25.9 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Sudah Divaksin Sinovac, Nakes Meninggal, Ini Penegasan Epidemiolog

PROKALTENG.CO-Usulan vaksinasi ketiga atau booster bagi tenaga kesehatan terus didorong oleh para ahli di berbagai negara. Apalagi di Indonesia, ratusan nakes tertular Covid-19 dan belasan di antaranya meninggal dunia. Menanggapi situasi itu, Epidemiolog dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) Tri Yunis Miko Wahyono mendorong agar kematian nakes dan tertularnya nakes begitu masif harus segera diinvestigasi.

Terkait vaksin dosis ketiga, kata Tri Yunis, sampai sejauh ini belum disahkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) maupun Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Sehingga pemerintah negara manapun tak mungkin bisa asal menyuntikkan booster atau dosis ketiga tersebut.

“Secara logika, memang bisa diberikan vaksin, tapi enggak ada yang endorse. WHO belum endorse, BPOM juga belum endorse, belum legalisasi. Jadi bisa sih, tapi gak ada dasar legalnya. Jadi pemerintah takut kalau enggak ada legalnya. Pemerintah enggak akan lakukan dasar hukumnya, secara logika okelah harus didorong,” katanya kepada JawaPos.com, Selasa (6/7).

Menurutnya memang harus dilihat apa yang menyebabkan nakes meninggal dan terinfeksi. Menurutnya, semua penyebab nakes bisa meninggal dan terinfeksi secara masif meski sudah divaksinasi, tetap harus diinvestigasi.

Baca Juga :  Modus Korupsi Jiwasraya dan Asabri Sama, Tapi Kerugian Lebih Luar Bias

“Menurut saya, harusnya yang meninggal itu diinvestigasi dengan lengkap. Sehingga kita tahu mengapa nakes ini meninggal,” tuturnya.

“Apakah komorbid? Apakah karena kelalaian pakai masker saat tugas, dan saat tak tugas. Menurut saya dua-duanya bisa. Harusnya dilakukan investigasi yang menyeluruh,” tegasnya.

Tri Yunis sudah menyarankan pada Ikatan Dokter Indonesia (IDI) agar investigasi dilakukan. Situasi ini juga membuat vaksin Sinovac sampai disorot dunia terkait tingkat kemanjurannya.

“Saya sudah sarankan ke IDI. Pada waktu saya jadi pembicara di IDI, saya minta IDI lakukan investigasi dengan baik. Ini jadi sebuah catatan bagi negara kita. Tapi kemudian diabaikan. Kalau sekarang diabaikan lagi, berarti kita tak punya catatan apapun. Nakes banyak yang sakit, meninggal, negeri ini tak punya catatan apapun,” tukasnya.

Investigasi harus dilakukan karena isu tersebut bahkan kembali naik saat ini. Nakes terus menjadi korban karena menyebarnya varian Delta.

Baca Juga :  Pengumuman! Mulai 2020, Pemerintah Cabut Subsidi Listrik 900 VA

“Ini sudah terjadi kedua kali ya, terjadi banyak nakes terinfeksi. Menurut saya harus diinvestigasi dengan baik. Negara bertanggung jawab, IDI bertanggung jawab. Salah atau benar amat tergantung hasil investigasinya,” katanya.

Sebelumnya Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mengumumkan sebanyak 14 dari 61 dokter yang sudah divaksinasi Sinovac, meninggal setelah terpapar Covid-19 sepanjang Februari-Mei 2021.

Ketua Tim Mitigasi Pengurus Besar IDI dr. Moh. Adib Khumaidi menjelaskan pihaknya memang belum memiliki data konfirmasi terkait penelusuran lebih lanjut nakes yang meninggal dunia. Data terakhir di Kudus menyebutkan ada 358 nakes yang terinfeksi dan di antaranya adalah 70 dokter. Hanya 30 orang dengan kondisi ringan sedang. Dan, 1 orang kondisi berat.

“Belum kami rinci sampai sejauh ini. Enggak bisa, enggak ada datanya. Datanya harusnya nanti ditelusuri juga di Peduli Lindungi. Masih konfirmasi, ada tim yang juga akan dibuat sama Kemenkes dan Litbang soal ini,” tegas dr. Adib.

PROKALTENG.CO-Usulan vaksinasi ketiga atau booster bagi tenaga kesehatan terus didorong oleh para ahli di berbagai negara. Apalagi di Indonesia, ratusan nakes tertular Covid-19 dan belasan di antaranya meninggal dunia. Menanggapi situasi itu, Epidemiolog dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) Tri Yunis Miko Wahyono mendorong agar kematian nakes dan tertularnya nakes begitu masif harus segera diinvestigasi.

Terkait vaksin dosis ketiga, kata Tri Yunis, sampai sejauh ini belum disahkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) maupun Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Sehingga pemerintah negara manapun tak mungkin bisa asal menyuntikkan booster atau dosis ketiga tersebut.

“Secara logika, memang bisa diberikan vaksin, tapi enggak ada yang endorse. WHO belum endorse, BPOM juga belum endorse, belum legalisasi. Jadi bisa sih, tapi gak ada dasar legalnya. Jadi pemerintah takut kalau enggak ada legalnya. Pemerintah enggak akan lakukan dasar hukumnya, secara logika okelah harus didorong,” katanya kepada JawaPos.com, Selasa (6/7).

Menurutnya memang harus dilihat apa yang menyebabkan nakes meninggal dan terinfeksi. Menurutnya, semua penyebab nakes bisa meninggal dan terinfeksi secara masif meski sudah divaksinasi, tetap harus diinvestigasi.

Baca Juga :  Modus Korupsi Jiwasraya dan Asabri Sama, Tapi Kerugian Lebih Luar Bias

“Menurut saya, harusnya yang meninggal itu diinvestigasi dengan lengkap. Sehingga kita tahu mengapa nakes ini meninggal,” tuturnya.

“Apakah komorbid? Apakah karena kelalaian pakai masker saat tugas, dan saat tak tugas. Menurut saya dua-duanya bisa. Harusnya dilakukan investigasi yang menyeluruh,” tegasnya.

Tri Yunis sudah menyarankan pada Ikatan Dokter Indonesia (IDI) agar investigasi dilakukan. Situasi ini juga membuat vaksin Sinovac sampai disorot dunia terkait tingkat kemanjurannya.

“Saya sudah sarankan ke IDI. Pada waktu saya jadi pembicara di IDI, saya minta IDI lakukan investigasi dengan baik. Ini jadi sebuah catatan bagi negara kita. Tapi kemudian diabaikan. Kalau sekarang diabaikan lagi, berarti kita tak punya catatan apapun. Nakes banyak yang sakit, meninggal, negeri ini tak punya catatan apapun,” tukasnya.

Investigasi harus dilakukan karena isu tersebut bahkan kembali naik saat ini. Nakes terus menjadi korban karena menyebarnya varian Delta.

Baca Juga :  Pengumuman! Mulai 2020, Pemerintah Cabut Subsidi Listrik 900 VA

“Ini sudah terjadi kedua kali ya, terjadi banyak nakes terinfeksi. Menurut saya harus diinvestigasi dengan baik. Negara bertanggung jawab, IDI bertanggung jawab. Salah atau benar amat tergantung hasil investigasinya,” katanya.

Sebelumnya Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mengumumkan sebanyak 14 dari 61 dokter yang sudah divaksinasi Sinovac, meninggal setelah terpapar Covid-19 sepanjang Februari-Mei 2021.

Ketua Tim Mitigasi Pengurus Besar IDI dr. Moh. Adib Khumaidi menjelaskan pihaknya memang belum memiliki data konfirmasi terkait penelusuran lebih lanjut nakes yang meninggal dunia. Data terakhir di Kudus menyebutkan ada 358 nakes yang terinfeksi dan di antaranya adalah 70 dokter. Hanya 30 orang dengan kondisi ringan sedang. Dan, 1 orang kondisi berat.

“Belum kami rinci sampai sejauh ini. Enggak bisa, enggak ada datanya. Datanya harusnya nanti ditelusuri juga di Peduli Lindungi. Masih konfirmasi, ada tim yang juga akan dibuat sama Kemenkes dan Litbang soal ini,” tegas dr. Adib.

Terpopuler

Artikel Terbaru