus sekolah
karena faktor biaya. Bagaimanapun, pendidikan adalah hak sosial setiap individu
yang mendapat jaminan UUD 1945 pasal 31 ayat 2, 3 dan 4.

Baca Juga :  Menyongsong Paradigma Baru: BDR Melalui TV Digital

Praktis, pembenahan sistem pendidikan di
Indonesia membutuhkan kombinasi yang baik antara cetak biru (blueprint) mengenai output sistem
pendidikan atau grand design mengenai
konsep pendidikan di Indonesia dan dana pendidikan dari APBN dan APBD.
Lebih-lebih APBN dalam dunia pendidikan di masa pemulihan ekonomi nasional
akibat dampak pandemi merebaknya virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 harus ada pembenahan
atau perombakan  meski pelik demi
perbaikan sistem dan tata kelola. 
Pembangunan  zona-zona integritas
serta reformasi birokrasi hampir di semua lini adalah keniscayaan. 

Dalam lingkup manajemen sekolah (running management of school) belanja
pendidikan untuk operasional sekolah, perbaikan kurikulum dan peningkatan
kapasitas guru dapat difokuskan pada tuntutan kondisi di tengah pandemi.
Mempertahankan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di negara besar dengan
demografi yang luas seperti Indonesia sehingga angkanya selalu naik secara
berkesinambungan bukanlah perkara mudah. Datangnya tamu tak diundang bernama
corona dapat menyumbat akses pendidikan yang tentu akan menghambat pembangunan
kualitas manusia Indonesia. Dalam kondisi mendesak seperti penangan corona di
Indonesia, pejabat perbendaharaan dituntut melakukan tindakan yang berujung
pada pengeluaran atas beban APBN yang dananya tidak tersedia dalam Daftar Isian
Pelaksana Anggaran (DIPA). Ini adalah pekerjaan rumah yang tidak mudah
mengingat kebijakan tak populis dalam hal anggaran sumber daya manusia tak bisa
dinomorduakan karena menyangkut kepastian masyarakat yang tetap sehat  dan kompetitif di ranah dunia.

Peningkatan partisipasi dan perluasan akses
pendidikan dapat terus ditingkatkan meskipun terjadi economic hardship (kesulitan ekonomi), peningkatan pengangguran dan
penurunan konsumsi masyarakat apabila aliran APBN dapat diarahkan tepat
mengenai sasaran. Kata kuncinya adalah lebih baik sedikit asal efektif dan
efisien daripada banyak tetapi sia-sia dan mubazir. Jaring pengaman sosial bagi
Masyarakat Berpendapatan Rendah (MBR), kredit pendidikan (student loan) atau dana fungsi pendidikan pada 20 kementerian yang
tepat sasaran akan menjadi oase di gurun gersang. Pengawalan distribusi dan
penggunaan Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) yang dapat
menjamin penggunaan anggaran fungsi pendidikan bisa lebih optimal dan terserap
dengan baik (tidak hanya sent, tetapi
hatus delivered, meminjam istilah
Presiden Jokowi)  dibantu dengan sinkronisasi
penggunaan anggaran fungsi pendidikan yang baik antara pusat dan daerah adalah
jawaban terbaik.

Baca Juga :  Kejadian Fatal pada Atlet

Dimulai dari hal kecil dan sederhana sesuai
dengan peran kita masing-masing maka Indonesia dapat keluar dari turbulensi
ekonomi dan bayang-bayang resesi ekonomi akibat pandemi. Tenaga pendidik dapat
menjadi nahkoda kapal  dengan melakukan
langkah-langkah strategis di tingkat akar rumput. Model pelatihan guru yang
sebelumnya terpusat dapat diganti dengan yang berbasis zonasi. Penguatan
peranan Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS), Kelompok Kerja Guru (KKG), atau
Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) serta peningkatkan kemampuan dan dedikasi
tenaga pendidik untuk siap membangun dari pinggiran harus dimulai dari yang
paling parah, paling rusak kemudian yang  baik.

Optimisme untuk meningkatkan kualitas SDM
Indonesia dalam upaya menyongsong Indonesia Emas 2045 secara sistematis dan
terarah semakin membara didukung APBN yang terus mendorong daya saing dan
investasi melalui pembangunan manusia. Peningkatan kualitas guru dan orang tua serta
optimalisasi kurikulum pendidikan akan membawa perubahan yang signifikan dalam
mewujudkan visi mencerdaskan kehidupan bangsa. Apabila guru dan orang tua senantiasa
bersemangat meningkatkan kapasitas diri, tidak anti-kritik, optimis, dan inovatif
maka akan tercipta pembangunan manusia yang berkelanjutan, kuat dan inklusif.
***

(YOGYANTORO. Pendidik dan Peraih
Terbaik III Apresiasi Guru Inovatif Tingkat Nasional 2020 dari Kemedikbud dan
Guru Berdedikasi Tingkat Nasional 2020 dari PB PGRI

GURU dan orang tua adalah arsitek
pembelajaran dalam mendidik anak bangsa yang senantiasa perlu memastikan bahwa
anak bangsa di seluruh Indonesia mampu mengakses konten-konten pembelajaran.
Lebih-lebih di tengah krisis multidimensi yang menghantam Indonesia akhir-akhir
ini tentu tangan-tangan dingin guru dan orang tua sebagai pembentuk karakter
peserta didik sangat dirindukan. Pendidik anak bangsa yang sejati adalah para
guru dan orang tua yang mampu mengokohkan ikatan persatuan dan kesatuan,
menumbuhkan empati sosial dan menanamkan nilai-nilai kebaikan kepada peserta
didik. 

Optimisme untuk mencerdaskan anak bangsa
dalam pembelajaran dapat diwujudkan dengan selalu mengaitkan hal-hal yang
dipelajari dengan dunia nyata yang ada di luar sekolah. Kreativitas dan
imajinasi anak bangsa yang dikonstruksikan dengan pendidikan budi pekerti serta
semangat toleransi akan menguatkan bahtera pendidikan Indonesia di tengah
gelombang sebesar apapun. Tantangan yang siap menghadang di depan mata seperti
materi PISA (Programme for International
Student Assessment
) dan TIMSS (Trends
in International Mathematics and Science Study
) serta globalisasi seperti
APEC (Asia-Pasific Economic Cooperation)
, AFTA (ASEAN Free Trade Area) ,
ASEAN Community dan WTO (The World Trade
Organization
) perlu dihadapi dengan optimis tanpa ada kata berhenti atau
menyerah

Kita menyadari bahwa learning being a journey not a destination yaitu pembelajaran  adalah sebuah proses dan bukan sekadar
tujuan. Sebagai sebuah proses maka pembelajaran harus dilakukan secara
terus-menerus dan sebenarnya tidak akan pernah berhenti selama kita masih
hidup  (Bilveer Singh, 2004). Sebagaimana
sokongan pemerintah kepada dunia pendidikan tak pernah berhenti mengalir seperti
lewat upaya penyaluran Kartu Indonesia Pintar (KIP), pembangunan unit sekolah
baru dan ruang kelas baru, peningkatan sarana dan prasarana, program gizi anak
sekolah (progas), program revitalisasi SMK, program Satu Desa Satu Pendidikan
Anak Usia Dini, pemberian tunjangan profesi guru, dana riset Lembaga Pengelola
Dana Pendidikan (LPDP), Bidik Misi, Bantuan Operasional Sekolah (BOS), afirmasi
untuk memajukan pendidikan di Papua dan Papua Barat dan lain sebagainya.

Dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) hadir berkesinambungan untuk satuan pendidikan yang membutuhkan.
Bahkan investasi besar-besaran yaitu seperlima anggaran negara dalam 10 tahun
terakhir untuk pendidikan terus meningkat di tengah strategi pembangunan yang
telah bergeser dari pembangunan infrastruktur fisik menjadi pembangunan sumber
daya manusia (SDM) sesuai komitmen Presiden Jokowi. Hal ini bertujuan agar
pembangunan manusia Indonesia berhasil dengan kualitas yang nyata, kian
kompetitif dan  menghindari jangan sampai
ada lagi anak bangsa yang tertinggal dalam hal pendidikan atau putus sekolah
karena faktor biaya. Bagaimanapun, pendidikan adalah hak sosial setiap individu
yang mendapat jaminan UUD 1945 pasal 31 ayat 2, 3 dan 4.

Baca Juga :  Menyongsong Paradigma Baru: BDR Melalui TV Digital

Praktis, pembenahan sistem pendidikan di
Indonesia membutuhkan kombinasi yang baik antara cetak biru (blueprint) mengenai output sistem
pendidikan atau grand design mengenai
konsep pendidikan di Indonesia dan dana pendidikan dari APBN dan APBD.
Lebih-lebih APBN dalam dunia pendidikan di masa pemulihan ekonomi nasional
akibat dampak pandemi merebaknya virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 harus ada pembenahan
atau perombakan  meski pelik demi
perbaikan sistem dan tata kelola. 
Pembangunan  zona-zona integritas
serta reformasi birokrasi hampir di semua lini adalah keniscayaan. 

Dalam lingkup manajemen sekolah (running management of school) belanja
pendidikan untuk operasional sekolah, perbaikan kurikulum dan peningkatan
kapasitas guru dapat difokuskan pada tuntutan kondisi di tengah pandemi.
Mempertahankan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di negara besar dengan
demografi yang luas seperti Indonesia sehingga angkanya selalu naik secara
berkesinambungan bukanlah perkara mudah. Datangnya tamu tak diundang bernama
corona dapat menyumbat akses pendidikan yang tentu akan menghambat pembangunan
kualitas manusia Indonesia. Dalam kondisi mendesak seperti penangan corona di
Indonesia, pejabat perbendaharaan dituntut melakukan tindakan yang berujung
pada pengeluaran atas beban APBN yang dananya tidak tersedia dalam Daftar Isian
Pelaksana Anggaran (DIPA). Ini adalah pekerjaan rumah yang tidak mudah
mengingat kebijakan tak populis dalam hal anggaran sumber daya manusia tak bisa
dinomorduakan karena menyangkut kepastian masyarakat yang tetap sehat  dan kompetitif di ranah dunia.

Peningkatan partisipasi dan perluasan akses
pendidikan dapat terus ditingkatkan meskipun terjadi economic hardship (kesulitan ekonomi), peningkatan pengangguran dan
penurunan konsumsi masyarakat apabila aliran APBN dapat diarahkan tepat
mengenai sasaran. Kata kuncinya adalah lebih baik sedikit asal efektif dan
efisien daripada banyak tetapi sia-sia dan mubazir. Jaring pengaman sosial bagi
Masyarakat Berpendapatan Rendah (MBR), kredit pendidikan (student loan) atau dana fungsi pendidikan pada 20 kementerian yang
tepat sasaran akan menjadi oase di gurun gersang. Pengawalan distribusi dan
penggunaan Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) yang dapat
menjamin penggunaan anggaran fungsi pendidikan bisa lebih optimal dan terserap
dengan baik (tidak hanya sent, tetapi
hatus delivered, meminjam istilah
Presiden Jokowi)  dibantu dengan sinkronisasi
penggunaan anggaran fungsi pendidikan yang baik antara pusat dan daerah adalah
jawaban terbaik.

Baca Juga :  Kejadian Fatal pada Atlet

Dimulai dari hal kecil dan sederhana sesuai
dengan peran kita masing-masing maka Indonesia dapat keluar dari turbulensi
ekonomi dan bayang-bayang resesi ekonomi akibat pandemi. Tenaga pendidik dapat
menjadi nahkoda kapal  dengan melakukan
langkah-langkah strategis di tingkat akar rumput. Model pelatihan guru yang
sebelumnya terpusat dapat diganti dengan yang berbasis zonasi. Penguatan
peranan Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS), Kelompok Kerja Guru (KKG), atau
Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) serta peningkatkan kemampuan dan dedikasi
tenaga pendidik untuk siap membangun dari pinggiran harus dimulai dari yang
paling parah, paling rusak kemudian yang  baik.

Optimisme untuk meningkatkan kualitas SDM
Indonesia dalam upaya menyongsong Indonesia Emas 2045 secara sistematis dan
terarah semakin membara didukung APBN yang terus mendorong daya saing dan
investasi melalui pembangunan manusia. Peningkatan kualitas guru dan orang tua serta
optimalisasi kurikulum pendidikan akan membawa perubahan yang signifikan dalam
mewujudkan visi mencerdaskan kehidupan bangsa. Apabila guru dan orang tua senantiasa
bersemangat meningkatkan kapasitas diri, tidak anti-kritik, optimis, dan inovatif
maka akan tercipta pembangunan manusia yang berkelanjutan, kuat dan inklusif.
***

(YOGYANTORO. Pendidik dan Peraih
Terbaik III Apresiasi Guru Inovatif Tingkat Nasional 2020 dari Kemedikbud dan
Guru Berdedikasi Tingkat Nasional 2020 dari PB PGRI

Artikel Sebelumnya
Artikel Selanjutnya

Terpopuler

Artikel Terbaru