26.6 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Basarah Paparkan Pentingnya Pembangunan Karakter Bangsa

Sebanyak 1.500 mahasiswa-mahasiwi terpilih dari berbagai kampus
di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi hadir di gedung BPPT Jakarta.
Mereka mengikuti pemaparan materi wawasan kebangsaan dari berbagai narasumber
yang ahli di bidangnya.

Acara tersebut diinisiasi oleh Badan Pembinaan Ideologi Pancasila
(BPIP) dengan menghadirkan beberapa pembicara antara lain Menristek/Kepala
Badan Riset dan Inovasi Nasional Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro, Wakil
Ketua MPR RI Ahmad Basarah, anggota Dewan Pengarah BPIP Mayjen TNI (Purn) Wisnu
Bawa Tenaya.

Dalam sambutannya, Wakil Ketua MPR RI Ahmad Basarah menguraikan,
soal pentingnya pendidikan bagi bangsa Indonesia. Karena upaya mencerdaskan
kehidupan bangsa merupakan salah satu cita-cita proklamasi yang termaktub jelas
dalam alinea keempat pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
1945.

Kemudian, lanjut Basarah, dalam UU 20 Tahun 2003 tentang
Sisdiknas bahwa pelaksanaan Pendidikan Nasional harus berpijak pada Pancasila
dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945.

Baca Juga :  Bangkitkan Potensi Inovasi Mahasiswa

Basarah juga menuturkan, pidato Presiden Soekarno pada hari
ulang tahun Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1966 dengan gamblang
menjelaskan, skema pembangunan nasional tidak hanya bertumpu pada pembangunan
fisik semata. Hal pertama yang harus dibangun adalah membangun jiwa, membangun
mental bangsa Indonesia.

“Tentu saja keahlian perlu. Namun, keahlian saja tanpa
dilandaskan pada jiwa bangsa yang besar dan kokoh maka suatu bangsa itu tidak
akan mencapai tujuannya. Inilah perlunya pembangunan karakter bangsa,” tutur
dosen tetap Pascasarjana Universitas Islam Malang tersebut.

Basarah juga mengulas alasan historis di balik peringatan
hari-hari bersejarah bangsa Indonesia yang diperingati setiap tahun, termasuk
perayaan 91 tahun Sumpah Pemuda. Tujuannya agar bangsa Indonesia tidak
meninggalkan sejarah atau Jas Merah.

Sebab, lanjutnya, sejarah seperti kaca benggala dimana bangsa
Indonesia dapat mengetahui asal-usul perjuangan pahlawan-pahlawan pendahulu
bangsa. Dari sejarah kita bisa petik pelajaran berharga.

Baca Juga :  Soal Video Skenario Gulingkan Jokowi, Polisi Bilang Begini

Termasuk, Sumpah Pemuda yang merupakan peristiwa persatuan
bangsa Indonesia. Segenap pemuda menanggalkan identitas primordial dan melebur
ke dalam identitas tunggal ke-Indonesia-an. Oleh karena itu peringatan 91 tahun
sumpah pemuda harus dijadikan sebagai memori kolektif dan pemberi spirit
kebangsaan kepada pemuda era milenial.

Pun demikian dengan proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Kemerdekaan Indonesia tidak datang tiba-tiba, melainkan berkat perjuangan darah
dan air mata para syuhada bangsa dan Ridha Tuhan Yang Maha Esa.

“Para pendahulu bangsa juga telah mewariskan seperangkat aturan
bernegara yang telah disepakati sebagai konsensus dasar dan final bernegara
yaitu ideologi Pancasila, UUD NRI 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika. Inilah
prinsip dasar yang menjadi aturan bernegara yang harus kita patuhi dan sama
sekali tidak bisa dinegosiasi dalam kondisi apapun,” pungkas Basarah.(jpc)

 

Sebanyak 1.500 mahasiswa-mahasiwi terpilih dari berbagai kampus
di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi hadir di gedung BPPT Jakarta.
Mereka mengikuti pemaparan materi wawasan kebangsaan dari berbagai narasumber
yang ahli di bidangnya.

Acara tersebut diinisiasi oleh Badan Pembinaan Ideologi Pancasila
(BPIP) dengan menghadirkan beberapa pembicara antara lain Menristek/Kepala
Badan Riset dan Inovasi Nasional Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro, Wakil
Ketua MPR RI Ahmad Basarah, anggota Dewan Pengarah BPIP Mayjen TNI (Purn) Wisnu
Bawa Tenaya.

Dalam sambutannya, Wakil Ketua MPR RI Ahmad Basarah menguraikan,
soal pentingnya pendidikan bagi bangsa Indonesia. Karena upaya mencerdaskan
kehidupan bangsa merupakan salah satu cita-cita proklamasi yang termaktub jelas
dalam alinea keempat pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
1945.

Kemudian, lanjut Basarah, dalam UU 20 Tahun 2003 tentang
Sisdiknas bahwa pelaksanaan Pendidikan Nasional harus berpijak pada Pancasila
dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945.

Baca Juga :  Bangkitkan Potensi Inovasi Mahasiswa

Basarah juga menuturkan, pidato Presiden Soekarno pada hari
ulang tahun Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1966 dengan gamblang
menjelaskan, skema pembangunan nasional tidak hanya bertumpu pada pembangunan
fisik semata. Hal pertama yang harus dibangun adalah membangun jiwa, membangun
mental bangsa Indonesia.

“Tentu saja keahlian perlu. Namun, keahlian saja tanpa
dilandaskan pada jiwa bangsa yang besar dan kokoh maka suatu bangsa itu tidak
akan mencapai tujuannya. Inilah perlunya pembangunan karakter bangsa,” tutur
dosen tetap Pascasarjana Universitas Islam Malang tersebut.

Basarah juga mengulas alasan historis di balik peringatan
hari-hari bersejarah bangsa Indonesia yang diperingati setiap tahun, termasuk
perayaan 91 tahun Sumpah Pemuda. Tujuannya agar bangsa Indonesia tidak
meninggalkan sejarah atau Jas Merah.

Sebab, lanjutnya, sejarah seperti kaca benggala dimana bangsa
Indonesia dapat mengetahui asal-usul perjuangan pahlawan-pahlawan pendahulu
bangsa. Dari sejarah kita bisa petik pelajaran berharga.

Baca Juga :  Soal Video Skenario Gulingkan Jokowi, Polisi Bilang Begini

Termasuk, Sumpah Pemuda yang merupakan peristiwa persatuan
bangsa Indonesia. Segenap pemuda menanggalkan identitas primordial dan melebur
ke dalam identitas tunggal ke-Indonesia-an. Oleh karena itu peringatan 91 tahun
sumpah pemuda harus dijadikan sebagai memori kolektif dan pemberi spirit
kebangsaan kepada pemuda era milenial.

Pun demikian dengan proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Kemerdekaan Indonesia tidak datang tiba-tiba, melainkan berkat perjuangan darah
dan air mata para syuhada bangsa dan Ridha Tuhan Yang Maha Esa.

“Para pendahulu bangsa juga telah mewariskan seperangkat aturan
bernegara yang telah disepakati sebagai konsensus dasar dan final bernegara
yaitu ideologi Pancasila, UUD NRI 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika. Inilah
prinsip dasar yang menjadi aturan bernegara yang harus kita patuhi dan sama
sekali tidak bisa dinegosiasi dalam kondisi apapun,” pungkas Basarah.(jpc)

 

Terpopuler

Artikel Terbaru