33.8 C
Jakarta
Friday, April 26, 2024

Miris, Anak-Anak di Perbatasan Lebih Memilih Sekolah ke Malaysia

Sekolah Dasar Negeri
04 Merakai Panjang, Kecamatan Puring Kencana wilayah Kapuas Hulu Kalimantan
Barat, sempat kekurangan siswa karena rata-rata anak di daerah tersebut lebih
memilih sekolah ke Negara Malaysia, dibanding di negara sendiri. Kondisi
sekolah di daerah perbatasan Indonesia-Malaysia, ini tentunya sangat miris
karena sudah berlangsung cukup lama.

“Tahun ini kami tidak
mendapatkan siswa baru, karena para orang tua dan anak-anak lebih memilih
sekolah di negara tetangga Malaysia,” kata Kepala SDN 04 Merakai Panjang,
Lambertus Ngenget, di Desa Merakai Panjang, Kecamatan Puring Kencana, wilayah
Kapuas Hulu, Minggu (17/11).

Menurut Lambertus,
jumlah murid SDN 04 Merakai Panjang saat ini hanya sekitar 12 siswa, bahkan
dari tahun ke tahun ada saja siswa keluar sekolah dan memilih melanjutkan
sekolahnya di Malaysia.

Menurut dia, sebagai
pihak sekolah hanya bisa memberikan pemahaman kepada para orang tua mau pun
muridnya. Akan tetapi hal tersebut tidak menjadi penghalang orangtua untuk
menyekolahkan anaknya ke Malaysia.

Baca Juga :  Astaga! Pacul Pun Kini Ternyata Harus Import

“Tentu sarana dan
prasarana menjadi faktor penyebab orang tua menyekolahkan anaknya ke Malaysia,
kami tidak bisa berbuat banyak, karena memang kondisi SD Merakai Panjang itu
banyak yang rusak,” jelas Lambertus.

Oleh sebab itu, kata
Lambartus, dengan adanya program pengabdian tanpa batas tentara di perbatasan
(Petasan) sangat membantu, karena memang melalui program tersebut SDN 04
Merakai Panjang dilakukan perehaban.

“Semoga saja dengan
adanya Petasan itu dapat memberikan motivasi kepada kami sebagai guru dan
masyarakat untuk mencerdaskan anak bangsa di perbatasan,” harap Lambertus.

Sementara itu, Kepala
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kapuas Hulu, Petrus Kusnadi juga membenarkan
bahwa rata-rata para orangtua masyarakat perbatasan menyekolahkan anak-anaknya
ke Negara Malaysia.

Menurut Petrus,
persoalan itu dilema berat, pertimbangan para orangtua di perbatasan itu
berbagai faktor, pertimbangan politik dan sosiologis.

Baca Juga :  Waspada MERS-CoV, Begini Imbauan Menkes kepada Jemaah Haji

“Saya rasa ini PR bagi
pemerintah Indonesia, bagaimana memperbaiki sarana dan prasarana pendidikan
khususnya di daerah perbatasan,” ujar Petrus.

Pertimbangan
politisnya kata Petrus, anak-anak perbatasan juga kebanyakan lahir di Malaysia,
dimana memiliki jaminan pendidikan dan pekerjaan.

“Jadi di Malaysia
sangat jelas dan terjamin bagi pelajar setelah tamat sekolah bisa langsung
dijamin pekerjaan, saya rasa itu salah satu juga pertimbangan orangtua murid,”
kata Petrus.

Menurut Petrus,
kondisi pendidikan di perbatasan juga sudah sering disampaikan ke pemerintah
pusat, karena harus kita akui bahwa kualitas pendidikan di Malaysia cukup baik,
karena di dukung fasilitas yang memadai.

“Semoga kondisi
tersebut menjadi perhatian serius pemerintah pusat, karena Dinas Pendidikan
Kapuas Hulu tidak bisa berjalan sendiri dalam mengatasi persoalan tersebut,”
pinta Petrus.(jpc)

 

Sekolah Dasar Negeri
04 Merakai Panjang, Kecamatan Puring Kencana wilayah Kapuas Hulu Kalimantan
Barat, sempat kekurangan siswa karena rata-rata anak di daerah tersebut lebih
memilih sekolah ke Negara Malaysia, dibanding di negara sendiri. Kondisi
sekolah di daerah perbatasan Indonesia-Malaysia, ini tentunya sangat miris
karena sudah berlangsung cukup lama.

“Tahun ini kami tidak
mendapatkan siswa baru, karena para orang tua dan anak-anak lebih memilih
sekolah di negara tetangga Malaysia,” kata Kepala SDN 04 Merakai Panjang,
Lambertus Ngenget, di Desa Merakai Panjang, Kecamatan Puring Kencana, wilayah
Kapuas Hulu, Minggu (17/11).

Menurut Lambertus,
jumlah murid SDN 04 Merakai Panjang saat ini hanya sekitar 12 siswa, bahkan
dari tahun ke tahun ada saja siswa keluar sekolah dan memilih melanjutkan
sekolahnya di Malaysia.

Menurut dia, sebagai
pihak sekolah hanya bisa memberikan pemahaman kepada para orang tua mau pun
muridnya. Akan tetapi hal tersebut tidak menjadi penghalang orangtua untuk
menyekolahkan anaknya ke Malaysia.

Baca Juga :  Astaga! Pacul Pun Kini Ternyata Harus Import

“Tentu sarana dan
prasarana menjadi faktor penyebab orang tua menyekolahkan anaknya ke Malaysia,
kami tidak bisa berbuat banyak, karena memang kondisi SD Merakai Panjang itu
banyak yang rusak,” jelas Lambertus.

Oleh sebab itu, kata
Lambartus, dengan adanya program pengabdian tanpa batas tentara di perbatasan
(Petasan) sangat membantu, karena memang melalui program tersebut SDN 04
Merakai Panjang dilakukan perehaban.

“Semoga saja dengan
adanya Petasan itu dapat memberikan motivasi kepada kami sebagai guru dan
masyarakat untuk mencerdaskan anak bangsa di perbatasan,” harap Lambertus.

Sementara itu, Kepala
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kapuas Hulu, Petrus Kusnadi juga membenarkan
bahwa rata-rata para orangtua masyarakat perbatasan menyekolahkan anak-anaknya
ke Negara Malaysia.

Menurut Petrus,
persoalan itu dilema berat, pertimbangan para orangtua di perbatasan itu
berbagai faktor, pertimbangan politik dan sosiologis.

Baca Juga :  Waspada MERS-CoV, Begini Imbauan Menkes kepada Jemaah Haji

“Saya rasa ini PR bagi
pemerintah Indonesia, bagaimana memperbaiki sarana dan prasarana pendidikan
khususnya di daerah perbatasan,” ujar Petrus.

Pertimbangan
politisnya kata Petrus, anak-anak perbatasan juga kebanyakan lahir di Malaysia,
dimana memiliki jaminan pendidikan dan pekerjaan.

“Jadi di Malaysia
sangat jelas dan terjamin bagi pelajar setelah tamat sekolah bisa langsung
dijamin pekerjaan, saya rasa itu salah satu juga pertimbangan orangtua murid,”
kata Petrus.

Menurut Petrus,
kondisi pendidikan di perbatasan juga sudah sering disampaikan ke pemerintah
pusat, karena harus kita akui bahwa kualitas pendidikan di Malaysia cukup baik,
karena di dukung fasilitas yang memadai.

“Semoga kondisi
tersebut menjadi perhatian serius pemerintah pusat, karena Dinas Pendidikan
Kapuas Hulu tidak bisa berjalan sendiri dalam mengatasi persoalan tersebut,”
pinta Petrus.(jpc)

 

Terpopuler

Artikel Terbaru